Masa transisi antara tahun 2008 dan 2009 ternyata tak seindah yang dibayangkan banyak pakar. Tidak ada malam perdamaian dan tak ada malam kekhusyukan. Malah diperparah dengan tumpahnya darah di jalur Gaza dan tepi barat. Memang hal tersebut hanya mempunyai pengaruh minor bagi bangsa Indonesia sendiri, yang notabenenya masih sibuk dengan masalah dalam selimut.
Sebagai negara yang dengan bangga mengusung politik bebas-aktif. Dalam perpektif penulis bebas artinya tidak memihak yang salah dan “masih bingung” untuk memihak yang benar, yang biasa dikatakan netral atau memang tidak tahu sama sekali. Aktif artinya dengan sengaja melakukan tindakan untuk menciptakan perdamaian dunia. Namun apabila dikritisi lagi, ternyata kata aktif itu sendiri sekarang menyimpan. Sekarang malah sudah ternodai dengan paradigma kapitalistik, sehingga tafsiran aktif-nya menjadi “dengan sengaja menciptakan perdamaian dunia jika ada untungnya”
Penulis tak mau lebih dalam membahas hal itu. Kembali ke masalah utama di sini, yakni tentang ketahanan nasional yang hubungannya dengan negara luar. Di atas sudah sedikit disinggung masalah Israel-Palestina yang kembali memanas pada akhir tahun 2008 tadi. Masalahnya memang cukup kompleks, perang tersebut bisa dipandang sebagai pertentangan politik, militer bahkan menyangkut masalah ghazwul fikr aqidah sentris.
Mengkritisi negara “Indonesia yang merupakan titik utama pembahasan hubungan ketahanan nasional terhadap hubungannya dengan out-state kali ini”. Ternyata kadang ada hal yang kontradiktif antara realitas dan idealitas. Selanjutnya, agar pembahasan hubungan ketahanan nasional terhadap hubungan dengan negara lain lebih sistematis. Yang kali ini dititik beratkan hubungannya dengan konflik Palestina-Israel. Sengaja pembahasannya lebih kaku.
Konsistensi Terhadap Asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia
Asas Kesejahteraan dan Keamanan
Asas ini cukup fundamental keberadaannya dalam eksistensi Indonesia terhadap dunia internasional. Dalam asas ini, terdapat makna yang kontekstual yang artinya bisa disesuaikan dengan sikon Indonesia itu sendiri maupun negara luarnya. Melalui asas ini, Indonesia diarahkan untuk menciptakan dan mempertahankan kesejahteraan dan keamanan yang dicapai dengan turut “ambil pusing” terhadap masalah luar negeri.
Dalam hubungannya dengan konfliks Palestina-Israel. Asas ini mengajarkan bahwa Indonesia tetap harus sadar akan masalah yang timbul di TimTeng tanpa menyesampingkan masalahnya sendiri, sehingga dituntut adanya skill manajemen masalah. Lebih lanjut, ternyata ketahanan nasional Indonesia dapat dipertahankan dengan turut bersolidaritas terhadap masalah tersebut. Karena notabene warga Indonesia religuitas islamisnya sangat kental, sehingga apabila Indonesia tidak menunjukan rasa solidaritasnya hanya akan menimbulkan konfliks internal saja. Hal tersebut bukannya tanpa dasar, karena kita tentu sering melihat sekaligus mendengar di mass media tentang banyaknya aksi demo yang mengecam decision making dari Israel yang tidak manusiawi. Aksi demo tersebut didominasi oleh organisasi maupun lembaga yang background-nya islamis.
Dalam asas ini, kita semakin diajarkan tentang sebuah konsep kausalitas bahwa “ jika Indonesia bersolidaritas terhadap konfliks di TimTeng maka kesejahteraan dan keamanan dapat dicapai karena adanya ketenangan batin dari masyarakat Indonesia”.
Asas Komprehensif Integral
Asas kali ini cukup erat relasinya dengan satu pasal sebelumnya. Karena kesejahteraan dan keamanan hanya akan tercipta dengan adanya planning, organizing, acting dan controlling yang komprehensif. Mengapa harus empat step yang terkesan rumit? Memang begitulah, agar nantinya didapati suatu bangunan “ketahanan nasional” yang indah serta mempunyai fondasi sangat kuat.
Pertama planning, dalam konteksnya dengan masalah Palestina-Israel. Planning atau perencanaan berperan dalam 5W 1H, apa yang harus dilakukan sebagai bentuk solidaritas? Apa efeknya terhadap ketahan nasional?Mengapa? Bagaimana caranya? Siapa yang melaksanakan? Dan kapan dilaksanakan? Sehingga dengan decision making (pembuatan keputusan) yang tepat nantinya akan dapat menciptakan dan mempertahankan ketahan nasional Indonesia.
Kedua organizing. Planning saja tidak cukup, sebelum dikerjakan ada pengorganisasian planning tersebut. Ini sebenarnya sangat mirip dengan planning, namun sudah ada langkah konktrit yang ditempuh. Sehingga untuk aktingnya dapat berjalan dengan efektif. Organizing lebi bersifat spesialisasi pangaktualisasi tujuan, sehingga masing-masing koponen mempunyai tugas khusus yang variatif namun mempunyai tugas utama yang sama.
Ketiga acting. Step ini lah yang paling urgen karena kalau tidak ada acting untuk apa capek-capek planning dan organizing. Dalam acting-nya pun tidak harus kaku dengan cara yang telah dirumuskan dalam planning, karena walaubagaimana pun ketahanan nasional lah yang ingin ditingkatkan kualitasnya bukan untuk merealisasikan “prosesnya”.
Terakhir controlling, dengan pengontolan ini akan didapat efektivitas antara planning dan acting. Serta dapat diukur apakah ketahanan nasional yang diidam akan sudah ada indikasinya. Lewat controlling ini akan dapat diketahui apakah reaksi mayoritas warga Indonesia terhadap rasa solidaritas bangsa Indonesia terhadap problem yang ada di TimTeng. Lebih lanjut tentu harus ada skill untuk memanipulasi redaksi agar ketahanan nasional tetap dipertahankan dan kebenaran tetap dibela, namun jangan sampai memancing negara lain yang tabiatnya nagatif mengintervensi ketahanan nasional.
Asas Mawas Ke Dalam dan Mawas Ke Luar
Laksana kesehatan seorang manusia ketahanan nasional itu, jika makanan kurang bergizi akan menyebabkan bakteri dan virus dengan mudah membuat imunitas menurun. Selain itu, pola hidup sehat harus selalu diaktualisasikan sehingga kesehatan bisa dijaga. Intinya ada faktor intern dan ekstern yang sangat mempengaruhi ketahanan nasional kalau dianalogikan dengan kesehatan manusia.
Hubungannya dengan konflik Israel-Palestina. Mawas ke dalam bermakna bahwa bagaimana ketahanan nasional secara intern dapat dipertahankan dan ditingatkan kualitasnya dengan mengeluarkan the genius decision. Artinya, dengan adanya keputusan yang tepat seperti menyatakan Indonesia mengutuk kekejaman dan kebiadaban yang di lakukan Yahudi la’natullah ‘alaihim dan menunjukan solidaritasnya. Sehingga ada respon positif dari rakyat secara umum yang secara tidak langsung mencerminkan adanya harmonisasi antara pemerintah dan masyarakat yang tak lain merupakan salah satu indikator berseminya ketahanan nasional.
Mawas keluar sebenarnya kompleksitasnya melebihi mawas ke dalam. Namun bahasa sederhananya mawas ke luar lebih mengarah kepada harus adanya politik luar negeri yang cerdas dalam menanggapi konflik Israel-Palestina. Ketahanan nasional sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi,sosial dan politik, serta edukasi. Sehingga selanjutnya Indonesia sudah seyogianya proporsional antara dukungan dan “kutukan”. Karena apabila terlalu mengutuk bangsa Israel tanpa alasan yang valid, akan menyebabkan “tersinggungnya” negara pendukung Israel tersebut, seperti AS, Inggris dan sebagainya. Dampak buruknya mungkin akan menjurus kepada labilitas yang terjadi pada ekonomi Indonesia. Begitu pula sebaliknya, yang penting semuanya proporsional dan objektif.
Asas Kekeluargaan
Sudah menjadi culture bangsa Indonesia mengenai kekeluargaan ini. Namun kalau diamati realitasnya, malah terjadi kekeluargaan yang “keterlaluan”. Contohnya seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Sebenarnya sifat kekeluargaan ini sangat efektif menjadi kalatisator ketahanan nasional yang berkualitas. Dalam arti sifat kekeluargaan tersebut menjadi bahan bakar menuju ketahanan nasinal.
Berhubungan dengan kebijakan luar negeri Indonesia. Sifat kekeluargaan ini sangat penting terhadap respon negara lain terhadap Indonesia. Dengan mencerminkan sikap yang berkeluarga dengan negara lain, secara otomatis negara lain tidak akan merasa dimusuhi. Sehingga akan ada respon pisitif kepada negara Indonesia, yang mana hal tersebut akan menjadi salah satu pemacu stabilitas keadaan bangsa Indonesia. Yang ujung-ujungnya mengarah kepada terwujudnya ketahanan nasional yang berkualitas.
Dari empat asas yang ada di atas. Sebenarnya menitik beratkan kepada keterampilan bangsa Indonesia bersikap dan mengeluarkan redaksi statement, supaya tidak “menyinggung negara lain” dan tidak “menodai” hak rakyatnya dalam hal decision making. Karena ketahanan nasional sangat dipengaruhi oleh dua variabel tadi. Jadi harus ada sinergisitas antara keduanya agar terciptamya kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar