Senin, 26 Januari 2009

Kronologi Pemerintahan Indonesia

Sistem pemerintahan di Indonesia merupakan suatu sistem yang cukup menarik untuk dijadikan objek pembahasan yang komprehensif, tidak hanya karena dinamisitasnya tapi juga perkembangan historisnya yang juga kontroversial. Sehingga apabila ada pembahasan mengenai perbandingan antara sistem pemerintahan sebelum dan sesudah amandemen, tentu akan kurang “ khusyuk’ jika pembahasannya tidak sesuai kronologis historial.
Sistem pemerintahan di Indonesia terus mengalami perubahan dan perkembangan sejak awal dimerdekakannya negara Indonesia ini. Namun Indonesia sebagai rechstaat atau negara hukum tetap dipertahankan dan rakyat baik, itu hanya “formalitas” atau tidak tetap menjadi pemegang kedaulatannya.
Berikut ini periode-periode pada perjalanan sistem pemerintahan negara Indonesia berdasar konstitusi yang digunakan :
Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1945
Undang-undang Dasar 45 merupakan konstitusi pertama bagi negara negara republik Indonesia. Walaupun dalam segi stabilitas keamaan belum baik, karena masih ada pengaruh NICA dan sekutunya untuk merebut NKRI kembali. Tapi, pemerintahan bisa dijalankan walau “jatuh-bangun” oleh masalah-masalah yang ada, belum lagi inflasi dan blokade ekonomi oleh pihak Belanda saat itu.
Berdasar pasal II Aturan Peralihan, kekuasaan presiden sangat luar biasa, yaitu meliputi:
a) Kekuasaan presiden sendiri, yaitu kekuasaan eksekutif
b) Menjalankan kekuasaan MPR
c) Menjalankan kekuasaan DPR
d) Menjalankan kekuasaan DPA
Dari semua wewenang yang dapat diambil oleh presiden terlihat kalau hal itu seakan-akan menunjukan kekuasaan presiden sebagai penguasa tertinggi tunggal. Cara-cara pemerintahan diktator pun sering menjadi panorama umum. Akibatnya, meski menurut UUD 1945 bangsa Indonesia menganut sistem presidensial. Dalam kenyataannya, kita menganut sistem yang terpusat secara mutlak dan bersifat revolusioner atau revolutionary and absolutely centralized govermental system)
Namun, pada tanggal 14 November 1945 terjadi perubahan dengan keluarnya maklumat presiden. Isi maklumat tersebut adalah bahwa tanggung jawab pemerintah ada di tangan para menteri. Pengalihan tangung jawab pemerintahan ini menunjukan adanya penggantian sistem pemerintahan, sebab dengan itu presiden tidak lagi berfungsi sebagai kepala pemerintahan, melainkan hanya sebagai kepala negara. Jabatan kepala pemerintahan dijabat oleh perdana menteri, yang bersama para menteri-menteri mempertanggungjawabkan pelaksanaan semerintahan kepada parlemen. Peristiwa ini semakin meyakinkan banyak orang kalau presiden saat itu memang bertindak laksana diktator berwajah manis. Namun dalam satu sisi, hal ini merupakan bentuk penghormatan dan transparansi presiden kepada pihak lain yang juga loyal terhadap nasib pemerintahan Indonesia saat itu. Memang sangat sulit menentukan pihak mana yang benar-benar salah karena tidak benar.
Sejak adanya maklumat wakil presiden No X, yang berisi : Sebelum MPR dan DPR terbentuk, KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN. Mulai saat itu kekuasaan presiden sudah terbatas.
Lebih sederhananya, dalam UUD 45 tersebut ditegaskan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Bentuk negara, bentuk pemerintahan dan sistem pemerintahan sbb:
1. Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik.
2. Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950
Pasal 1 konstitusi RIS menyebutkan :
a) RIS yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk serikat
b) Kekuatan berkedaulatan RIS dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan DPR dan senat.
Secara umum. Pada periode ini berlaku konstitusi RIS sehinga bentuk negara Indonesia adalah serikat dan mempunyai sistem pemerintahan republik parlementer . hal ini tak lepas dari pengaruh budaya politik bangsa Belanda yang juga menganut sistem parlementer. Pelaksana kedaulatan rakyat adalah DPR dan senat. Pemerintah dilaksanakan oleh para menteri yang dipimpin oleh perdana menteri dan bertanggung jawab pada parlemen.
Pada masa ini terdapat lembaga negara sebagai berikut:
1. Dewan Menteri
2. DPR
3. Presiden
4. DPK
5. MA, lembaga pengadilan federal tertinggi
6. Senat, lembaga perwakilan negara-bagian di negara RIS
Dalam melaksanakan tugasnya, presiden dibantu oleh para dewan menteri . para dewan menteri terdiri atas menteri-menteri yang diwajibkan memimpin salah satu departemen. Akan tetapi, menteri-menteri yang tidak memangku suatu departemen pun dapat diangkat. Tanggung jawab pemerintahan sepenuhnya berada di tangan perdana menteri dan para menteri kabinet.
Dalam menjalankan kewajuban ini, presiden tidak dapat diganggu gugat, presiden tidak dapat salah dan disalahkan. Penanggung jawab seluruh kebijakan pemerintah adalah para menteri, baik bersama-sama untuk seluruhnya atau masing-masing untuk bagiannyasendiri. Jadi, kabinet bertanggung jawab kepada parlemen. Konsekuensinya, kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen jika kebijakanny a tidak disetujui parlemen.
Periode 17 Agustus 1945 sampai 5 Juli 1959
Pada periode ini menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia ( UUDS RI 1950). Pasal 1 UUDS RI 1945 menyatakan sebagai berikut:
1. RI yang merdeka dan berdaulat, ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan
2. Kedaulatan RI adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah bersama-sama DPR
Dalam piagam persetujuan RIS-RI tanggal 19 Mei 1950, disebutkan negara RI kembali menjadi negara kesatuan dengan sistem pemerintahan parlementer. Sehingga para menterinya sebagai penyelenggara pemerintahan bertanggung jawab kepada DPR.
Berbeda dengan konstituso RIS, UUDS 1950 hanya mengenal 5 lembaga negara, yaitu:
1. Menteri-menteri
2. Presiden
3. Dewan Perwakilan Rakyat
4. Mahkamah Agung
5. Dewan Pengawas Keuangan
Menurut UUDS, presiden berfungsi sebagai kepala negara. Meski presiden merupakan bagian dari pemerintahan, tanggung jawab pemerintahan berada di tangan perdana menteri bersama para menterinya. Karena yang dianut adalah sistem parlementer, presiden dan wakil presiden tidak boleh diganggu-gugat. Penanggung jawab tindakan pemerintah adalah menteri-menteri, secara bersama-sama untuk seluruhnya atau masing-masing untuk bagiannya sendiri.sebagai imbangannya, pemerintah dapat meminta presiden untuk membubarkan DPR.
Pada masa ini, kondisi perpolitikan kurang begitu stabil. Kabinet kerap kali jatuh, karena sering mendapat mosi tidak percaya dari DPR. Sehingga terjadi masa “transisi” abadi, walaupun secara umum mempunyai goal yang kurang lebih sama.
Yang jadi masalah besar pada periode ini adalah kegagalan konstituante dalam menetapkan hukum dasar negara, sehingga untuk menyelamatkan negara dan bangsa akibat gagalnya konstituante tersebut, presiden mengeluarkan dekrit presiden pada tanggal 5 Juli 1959.
Periode 5 Juli 1959 sampai 11 Maret 1966
Periode ini dimulai sejak keluarnya dekrit 5 Juli 1959 yang penuh kontroversi, namun di dukung mayoritas rakyat, ABRI dan parpol tertentu karena mengembalikan Indonesia kepada UUD para founding father, yaitu UUD 45. Pada periode ini sistem pemerintahan RI diselenggarakan atas asas demokrasi terpimpin dan sistem presidensial.
Pada aktualisasinya, bukannya semakin menuju ke UUD 45, presiden malah semakin menampakkan kediktatorannya melalui penyimpangan-penyimpangan yang sangat kontradiktif dengan kaidah UUD 45. Begitu pula dengan dasar negara kita,pancasila. Pancasila kita dihianati bahkan dimodifikasi sedimikian rupa tafsirannya untuk mendapatkan, mempertahankan dan memperbesar kekuasaan pemimpin.
Penyimpangan tersebut antara lain tampak dalam hal-hal berikut:
1. Pimpinan-pimpinan MPR, DPR , BPK dan MA diberi kedudukan sebagai menteri , sehingga ditempatkan sebagai bawahan presiden. Oleh karena itu, dalam mekanisme kerja MPR dan DPR ditentukan bahwa jika MPR atau DPR tidak berhasil mengambil keputusan, maka persoalan tersebut diserahkan kepada presiden untuk memutuskannya. Padahal menurut UUD 45, MPR adalah lembaga yang membawahi dan berkedudukan lebih tinggi dari presiden
2. Presiden juga memperluas kekuasaannya melalu UU No 19 tahun 1964 yang antara lain menentukan bahwa demi kepentingan revolusi, presiden berhak untuk mencampuri proses peradilan. Padahal UUD 45 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka, yang terlepas dari pengaruh pemerintah.
Tampak bahwa prinsip pemisahan kekuasaan negara dan sistem check and balanc yang menjadi pilar utama sistem pemerintahan presidensial telah terabaikan saat itu. Bahkan presiden memperbesar kekuasaannya dengan membentuk lembaga ekstra-konstitusional ataupun dengan mengatur sendiri hal-hal yang semestinya diatur bersama dengan DPR.
Periode 11 Maret sampai 21 Mei 1998
Periode ini berawal dari peristiwa yang sangat membingungkan sekaligus memalukan. Yakni adanya pengondisian stabilitas keamanan dan politik untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan. Sehingga, walaupun secara teoritis periode ini menganut sistem parlementer dan “berniat” reaktualisasi pancasila dan UUD 45 secara murni.
Dalam kenyataannya, hanya melahirkan pemimpin abadi yang sangat jenius mempertahankan kekuasaannya dan mampu meningkatkan kondisi perekonomian baik makro maupun mikro menjadi relatif lebih baik. Yakni, terpilih dan terpilihnya kembali Soeharto sebagai presiden RI. Oleh karena itu, presiden Soeharto dapat memerintah Indonesia selama hampir 32 tahun.
Hal itu tentu tidak terlepas dari terjadinya pemusatan kekuasaan negara di tangan presiden. Dari berbagai sudut pandang dan objek benchmarking, tampak bahwa pelaksanaan sistem pemerintahan presidensial di masa ORBA memiliki kemiripan dengan pelaksanaan sistem pemerintahan di masa Demokrasi terpimpin atau Orde Lama. Yakni: Pembatasan hak-hak politik rakyat, pemusatan kekuasaan di tangan presiden, pembentukan lembaga ekstra-konstitusional. Memang undang-undang yang membolehkan campur-tangan presiden di bidang peradilan sudah dihapus, namun itu tidak berarti presiden Soeharto tidak dapat mencampuri pelaksanaan kekuasaan kehakiman saat itu.
Walau perekonomian kualitasnya dapat ditingkatkan, tapi karena gagalnya character-building menyebabkan virus-virus KKN menyebar laksana benang sari di musim panas.
Periode 21 Mei 1998 sampai Sekarang ( Sesudah Amandemen)
Periode ini diawali dengan pernyataan pengumuman pengunduran diri presiden Soeharto dan selanjutnya BJ Habibie menjabat sebagai presiden. Secara umum, sistem pemerintahan yang digunakan adalah presidensial. Pada periode ini terlihat perkembangan yang cukup signifikan ke arah lebih baik dalam berbagai bidang. Hukum semakin dipertegas dan jelas, sehingga kemungkinan multitafsir dapat dicegah dan oknum yang ingin memanifulasi hukum dapat dideteksi.
Pada periode ini, pemilu dapat dijalankan dengan baik sebagai realisasi demokrasi di Indonesia. Pemimpin-pemimpinnya pun sangat sedikit yang menampilkan jiwa diktator dan hedonis.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini perbandingan sistem pemerintahan negara republik Indonesia sebelum dan sesudah dilaksanakannya amandemen Undang-Undang Dasar 1945:
Masa Orde Baru
(Sebelum Amandemen UUD 1945)
Periode 11 Maret 1966 sampai 21 Mei 1998
Masa Reformasi
(Setelah Amandemen UUD 1945)
Periode 21 Mei 1998 sampai sekarang
1. Indonesia adalah negara hukum
Indonesia adalah negara hukum ( pasal 1 ayat 3)
2. Sistem konstitusional pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi atau basic law
Sistem konstitusional pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi atau basic law ( pasal 2 ayat 1, pasal 3 ayat 3, pasal 4 ayat 1)
3. Kekuasaan negara tertinggi di tangan MPR
Kekuasaan negara tertinggi di tangan MPR ( pasal 1 ayat 2, pasal 5 ayat 1)
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi menurut UUD 1945
Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi menurut UUD 1945 ( pasal 3 ayat 2, pasal 4 ayat 1 dan 2)
5. Presiden tidak bertangung jawab kepada DPR
Presiden tidak bertangung jawab kepada DPR ( pasal 4-16 tentang presiden)
6. Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab pada DPR
Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab pada DPR (pasal 17)
7. Kekuasaan kepala negara terbatas
Kekuasaan kepala negara terbatas ( pasal 3 ayat 3, pasal 7A, pasal 20A ayat 2 dan 3)
Struktur kekuasaan negara sebelum amandemen UUD 1945 :

















Struktur kekuasaan negara setelah amandemen UUD 1945 :

Sistem pemerintahan di Indonesia merupakan suatu sistem yang cukup menarik untuk dijadikan objek pembahasan yang komprehensif, tidak hanya karena dinamisitasnya tapi juga perkembangan historisnya yang juga kontroversial. Sehingga apabila ada pembahasan mengenai perbandingan antara sistem pemerintahan sebelum dan sesudah amandemen, tentu akan kurang “ khusyuk’ jika pembahasannya tidak sesuai kronologis historial.
Sistem pemerintahan di Indonesia terus mengalami perubahan dan perkembangan sejak awal dimerdekakannya negara Indonesia ini. Namun Indonesia sebagai rechstaat atau negara hukum tetap dipertahankan dan rakyat baik, itu hanya “formalitas” atau tidak tetap menjadi pemegang kedaulatannya.
Berikut ini periode-periode pada perjalanan sistem pemerintahan negara Indonesia berdasar konstitusi yang digunakan :
Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1945
Undang-undang Dasar 45 merupakan konstitusi pertama bagi negara negara republik Indonesia. Walaupun dalam segi stabilitas keamaan belum baik, karena masih ada pengaruh NICA dan sekutunya untuk merebut NKRI kembali. Tapi, pemerintahan bisa dijalankan walau “jatuh-bangun” oleh masalah-masalah yang ada, belum lagi inflasi dan blokade ekonomi oleh pihak Belanda saat itu.
Berdasar pasal II Aturan Peralihan, kekuasaan presiden sangat luar biasa, yaitu meliputi:
a) Kekuasaan presiden sendiri, yaitu kekuasaan eksekutif
b) Menjalankan kekuasaan MPR
c) Menjalankan kekuasaan DPR
d) Menjalankan kekuasaan DPA
Dari semua wewenang yang dapat diambil oleh presiden terlihat kalau hal itu seakan-akan menunjukan kekuasaan presiden sebagai penguasa tertinggi tunggal. Cara-cara pemerintahan diktator pun sering menjadi panorama umum. Akibatnya, meski menurut UUD 1945 bangsa Indonesia menganut sistem presidensial. Dalam kenyataannya, kita menganut sistem yang terpusat secara mutlak dan bersifat revolusioner atau revolutionary and absolutely centralized govermental system)
Namun, pada tanggal 14 November 1945 terjadi perubahan dengan keluarnya maklumat presiden. Isi maklumat tersebut adalah bahwa tanggung jawab pemerintah ada di tangan para menteri. Pengalihan tangung jawab pemerintahan ini menunjukan adanya penggantian sistem pemerintahan, sebab dengan itu presiden tidak lagi berfungsi sebagai kepala pemerintahan, melainkan hanya sebagai kepala negara. Jabatan kepala pemerintahan dijabat oleh perdana menteri, yang bersama para menteri-menteri mempertanggungjawabkan pelaksanaan semerintahan kepada parlemen. Peristiwa ini semakin meyakinkan banyak orang kalau presiden saat itu memang bertindak laksana diktator berwajah manis. Namun dalam satu sisi, hal ini merupakan bentuk penghormatan dan transparansi presiden kepada pihak lain yang juga loyal terhadap nasib pemerintahan Indonesia saat itu. Memang sangat sulit menentukan pihak mana yang benar-benar salah karena tidak benar.
Sejak adanya maklumat wakil presiden No X, yang berisi : Sebelum MPR dan DPR terbentuk, KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN. Mulai saat itu kekuasaan presiden sudah terbatas.
Lebih sederhananya, dalam UUD 45 tersebut ditegaskan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Bentuk negara, bentuk pemerintahan dan sistem pemerintahan sbb:
1. Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik.
2. Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950
Pasal 1 konstitusi RIS menyebutkan :
a) RIS yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk serikat
b) Kekuatan berkedaulatan RIS dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan DPR dan senat.
Secara umum. Pada periode ini berlaku konstitusi RIS sehinga bentuk negara Indonesia adalah serikat dan mempunyai sistem pemerintahan republik parlementer . hal ini tak lepas dari pengaruh budaya politik bangsa Belanda yang juga menganut sistem parlementer. Pelaksana kedaulatan rakyat adalah DPR dan senat. Pemerintah dilaksanakan oleh para menteri yang dipimpin oleh perdana menteri dan bertanggung jawab pada parlemen.
Pada masa ini terdapat lembaga negara sebagai berikut:
1. Dewan Menteri
2. DPR
3. Presiden
4. DPK
5. MA, lembaga pengadilan federal tertinggi
6. Senat, lembaga perwakilan negara-bagian di negara RIS
Dalam melaksanakan tugasnya, presiden dibantu oleh para dewan menteri . para dewan menteri terdiri atas menteri-menteri yang diwajibkan memimpin salah satu departemen. Akan tetapi, menteri-menteri yang tidak memangku suatu departemen pun dapat diangkat. Tanggung jawab pemerintahan sepenuhnya berada di tangan perdana menteri dan para menteri kabinet.
Dalam menjalankan kewajuban ini, presiden tidak dapat diganggu gugat, presiden tidak dapat salah dan disalahkan. Penanggung jawab seluruh kebijakan pemerintah adalah para menteri, baik bersama-sama untuk seluruhnya atau masing-masing untuk bagiannyasendiri. Jadi, kabinet bertanggung jawab kepada parlemen. Konsekuensinya, kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen jika kebijakanny a tidak disetujui parlemen.
Periode 17 Agustus 1945 sampai 5 Juli 1959
Pada periode ini menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia ( UUDS RI 1950). Pasal 1 UUDS RI 1945 menyatakan sebagai berikut:
1. RI yang merdeka dan berdaulat, ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan
2. Kedaulatan RI adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah bersama-sama DPR
Dalam piagam persetujuan RIS-RI tanggal 19 Mei 1950, disebutkan negara RI kembali menjadi negara kesatuan dengan sistem pemerintahan parlementer. Sehingga para menterinya sebagai penyelenggara pemerintahan bertanggung jawab kepada DPR.
Berbeda dengan konstituso RIS, UUDS 1950 hanya mengenal 5 lembaga negara, yaitu:
1. Menteri-menteri
2. Presiden
3. Dewan Perwakilan Rakyat
4. Mahkamah Agung
5. Dewan Pengawas Keuangan
Menurut UUDS, presiden berfungsi sebagai kepala negara. Meski presiden merupakan bagian dari pemerintahan, tanggung jawab pemerintahan berada di tangan perdana menteri bersama para menterinya. Karena yang dianut adalah sistem parlementer, presiden dan wakil presiden tidak boleh diganggu-gugat. Penanggung jawab tindakan pemerintah adalah menteri-menteri, secara bersama-sama untuk seluruhnya atau masing-masing untuk bagiannya sendiri.sebagai imbangannya, pemerintah dapat meminta presiden untuk membubarkan DPR.
Pada masa ini, kondisi perpolitikan kurang begitu stabil. Kabinet kerap kali jatuh, karena sering mendapat mosi tidak percaya dari DPR. Sehingga terjadi masa “transisi” abadi, walaupun secara umum mempunyai goal yang kurang lebih sama.
Yang jadi masalah besar pada periode ini adalah kegagalan konstituante dalam menetapkan hukum dasar negara, sehingga untuk menyelamatkan negara dan bangsa akibat gagalnya konstituante tersebut, presiden mengeluarkan dekrit presiden pada tanggal 5 Juli 1959.
Periode 5 Juli 1959 sampai 11 Maret 1966
Periode ini dimulai sejak keluarnya dekrit 5 Juli 1959 yang penuh kontroversi, namun di dukung mayoritas rakyat, ABRI dan parpol tertentu karena mengembalikan Indonesia kepada UUD para founding father, yaitu UUD 45. Pada periode ini sistem pemerintahan RI diselenggarakan atas asas demokrasi terpimpin dan sistem presidensial.
Pada aktualisasinya, bukannya semakin menuju ke UUD 45, presiden malah semakin menampakkan kediktatorannya melalui penyimpangan-penyimpangan yang sangat kontradiktif dengan kaidah UUD 45. Begitu pula dengan dasar negara kita,pancasila. Pancasila kita dihianati bahkan dimodifikasi sedimikian rupa tafsirannya untuk mendapatkan, mempertahankan dan memperbesar kekuasaan pemimpin.
Penyimpangan tersebut antara lain tampak dalam hal-hal berikut:
1. Pimpinan-pimpinan MPR, DPR , BPK dan MA diberi kedudukan sebagai menteri , sehingga ditempatkan sebagai bawahan presiden. Oleh karena itu, dalam mekanisme kerja MPR dan DPR ditentukan bahwa jika MPR atau DPR tidak berhasil mengambil keputusan, maka persoalan tersebut diserahkan kepada presiden untuk memutuskannya. Padahal menurut UUD 45, MPR adalah lembaga yang membawahi dan berkedudukan lebih tinggi dari presiden
2. Presiden juga memperluas kekuasaannya melalu UU No 19 tahun 1964 yang antara lain menentukan bahwa demi kepentingan revolusi, presiden berhak untuk mencampuri proses peradilan. Padahal UUD 45 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka, yang terlepas dari pengaruh pemerintah.
Tampak bahwa prinsip pemisahan kekuasaan negara dan sistem check and balanc yang menjadi pilar utama sistem pemerintahan presidensial telah terabaikan saat itu. Bahkan presiden memperbesar kekuasaannya dengan membentuk lembaga ekstra-konstitusional ataupun dengan mengatur sendiri hal-hal yang semestinya diatur bersama dengan DPR.
Periode 11 Maret sampai 21 Mei 1998
Periode ini berawal dari peristiwa yang sangat membingungkan sekaligus memalukan. Yakni adanya pengondisian stabilitas keamanan dan politik untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan. Sehingga, walaupun secara teoritis periode ini menganut sistem parlementer dan “berniat” reaktualisasi pancasila dan UUD 45 secara murni.
Dalam kenyataannya, hanya melahirkan pemimpin abadi yang sangat jenius mempertahankan kekuasaannya dan mampu meningkatkan kondisi perekonomian baik makro maupun mikro menjadi relatif lebih baik. Yakni, terpilih dan terpilihnya kembali Soeharto sebagai presiden RI. Oleh karena itu, presiden Soeharto dapat memerintah Indonesia selama hampir 32 tahun.
Hal itu tentu tidak terlepas dari terjadinya pemusatan kekuasaan negara di tangan presiden. Dari berbagai sudut pandang dan objek benchmarking, tampak bahwa pelaksanaan sistem pemerintahan presidensial di masa ORBA memiliki kemiripan dengan pelaksanaan sistem pemerintahan di masa Demokrasi terpimpin atau Orde Lama. Yakni: Pembatasan hak-hak politik rakyat, pemusatan kekuasaan di tangan presiden, pembentukan lembaga ekstra-konstitusional. Memang undang-undang yang membolehkan campur-tangan presiden di bidang peradilan sudah dihapus, namun itu tidak berarti presiden Soeharto tidak dapat mencampuri pelaksanaan kekuasaan kehakiman saat itu.
Walau perekonomian kualitasnya dapat ditingkatkan, tapi karena gagalnya character-building menyebabkan virus-virus KKN menyebar laksana benang sari di musim panas.
Periode 21 Mei 1998 sampai Sekarang ( Sesudah Amandemen)
Periode ini diawali dengan pernyataan pengumuman pengunduran diri presiden Soeharto dan selanjutnya BJ Habibie menjabat sebagai presiden. Secara umum, sistem pemerintahan yang digunakan adalah presidensial. Pada periode ini terlihat perkembangan yang cukup signifikan ke arah lebih baik dalam berbagai bidang. Hukum semakin dipertegas dan jelas, sehingga kemungkinan multitafsir dapat dicegah dan oknum yang ingin memanifulasi hukum dapat dideteksi.
Pada periode ini, pemilu dapat dijalankan dengan baik sebagai realisasi demokrasi di Indonesia. Pemimpin-pemimpinnya pun sangat sedikit yang menampilkan jiwa diktator dan hedonis.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini perbandingan sistem pemerintahan negara republik Indonesia sebelum dan sesudah dilaksanakannya amandemen Undang-Undang Dasar 1945:
Masa Orde Baru
(Sebelum Amandemen UUD 1945)
Periode 11 Maret 1966 sampai 21 Mei 1998
Masa Reformasi
(Setelah Amandemen UUD 1945)
Periode 21 Mei 1998 sampai sekarang
1. Indonesia adalah negara hukum
Indonesia adalah negara hukum ( pasal 1 ayat 3)
2. Sistem konstitusional pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi atau basic law
Sistem konstitusional pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi atau basic law ( pasal 2 ayat 1, pasal 3 ayat 3, pasal 4 ayat 1)
3. Kekuasaan negara tertinggi di tangan MPR
Kekuasaan negara tertinggi di tangan MPR ( pasal 1 ayat 2, pasal 5 ayat 1)
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi menurut UUD 1945
Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi menurut UUD 1945 ( pasal 3 ayat 2, pasal 4 ayat 1 dan 2)
5. Presiden tidak bertangung jawab kepada DPR
Presiden tidak bertangung jawab kepada DPR ( pasal 4-16 tentang presiden)
6. Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab pada DPR
Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab pada DPR (pasal 17)
7. Kekuasaan kepala negara terbatas
Kekuasaan kepala negara terbatas ( pasal 3 ayat 3, pasal 7A, pasal 20A ayat 2 dan 3)
Struktur kekuasaan negara sebelum amandemen UUD 1945 :

















Struktur kekuasaan negara setelah amandemen UUD 1945 :

TANNAS dan Konflik Palestina-Israel



Masa transisi antara tahun 2008 dan 2009 ternyata tak seindah yang dibayangkan banyak pakar. Tidak ada malam perdamaian dan tak ada malam kekhusyukan. Malah diperparah dengan tumpahnya darah di jalur Gaza dan tepi barat. Memang hal tersebut hanya mempunyai pengaruh minor bagi bangsa Indonesia sendiri, yang notabenenya masih sibuk dengan masalah dalam selimut. 
Sebagai negara yang dengan bangga mengusung politik bebas-aktif. Dalam perpektif penulis bebas artinya tidak memihak yang salah dan “masih bingung” untuk memihak yang benar, yang biasa dikatakan netral atau memang tidak tahu sama sekali. Aktif artinya dengan sengaja melakukan tindakan untuk menciptakan perdamaian dunia. Namun apabila dikritisi lagi, ternyata kata aktif itu sendiri sekarang menyimpan. Sekarang malah sudah ternodai dengan paradigma kapitalistik, sehingga tafsiran aktif-nya menjadi “dengan sengaja menciptakan perdamaian dunia jika ada untungnya”
Penulis tak mau lebih dalam membahas hal itu. Kembali ke masalah utama di sini, yakni tentang ketahanan nasional yang hubungannya dengan negara luar. Di atas sudah sedikit disinggung masalah Israel-Palestina yang kembali memanas pada akhir tahun 2008 tadi. Masalahnya memang cukup kompleks, perang tersebut bisa dipandang sebagai pertentangan politik, militer bahkan menyangkut masalah ghazwul fikr aqidah sentris.
Mengkritisi negara “Indonesia yang merupakan titik utama pembahasan hubungan ketahanan nasional terhadap hubungannya dengan out-state kali ini”. Ternyata kadang ada hal yang kontradiktif antara realitas dan idealitas. Selanjutnya, agar pembahasan hubungan ketahanan nasional terhadap hubungan dengan negara lain lebih sistematis. Yang kali ini dititik beratkan hubungannya dengan konflik Palestina-Israel. Sengaja pembahasannya lebih kaku.
Konsistensi Terhadap Asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia
Asas Kesejahteraan dan Keamanan
Asas ini cukup fundamental keberadaannya dalam eksistensi Indonesia terhadap dunia internasional. Dalam asas ini, terdapat makna yang kontekstual yang artinya bisa disesuaikan dengan sikon Indonesia itu sendiri maupun negara luarnya. Melalui asas ini, Indonesia diarahkan untuk menciptakan dan mempertahankan kesejahteraan dan keamanan yang dicapai dengan turut “ambil pusing” terhadap masalah luar negeri.
Dalam hubungannya dengan konfliks Palestina-Israel. Asas ini mengajarkan bahwa Indonesia tetap harus sadar akan masalah yang timbul di TimTeng tanpa menyesampingkan masalahnya sendiri, sehingga dituntut adanya skill manajemen masalah. Lebih lanjut, ternyata ketahanan nasional Indonesia dapat dipertahankan dengan turut bersolidaritas terhadap masalah tersebut. Karena notabene warga Indonesia religuitas islamisnya sangat kental, sehingga apabila Indonesia tidak menunjukan rasa solidaritasnya hanya akan menimbulkan konfliks internal saja. Hal tersebut bukannya tanpa dasar, karena kita tentu sering melihat sekaligus mendengar di mass media tentang banyaknya aksi demo yang mengecam decision making dari Israel yang tidak manusiawi. Aksi demo tersebut didominasi oleh organisasi maupun lembaga yang background-nya islamis.
Dalam asas ini, kita semakin diajarkan tentang sebuah konsep kausalitas bahwa “ jika Indonesia bersolidaritas terhadap konfliks di TimTeng maka kesejahteraan dan keamanan dapat dicapai karena adanya ketenangan batin dari masyarakat Indonesia”.
Asas Komprehensif Integral
Asas kali ini cukup erat relasinya dengan satu pasal sebelumnya. Karena kesejahteraan dan keamanan hanya akan tercipta dengan adanya planning, organizing, acting dan controlling yang komprehensif. Mengapa harus empat step yang terkesan rumit? Memang begitulah, agar nantinya didapati suatu bangunan “ketahanan nasional” yang indah serta mempunyai fondasi sangat kuat. 
Pertama planning, dalam konteksnya dengan masalah Palestina-Israel. Planning atau perencanaan berperan dalam 5W 1H, apa yang harus dilakukan sebagai bentuk solidaritas? Apa efeknya terhadap ketahan nasional?Mengapa? Bagaimana caranya? Siapa yang melaksanakan? Dan kapan dilaksanakan? Sehingga dengan decision making (pembuatan keputusan) yang tepat nantinya akan dapat menciptakan dan mempertahankan ketahan nasional Indonesia.
Kedua organizing. Planning saja tidak cukup, sebelum dikerjakan ada pengorganisasian planning tersebut. Ini sebenarnya sangat mirip dengan planning, namun sudah ada langkah konktrit yang ditempuh. Sehingga untuk aktingnya dapat berjalan dengan efektif. Organizing lebi bersifat spesialisasi pangaktualisasi tujuan, sehingga masing-masing koponen mempunyai tugas khusus yang variatif namun mempunyai tugas utama yang sama.
Ketiga acting. Step ini lah yang paling urgen karena kalau tidak ada acting untuk apa capek-capek planning dan organizing. Dalam acting-nya pun tidak harus kaku dengan cara yang telah dirumuskan dalam planning, karena walaubagaimana pun ketahanan nasional lah yang ingin ditingkatkan kualitasnya bukan untuk merealisasikan “prosesnya”.
Terakhir controlling, dengan pengontolan ini akan didapat efektivitas antara planning dan acting. Serta dapat diukur apakah ketahanan nasional yang diidam akan sudah ada indikasinya. Lewat controlling ini akan dapat diketahui apakah reaksi mayoritas warga Indonesia terhadap rasa solidaritas bangsa Indonesia terhadap problem yang ada di TimTeng. Lebih lanjut tentu harus ada skill untuk memanipulasi redaksi agar ketahanan nasional tetap dipertahankan dan kebenaran tetap dibela, namun jangan sampai memancing negara lain yang tabiatnya nagatif mengintervensi ketahanan nasional.
Asas Mawas Ke Dalam dan Mawas Ke Luar
Laksana kesehatan seorang manusia ketahanan nasional itu, jika makanan kurang bergizi akan menyebabkan bakteri dan virus dengan mudah membuat imunitas menurun. Selain itu, pola hidup sehat harus selalu diaktualisasikan sehingga kesehatan bisa dijaga. Intinya ada faktor intern dan ekstern yang sangat mempengaruhi ketahanan nasional kalau dianalogikan dengan kesehatan manusia.
Hubungannya dengan konflik Israel-Palestina. Mawas ke dalam bermakna bahwa bagaimana ketahanan nasional secara intern dapat dipertahankan dan ditingatkan kualitasnya dengan mengeluarkan the genius decision. Artinya, dengan adanya keputusan yang tepat seperti menyatakan Indonesia mengutuk kekejaman dan kebiadaban yang di lakukan Yahudi la’natullah ‘alaihim dan menunjukan solidaritasnya. Sehingga ada respon positif dari rakyat secara umum yang secara tidak langsung mencerminkan adanya harmonisasi antara pemerintah dan masyarakat yang tak lain merupakan salah satu indikator berseminya ketahanan nasional.
Mawas keluar sebenarnya kompleksitasnya melebihi mawas ke dalam. Namun bahasa sederhananya mawas ke luar lebih mengarah kepada harus adanya politik luar negeri yang cerdas dalam menanggapi konflik Israel-Palestina. Ketahanan nasional sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi,sosial dan politik, serta edukasi. Sehingga selanjutnya Indonesia sudah seyogianya proporsional antara dukungan dan “kutukan”. Karena apabila terlalu mengutuk bangsa Israel tanpa alasan yang valid, akan menyebabkan “tersinggungnya” negara pendukung Israel tersebut, seperti AS, Inggris dan sebagainya. Dampak buruknya mungkin akan menjurus kepada labilitas yang terjadi pada ekonomi Indonesia. Begitu pula sebaliknya, yang penting semuanya proporsional dan objektif.
Asas Kekeluargaan
Sudah menjadi culture bangsa Indonesia mengenai kekeluargaan ini. Namun kalau diamati realitasnya, malah terjadi kekeluargaan yang “keterlaluan”. Contohnya seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Sebenarnya sifat kekeluargaan ini sangat efektif menjadi kalatisator ketahanan nasional yang berkualitas. Dalam arti sifat kekeluargaan tersebut menjadi bahan bakar menuju ketahanan nasinal.
Berhubungan dengan kebijakan luar negeri Indonesia. Sifat kekeluargaan ini sangat penting terhadap respon negara lain terhadap Indonesia. Dengan mencerminkan sikap yang berkeluarga dengan negara lain, secara otomatis negara lain tidak akan merasa dimusuhi. Sehingga akan ada respon pisitif kepada negara Indonesia, yang mana hal tersebut akan menjadi salah satu pemacu stabilitas keadaan bangsa Indonesia. Yang ujung-ujungnya mengarah kepada terwujudnya ketahanan nasional yang berkualitas.
Dari empat asas yang ada di atas. Sebenarnya menitik beratkan kepada keterampilan bangsa Indonesia bersikap dan mengeluarkan redaksi statement, supaya tidak “menyinggung negara lain” dan tidak “menodai” hak rakyatnya dalam hal decision making. Karena ketahanan nasional sangat dipengaruhi oleh dua variabel tadi. Jadi harus ada sinergisitas antara keduanya agar terciptamya kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu’alam



My short Story: "True, Whether Always True?"


On the night of Ramadhan, when the sun did smile to the earth and sang a beauty song for all creature. Trees prostrated to the almighty Allah. But in the nice situation like that, stars still felt sad behind clouds. Wind walked without eye and map, it made me must used sweater.
In Sabillal Muttaqin mosque. I and friends stayed in the mosque because of the almighty Allah or usually called ‘itikaf for three days. We started from Sunday, the last week of Ramadhan. We were about fourten persons.There, I can extended my knowledge about islam and I could ask many question to Mr. Nashrullah Atha. Because he followed it with us too. He was a teacher in one of islamic school. Besides he had high knowledge about Fiqih and ushul fiqih, his knowledge about biology and chemistry were high enough too. So, he could tell about fiqih and ushul fiqih with scientific approach.
The last night, when all of my friends were sleeping. I went out from the mosque to its terrace. Although cold, I sat there and did sum myself. I felt sad and doubt about my activity before. I always made sins with my eyes, ears, hands, mouth etc.
I closed my eyes. Tried to cried, but I couldn’t do it. I didn’t know, whether my sins are too much. Maybe my heart was too black for it. I was so sad till I didn’t feel anything when many mosquitos bite myself.
Suddenly, one of my friend, Roni. Walked to approach me when I was still sitting and closing my eyes.
“ Zayed,, why were you sad? Were you ok?”
“ I was fine Ron,,,. No problem here...” I said.
“ Zayed, you must be honest to me. We were still in Ramadhan”
“ Ok..., I was feeling so sad. My sins were too much. Could I go into the heaven?”
“ Friend, didn’t say like that.. we had to be optimist. We must believe we could into the heaven. You knowed, we were human, the best creature” Roni said with his spirit.
“ So, you said that go into the heaven was easy. Didn’t you?”
“ I though like that..., because Islam was easy”
“ Ok..., thanks for your advices. But, now I wanted to be alone. Friend, may Allah bleassed you and your family! And please leaved me alone”
Roni got into the mosque. I believed he could understand me. Now, my sadness increased. My question change for easy or hard into the heaven.
I was still sitting on the terrace of the mosque. I opened my eyes and looked at the sky to though about it. I only saw the sun without its friends, the stars. I saw the sun, were my sins as big as the sun there? And was my heart as black as the sky now? .Than, I closed my eyes again and said “ Astaghfirullah...”
The time showed 00.00 am. My sleepy was gone. I could’t sleep, I was so fear if tomorrow I died. Now, night more black than before. Coldness began go into mybody. It told to me that morning will there was here and night will was died soon.
Suddenly, another myfriend came to me. His name was Rajian. He was older than me, but he was enjoyable.
“ Peace be upon you” Rajian said
“ Peace be upon you too”
“ Why didn’t you sleep now?”
“ I had a big problem. Could you help me?”
“ Of course I will helped you because you were mybrother in Islam. What was your problem?”
“ Let me told you,did you think it was easy or hard to went into the heaven?”
Rajian was so doubt. Then he closed his eyes and harrowed his head. I believed he could give me an answer.
“ Zayed, I had though about it. The conclusion, into the heaven was hard. The reason, our condition couldn’t help me for say prayer to Allah, and too many negative activities in our environment.”
“ What?” I said
“ Yes,got into the heaven was very hard. Therefore, we had to said prayer to Allah hardly.
“ So.. it was hard. Were you sure?”
“ Yeah..., so if you wanted into the heaven. You must managed your heart well. If there was small conceited, it could make us into the hell. Remember, The fuel of hell were stones and humans.”
“ You were right...”
“ Once again. We must managed our eyes, brain, ears and mouths well too. If we did not, they could make much mistakes, mistake could make sins and sins were key of the hell”
“ Ya.. moreever, now too many human couldn’t managed thier performance to agree with islam”
“ Now I was so sleepy. I wanted to sleep” Rajian says
“ sure...” I said
Now I was alone. After I got many advices from Rajian. My doubt increased more than before. I got two different answers. But they couldn’t clean my doubt in heart. I tried to make conclusion, that “ in the theory into the heaven was easy, but in reality was hard”.
Although I got conclusion, I still couldn’t sleep. I didn’t know, whether my conclision was true or still false.



Semua Manusia Cerdas



Menanggapi banyaknya omongan dari siswa yang mengatakan “sekarang banyak sarjana yang nganggur dan untuk apa cape-cape belajar kalo hasilnya cuma nihil”. Sebenarnya realitanya memang begitu, namun seharusnya para pelajar tetap harus eksis dalam hal “belajar-mengajar”. Banyaknya sarjana yang nganggur bukan karena semakin sedikitnya lapangan kerja, tapi cenderung karena “proses” menjadi sarjananya yang perlu dipertanyakan. Sarjana yang sebenarnya tentu akan mampu memutar otaknya untuk menciptakan lapangan kerja baru yang lebik efektif dan efisien, terlepas dari modal yang diperoleh.
Fenomena banyaknya “sarjana” nganggur berimplikasi dengan meningkatnya kemalasan dalam menuntut ilmu, hal ini tak lepas dengan berhasilnya beberapa oknum menebarkan virus-virus materialisme dan komersialisme. Sebenarnya apabila siswa mempunyai ilmu, bukan dia yang aktif mencari uang. Namun, lebih berpotensi uang yang akan mengejar dia, asal “berilmu, bukan berpredikat pintar”. Hal itulah yang akan dibahas lebih dalam di artikel kali ini.
Penyusutan paham akan pentingnya ilmu sekarang mendekati derajat sempurna, atau menyusut total. Hal itu tak lepas dari banyaknya buku-buku yang memberikan informasi bahwa orang sukses adalah orang “bodoh” yang tak kenal kata menyerah berusaha, dengan disebutkan Bill Gates dulunya begini, Thomas A. Edison dulunya begitu dan sebagainya. Namun,coba pikirkan apakah suatu software dapat dibuat hanya dengan bermodalkan otot dan keringat ? Apakah lampu bisa dibuat hanya dengan percobaan-percobaan tanpa perencanaan? Mustahil kan?
Semoga kita semua tidak terpengaruh dengan paham yang meremehkan ilmu tadi.ilmu sangat urgen peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun sayang, banyak orang menganggap orang yang cerdas hanya orang yang dengan lihai menggunakan otak kirinya, sehingga terjadi dikotomi antara yang cerdas dan yang kurang. Hal itupun berakibat menurunnya semangat orang yang “kurang berkembang otak kirinya” dalam menuntut ilmu. Semua manusia sebenarnya cerdas, dan punya kelebihan dalam bidang-bidang tertentu. Seperti ayat di dalam al-Qur’an yang kurang lebih artinya“Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sebaik-baiknya”
Semua manusia pada dasarnya cerdas. Namun, nantinya akan mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda sesuai kecerdasan yang selalu ia asah dan bagaimana ia mengatur harinya. Cara untuk memperbesar nyala kecerdasan tentunya dengan menuntut ilmu atau istilah lainnya belajar. Namun, sistem belajar pun sangat menentukan dalam percepatan menjadi lebih cerdas. Sekarang ada hal-hal dasar yang “wajib” dimiliki oleh seseorang yang tidak ingin menjadi “sarjana nganggur”. Penulis melahirkan gagasan ini setelah menyantap salah satu bukunya Aa Gym.

Belajar Ikhlas
Belajar seperti ini merupakan hal yang menentukan keberkahan ilmu yang diperoleh. Usahakan selalu belajar untuk mengharap ridha Allah SWT, dengan cara memulai belajar dengan basmallah dan istighfar. Agar setiap ilmu yang masuk dapat ditampung ditempat yang bersih. Namun, ketika masih bergelimangan dosa dan kita memulai untuk belajat. Dalam prosesnya nanti, ilmu tersebut akan diserap dan masuk ditempat yang kotor. Tentu ilmu itu akan penuh noda dosa dan tentu hilang keberkahan ilmu itu sendiri. Usahakan pula agar belajar tidak sekedar sebagai persiapan menghadapi ulangan atau mencari lapangan pekerjaan nantinya. Namun, usahakan untuk ikhlas belajar karena Allah SWT dan nanti “ menciptakan “ lapangan pekerjaan untuk sesama mukmin sebagai bukti bertakwa kepada Allah SWT. Mengenai istighfar, sebenarnya sangat baik dilakukan/diucapkan sebelum belajar dari sudut pandang kedokteran. Namun tidak bisa diuraikan saat ini.
Belajar Keras
Belajar dengan keras ini juga merupakan elemen dasar agar menjadi yang lebih cerdas. Belajar keras bukan belajar dengan sekuat-kuatnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, namun lebih ke “kontinyuitas” dalam berproses. Karena ketika kita sedikit demi sedikit melakukan sesuatu dalam jangka waktu tertentu, tentu akan lebih baik dari pada kita melakukan dengan sangat diluar toleransi pada awalnya lalu istirahat yang lama, atau malah meninggal sebelum menikmati hasil. Belajar dengan keras pun harus mempunyai strategi matang terlebih dahulu, sesuaikan waktu dan tempatnya. Yang lebih penting, “utamakan materi pelajaran yang lebih utama”.
Dalam proses belajar pun, semangat sangat diperlukan. Karena dengan semangat itulah akan melahirkan kesadaran diri untuk belajar dengan ikhlas dan keras. Bagaimana memperoleh semangat?, tentu hal itu sangat relatif. Sebagian dari orang biasanya menjadikan cita-citanya sebagai bahan bakar awal dalam penyemangat belajar. Namun tak jarang pula, adanya tujuan untuk menjadi yang terbaik di kelasnya menjadikan dia seorang yang belajar dengan keras. Ada juga orang yang akan timbul semangatnya untuk belajar ketika ada seseorang yang disukainya dan ia menganggap dengan prestasi lah yang disukainya itu aka menaruh hati kepadanya. Tak hanya itu, himpitan ekonomi juga menyebabkan seseorang belajar dengan keras. Namun alangkah baiknya semangat itu timbul ketika kita sadar bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi seorang muslim dan muslimah, demi jayanya kembali islam. Bayangkan sayap-sayap malaikat yang tak terbayangkan eloknya diserahkan kepada insan-insan mukmin yang menuntut ilmu. Allahu akbar!!!!!!!!!
Belajar Cerdas  
Dalam bagian inilah kita akan mengenal yang dinamakan seni dalam menuntut ilmu. Belajar dengan cerdas ini akan otomatis lahir pada diri individu yang telah belajar dengan ikhlas dan keras. Maksud dari belajar cerdas ini adalah bagaimana kita mengoptimalkan 

kekreatifan kita dalam mendapatkan ilmu. Disinilah dengan mudah kita dapat membedakan mana orang pintar dan cerdas.
Belajar tidak hanya lewat membaca buku atau mendengarkan guru menjelaskan. Belajar dengan cerdas menuntut agar semua indra yang kita miliki dapat menambah ilmu yang kita miliki. Allah berfirman, Bacalah!!!. Dalam struktur bahasa arab, dikatan kata perintah tersebut merupakan kata perintah tanpa objek. Jadi, kita belajar bisa lewat pemandangan alam yang kita syukuri, musibah yang kita terima atau dari sistem pendidikan kita yang tak punya konsistensi.
Ketika seseorang dapat memahami secara holistik kalimat belajar dengan cerdas. Dia akan menyampaikan kepada orang lain ilmu-ilmu apa saja yang ia miliki dengan ikhlas, karena dia tahu apabila kita memberikan sesuatu ilmu kepada orang lain, Allah pasti mewariskan tentang suatu ilmu yang belum ia ketahui. Yang luar biasa dalam transfer ilmu ini, seseorang yang diberitahu tentang suatu ilmu dan mengamalkannya. Maka, yang memberitahu itu akan memperoleh pahala yang sama dengan orang yang mengamalkan ilmu darinya, tanpa mengurangi pahala orang mengamalkan ilmu tersebut. Bukankah orang pintar hanya mempunyai nilai 10 tanpa bisa membuat orang lain mendapat nilai yang sama?
Semoga beberapa saat lagi bermunculan sarjana yang benar-benar sarjana, sarjana yang cerdas dan mencerdaskan. Yang mampu di sebut sebagai agent of change dan kontrol sosial. Sarjana yang lahir dari embrio seragam putih abu-abu yang berkualitas. Siswa yang mampu mengatur dirinya, waktunya dan cara berpikirnya seefektif mungkin dengan landasan islam.
Untuk itu marilah kita hapus kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik bagi seorang pelajar. Kebiasaan hedonis, nonton acara TV yang tidak berkualitas, olahraga yang tak teratur, omongan yang tidak bermanfaat dan hal-hal lain yang mendekati zina. Gunakan masa muda semaksimal mungkin untuk hal-hal yang positif, usahakan jujur dalam segala hal. Agar tidak bermunculan nantinya sarjana yang hanya dinama.
penulis tidak bermaksud melarang entertainment dan sport, apabila kawan-kawan semua dapat mengimbanginya dengan belajar yang ikhlas, keras dan cerdas, serta obrolan-obrolan yang bermanfaat. Di sini penulis pun tidak menasehati kawan-kawan, namun lebih ke “bumerang kritik” agar semua menjadi lebih baik. Hal ini semua saya lakukan atas dasar wajibnya berdakwah bagi setiap muslim dan dekadensi moral yang semakin memprihatinkan. Mohon maaf jika ada kata-kata yang penulis goreskan di sini ikut juga menggores hati kawan-kawan. Bukankah teman yang baik adalah teman yang mengingatkan kita ketika kita salah, dan mau mendengar nasehat kita ketika dia salah ?



Sabtu, 24 Januari 2009

My Short Story : “Logika Tanpa Logistik Itu Anarkis”

Buat teman-temanku yang disinterpretasi terhadap substansi Politik. Cerpen ini bisa dikatakan cara saya menyosialisasikan urgensi ilmu politik. Baik yang praktis maupun komplek. Karena saya yakin di dunia ini, kalau todak paham politik kita akan dipolitiki .Jangan sekedar di baca, namun pahamilah. Ada makna-makna filosofis yang tersembunyi. Cerita ini hanya fiktif belaka.
Selamat membaca....
By ZaYeD NoRwAnTo el-Hasany




“ Pertimbangkan harga pangan, sesuaikan biaya pendidikan dengan kualitas pendidikan, pikirkan persediaan energi kta, bantai para koruptor,,!!!!!,, jangan jadi DPR dewan pembantai rakyat atau Dewan Pembohong Rakyat ....!!!!”
Demo yang gila. Demo luar biasa. Di panasnya jilatan mata hari jam lima belas. Hanya aku sendiri berdiri di depan kantor DPR ,berteriak dengan dua buah bendera merah putih kusam, di tambah dua spanduk bertulisan seluruh ideku buat DPR, berukuran lima kali satu meter yang ku bawa sendiri. Demo yang terlalu heroik. Fantastis.
Aku berdiri dengan gagah bukan atas nama partai, organisasi atau LSM manapun. Di sini sekarang aku ada karena realita yang sangat terlalu jauh dengan idealita. Mengerikan Amuntaiku saat ini. Saat dua patung bebek telanjang itu telah menguasai Amuntai dengan ideologinya.
“ DPR, seharusnya menjadi Dewan Pemerhati Rakyat. Dewan Penyayang Rakyat. Dewan Penjaga Rakyat. Dewan Pemakmur Rakyat. Dewan Penyelamat Rakyat. Dewan Pembimbing Rakyat. Dewan Penyejahtera Rakyat.....!!!”
Suara ku hampir hilang menyerukan semua aspirasi kepada para anggota dewan yang ku harap mengerti nasib rakyat saat ini. Namun, sudah sekitar setengah jam aku berdiri di sini. Yang ku dapat hanya senyum pelecehan dari Pak Satpam yang menjaga pintu masuk kantor DPR itu. Sungguh mencincang hati.
Seragam putih abu- abu ku semakin basah dengan keringat. Namun semangat ku masih membara, merangsang neurit yang ada dikepalaku bekerja dengan keras.
“ DPR, mana janji-janji mu yang dulu!!!.... apakah terlalu banyak hingga mengingatnya pun susah!!!.... buktikan kamu memang betul-betul wakil dari rakyat!!!.....”
Kepala ku sedikit pusing. Namun aku tetap berdiri dengan gagah di depan kantor DPR yang mewah itu.waduh, Satpam yang sombong dengan seragamnya yang seperti power ranger itu tiba-tiba menghampiriku. Bersama dengan senyum kelicikan dan perut besarnya, dia menghampiriku membawakan secangkir air putih.
“ ini air Dik....” power ranger hitam itu menawariku dengan sombong.
Tanpa pikir panjang dan muluk-muluk, ku ambil air itu dengan sopan. Padahal di hatiku menolaknya. Tapi mau apa lagi. Aku sangat haus, belum lagi perut sudah memainkan musik rocknya dengan santai. Tapi pasti.
“ makasih Pa.....”
Dalam hatiku berkata,,,,
“ini yang namanya politik, walau benci namun saat genting seperti ini aku tetap harus memanfaatkannya. Sekali-kali aku belajar meliciki orang licik.... why not ?”
“ nama adik siapa?” tanya si titisan Hitler sambil senyum. Kumisnya yang kayak Jojon mengingatkan ku kepada imamnya Nazi. Ya tadi, Paman Hitler.
“ Udin, cukup panggil aku Din...” jawabku tegas.
“ nama yang kuno, tapi lucu juga ya...” ejeknya
Aku semakin marah kepadanya. Dasar Hitler yang tidak berperasaan. Tapi aku tetap menyimpan kemarahanku itu. Tetap tenang dan sedikit-sedikit memujinya karena kedekatannya dengan para anggota dewan yang gemuk-gumuk itu. Ini namanya politik. Ku harap dia memberiku sedikit makanan atau minimal mengizinkan ku bertemu dengan para anggota dewan.
“ Kamu kok mau capek-capek berdiri di sini? Berteriak-teriak lagi. Kayak orang sinting...”
Hatiku semakin memerah mendengar pertanyaannya yang sangat memilukan, memojokkan plus mengejek itu. Ku Kuatkan batin, ku tatap tajam matanya yang agak galak. Sambil mengangkat dagu sedikit lebih tinggi ku jawab pertanyaannya dengan santai.
“ Saya di sini berdiri karena panggilan batin.terlalu banyak rakyat miskin yang semakin miskin, yang kelaparan semakin lapar, yang kurus semakin krempeng. Itu mungkin bukan kesalahan DPR. Namun sudah semestinya itu menjadi bahan perhatian para kaum-kaum di DPR. Tak apa saya dianggap sinting. Yang penting ........ DPR bisa sadar hal apa saja yang penting dan genting harus di.....”
“ ah.... anak SMA ngomongnya ketinggian tahu..... kamu itu seharusnya belajar aja yang rajin biar pintar. Ngerti...?”
“ ya biar pintar,,,,, tapi sekarang terlalu banyak orang pintar yang dimanfaatkan orang bodoh. Saya tertalu takut menjadi pintar”
“ ya sudah. Terserah kamu..... aku ngerti kamu sangat peduli nasib rakyat miskin itu. Tapi siapa yang suruh mereka menjadi miskin? Siapa yang suruh mreka jadi orang pintar yang bisa dibodohi?....”
“ Karena.....”
“sutt..... diam. Ga usah dijawab. Daripada kamu demonya sendiri ga didengar juga lebih baik kamu panggil teman kamu yang lain.... yang lebih gemuk, yang lebih pintar, yang lebih besar suaranya.... yang lebih...., yang lebih..... Pokoknya lebih dari kamu,,.”
Aku terdiam. Mencoba berpikir mencari teman yang bisa ku ajak untuk memperjuangkan nasib rakyat miskin. Aku terdiam. Bingung. Bimbang.
“ pikir dulu ya. Saya mau tidur , sudah jam setengah empat. Ngantuk nih....” power ranger hitam itu pergi sambil menahan kantuknya. Membuat wajahnya yang hancur semakin rusak. Mengerikan untuk dilihat. Namun itulah ciptaan Tuhan. Kadang memang betul perbedaan itu indah. Tapi ketika yang beda itu terlalu jelek, aduh,,, lebih baik ga usah dimasukin hitungan.
Aku kembali bingung. Siapa aja temanku yang mau diajak demo panas-panas kayak gini. Ga ada minuman. Ga ada uang lelah, yang ada Cuma bikin lelah. Ga ada makanan, namun memperjuangkan standarisasi harga makanan agar terjangkau oleh masyarakat menengah- kebawah. Pusing.
Ku ingat-ingat sambil menggaruk-garuk kepala yang miskin rambut. Rambut ku bekas dipotong paksa pihak sekolah, karena menyerupai style-nya kepala sekolah. Sungguh perbuatan keji yang melanggar hak asasi manusia.
Ting...... akhirnya aku ingat lima temanku yang juga aktivis. Orangnya aktif, bahkan terlalu aktif hinga semua badannya pada kurus. Mereka adalah Amat, Ijai, Toni, Faishal dan Pasya. Ku ambil HP ku yang butut. Ku sms makhluk-makhluk yang beruntung tadi agar mau menemaniku memperjuangkan nasib rakyat miskin, rakyat yang benar-benar miskin. Bukan miskin sintesis.
Tak lama berselang. Di panasnya siang Amuntai, berdering Hpku tanda satu sms diterima. Bunyinya persis jangkrik yang lagi sakit perut. Memalukan. Namun untung tak ada yang mendengarnya selain aku. Ternyata ada sms dari Amat. Sahabatku yang botak, yang selalu tampil mewah. Walaupun sebenarnya ayahnya adalah penjual pentol profesional dan ibunya sebagai tukang jamu musiman. Bisa dikatakan dia dari keluarga ekonomi menengah bawah, namun penampilan kayak anaknya Bill Gates aja. Ironis. Smsnya berisi....
“Udin yang bijaksana dan sini. Maaf banget ana ga bisa bersekutu denganmu dalam penyerangan kantor DPR Amuntai. Bukannya aku tak peduli nasib rakyat itu. Kamu tau kan. Mengurusi rambutku saja aku tak becus. Gimana mau ngurusin nasib rakyat itu. Mungkin nasibnya akan setragis rambutku. Selain itu, ayahku yang seorang pengusaha pentol profesional telah menyerahkan surat pengalihan kekuasaan seperangkat alat produksi pentol kepadaku. Jadi mau tidak mau aku harus menjadi pengusaha muda. Aku harus meneruskan imperium bisnis pentol ayahku. Sekali lagi, maaf.... sobat...”
Dasar botak miskin yang sok kaya. Ucapannya membuat ku pengen tertawa. Terlalu optimis untuk orang yang tak berambut. Tapi entah mengapa, hati kecilku bergetar. Yakin kalau dia kelak nanti akan kaya melebihi Bill Gates maupun Robert T. Kiyosaki atau juga Buffet. Tapi itu “ kelak nanti”. Mungkin setelah kiamat.
Ku balas smsnya.....” selamat berjuang sang pengusaha muda yang botak. Jadilah pengusaha yang jujur dan tidak sombong . gunakan prinsip shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Aku yakin kau akan sukses..... namun ketika sukses jangan lupa kan nasib rakyat miskin. Ingat bumi ini seperti pentol, sama-sama elips. Ha,,,,,ha.... jangan lupa belajar ya.... mohon do’anya , aku lagi demo sendirian”
Temanku yang hebat. Di usia belia ini dia telah menjadi pengusaha pentol alias penjual pentol keliling yang profesional. Kelihatannya prospeknya cukup menguntungkan.
Ku lap keringat yang membasahi dahi ku yang kian melebar dimakan waktu. Dua puluh menit lagi adzan ashar. Satu harapan hilang. Empat lagi yang kutunggu. Ku harap mereka semua mau berkualisi denganku untuk memperjuangkan nasib rakyat kecil. Bukan kayak ucok Baba. Sambil menunggu balasan sms, terbayang di benakku kami berlima berdiri di sini. Gagah dan berani. Seperti lima power ranger yang siap melumat habis monster-monster yang jahat...
Tet....tet... tet..., hp butut ku menjerit lagi. Tanda satu sms diterima.
Ku cek. Ternyata kali ini dari Ijai si playboy. Isinya kayak gini....
“ salam cinta,,,, sobat, bukannya aku tak mau membantu. Tapi saat ini juliet-juliet ku tak mengizinkan ku berperang untuk melawan tentara DPR itu. Mereka takut kulitku yang mulus ini kepanasan. Nanti hitam kaya ban sepeda ontel ayahku.maaf sobat, bukannya aku lancang menasehatimu. Sebenarnya aku kasihan denganmu yang selalu memperjuangkan nasib rakyat miskin. Karena, apakah mereka sadar kalau nasibnya sedang diperjuangkan ? tidak kan?. Lebih baik kamu ke sini, di depot biasa. Sekarang ada lima cewek cantik sedang bersamaku. Aku rela membagi setengah untukmu. Mumpung masih muda. Ditunggu ya... By : Ijai The Handsome...”
Innalillah,,,,, mentang-mentang wajah mirip Indra L. Brugmann dengan mudah mainin cewek. Indikasi kiamat makin dekat kayak gini dia dengan santai ngaku lagi sama 5 cewek sekaligus. Apa gila semua ya ceweknya? Parahnya lagi, dia mau ngebagi setengahnya buat ku. Jadinya dua koma lima. Emang ada manusia hitung setengah. Dasar bajingan.....
Amat dan Ijai sudah tidak ada harapan. Sekarang Cuma tiga yang bisa diandalin. Toni, Faishal and Pasya. Mudah-mudahan mereka mau ikut bersamaku berjuang disini. Ku lihat jam yang terikat ditangan kananku. 15 menit lagi adzan Ashar....
Tet.... tet... tet .... hp ku berteriak lagi. Ternyata sms dari Toni.....
“ Salam sport,,, maaf ya friend. Sekarang gue lagi latihan main bola di stadiun Sungai Karias. Mending pensiun aja deh jadi aktivis. Mending kaya gue, setelah gantung jas aktivis. Sekarang gue turunin sepatu gue dari gantungannya. And ikut Paliwara FC. Bayangin friend, setiap kali latihan. Minimal gue kenal dengan dua cewek cantik. Kalau hari minggu, bisa mencapai selusin bro..... daripada elo memperjuangkan nasib rakyat miskin yang belum tentu mereka balas. Mendingan elo ke sini deh, kita main bola plus mainin cewek sama-sama dengan strategi serangan balik..... ku tunggu ya. By : Toni”
Waduh Toni ternyata sekarang sudah gantung jas keaktivisannya. Cewek lagi- cewek lagi ...... emang dasar, emang dasar, tapi siapa yang bajingannya? Dulu dia yang paling semangat ketika memperjuangkan nasib rakyat miskin. Sekarang dia malah terjun kedunia sepak bola. Padahal setahuku, ayahnya yang mantan kiper itu dulu meninggalnya karena kepalanya terkena bola hasil tendangan keras seorang striker yang banci. Begitu juga nasib ketiga kakanya yang laki-laki. Sungguh tragis. Semoga dia meninggalnya tidak demikian. Tidak kreatif.
Tinggal dua harapan ku. Yang ku inginkan bisa menjadi bala bantuan saat-saat seperti ini. Sejenak kulupakan tiga kurcaci yang tadi. Berganti fokus pikiranku kepada dua orang hero yang mampu menemaniku tuk menyuarakan aspirasi rakyat.....
“ Ayo DPR,,,, bertindaklah...... jangan Cuma bisanya hanya rapat dan rapat. Terlalu banyak rapat pertanda kurangnya soliditas dewan. Ayo bertindak,,,,,,!!!! Rakyat miskin menanti belaian hangatmu..... rakyat kecil rindu akan realisasi janjimua,,,,,,, rakyat bawah ingin melihat aktualisasi visi mu yang komprehensif....... Ayo bertindak,,,!!!! Sebelum ditindak....!!!!!”
Walaupun sekitar dua belas menit lagi adzan. Aku tetap dengan semangat yang tinggi meneriakan semua ini. Sekarang semangat nasionalisme dan islam bersenyawa di badanku. Aku merasa seperti gabungan Soekarno, Hasan al-Bannna dan Einstien..... tak seperti yang dulu,,,, sangat jarang ada pembacaan ayat suci al-Qur’an menyambut datangnya waktu shalat sekarang. Di zaman yang terlalu modern ini.
Ku lihat muda-mudi mulai memunculkan sosoknya yang asli di jalan depan kantor DPR. Dengan mesra mereka berpelukan sambil bersepeda motor. Lihat,,,, seperti monyet yang habis di drop out dari sekolahnya aja. Memalukan. Ada juga gadis yang di lihat wajah nampak anak orang kaya. Tapi, di lihat pakaiannya yang kekurangan kain, pikiranku berubah. Aku sangat prihatin kepadanya. Rambutnya tidak ditutup kaya monyet betina saja..... belum lagi ulah yang cowoknya. Ada yang pakai anting, kayak anggota suku dayak badui saja.hiy......
Yang paling aneh dan sangat luar biasa. Setelah muda-mudi itu lewat. Muncul sesosok makhluk besar di jalan tersebut. Mengendarai sepeda motor yang setengah rusak. Terlihat dari proposisi warna yang tidak sesuai. Wajahnya penuh bedak, bibirnya semakin tabal dengan lipstik dan pakai topi nenek lampir sebagai kerudung. Tapi, badannya kekar. Terdengar dari tawanya kalau dia laki-laki. Tapi kok...... dia duduk mengendarai sepeda motor seperti wanita tulen 100% tanpa pengotor. Aduh....!!! apakah ini hasil riset professor yang gagal. Terlihat banyak keganjilan padanya.
Keren juga Amuntai. Punya banyak profesor. Terlihat setelah itu cukup banyak manusia yang spesiesnya sama seperti tadi. Laki-laki engga, wanita bukan. Hidup mengotori peradaban, mati mengontaminasi tanah. Tapi, kayaknya profesornya gagal semua. Gagal melahirkan mutan yang ideal. Jadinya malah monster..... ironis memang.
“Tet....tet....tet......” hp ku menjerit lagi, tanda satu sms diterima.
Saat ini tak kuhiraukan sms itu untuk sementara. Aku terus berpikir mengapa monster-monster itu muncul saat seperti ini......
Monster-monster itu seakan pertanda kemenangan paham liberalisme dan demokrasi sempurna. Ketika rakyat setuju karena tidak melanggar hak asasi manusia. Seakan menjadi peraturan yang semua manusia tidak boleh melanggarnya, melebihi taatnya pada Yang Menciptakan mereka.
Apakah sebaiknya mereka dimusnahkan saja? Seperti marahnya Hitler pada orang-orang cacat yang diduga akan mencemari ras Nordik. Tapi aku tak ingin seperti Hitler itu.
Apakah sebaiknya ku biarkan saja ? karena itu hak asasi manusia , yang tak seorang pun boleh mengganggunya. Kepalaku semakin berat. Perutku semakin lapar. Entah mengapa ketika aku memegang perutku karena lapar. Aku ingin membuka sms yang singgah di hpku yang kuno.
Hatiku tiba-tiba bergetar. Melahirkan semangat baru untuk mengaspirasikan hak-hak rakyat. Tak sengaja, pikiranku tak pusing lagi dengan monster-monster transisional yang mengerikan tadi. Aku yakin ini dari Fiashal yang mengabarkan Ia siap membantuku di sini...... Aku yakin itu.... hati ku pun mengiyakannya, mataku tak terkendali ingin keluar wadahnya. Tapi kacamata ku yang tebal seakan menjadi penjara bagi kedua bola mata yang setia dari dulu berdomisili di sekitar hidungku.
Ku lihat sekilas, ternyata benar sms itu dari Faishal. Aku sangat bahagia. Aku merasa senang....yang luar biasa, ternyata smsnya begini:
“ Udin... aku percaya kamu adalah calon pemimpin masa depan. Semangat lah dalam berjuang. Jangan seperti teman kita yang lain. Bisanya hanya pacaran, selingkuh dan mojok. Perjuangkan nasib rakyat miskin!!!! Ku sarankan, sebaiknya berteriak jangan terlalu keras. Tapi gunakan microphone agar enerjimu dapat dihemat. Enerji adalah suatu bentuk hasil reaksi-reaksi metabolime biokimia dalam tubuh kita. Yang prosesnya dipercepat enzim-enzim tertentu. Baik itu koenzim, kofaktori maupun metaloenzim. Ingat, perjuangkan nasib rakyat...!!!! aku mendukungmu!!!”
Semangatku semakin mengapi-ngapi. Enerji-enerji seluruh alam seakan menyatu ditubuhku. Bersinergi dan tersingkronisasi memperbesar rasa nasionalisme di hati. Fasihal sepertinya ingin ikut aku di sini. Berjuang untuk rakyat.......
“ DPR..... mari bersama-sama menciptakan indonesia jaya. Kita realisasi program rawa makmur untuk Amuntai. Alabio, Paliwara, Palampitan dan semuanya di Amuntai menunggu mu untuk bersama-sama berjuang. Berjuang untuk makmur. Karena...... hidup tiada mungkin tanpa perjuangan,,,,,, tanpa pengorbanan...!!!!!” teriakku sedikit memelan. Mengingat enerji totalku yang kian menipis.
Tet...tet...tet.... hp ku menegurku, bahwa satu lagi sms masuk. Dengan bersemangat karena ingat akan kedatangan Faishal. Ku buka sms itu, sambil berpikir kalau ini sms dari Pasya yang siap menjadi koalisi keduaku setelah Faishal.
“ Udin,,,,, maaf ya. Aku ga bermaksud untuk ikut langsung bersama mu teriak-teriak. Ku pikir, itu ternyata buang-buang waktu dan enerji saja. Sekarang aku lagi belajar. Tiga bulan lagi sepertinya aku ada ulangan harian tentang kimia. Selain itu, di kamarku bertumpuk buku yang belum ku baca. Bukunya Dale Carnigie, Aidh al-Qarni, Florence Littaeur, Bobby Hernacki dan lain-lain. Maksud perjuangkan nasib rakyat miskin tadi adalah bila ada untungnya buat kita. Ku hitung-hitung, ternyata ga ada untungnya sepeser pun buat kita. Hanya buang duit kita untuk modal aja. Nanti kalau sudah mau jadi calon Bupati, baru perjuangkan nasib rakyat miskin. Mending kamu belajar dulu deh tentang motif-motif ekonomi. Apalagi bukunya Adam Smith, Wealth of Nation. Okey..... sekali lagi, itu ga ada untungnya”
“Ha......?” Dasar Faishal. Setelah pintar ternyata dia begini. Dasar kapitalis. Materiaistis. Mata, hidung, mulut dan telinga duitan.....
Kutarik nafas panjang. Kurasa tekanan darahku meningkat. Sistol dan diastol tak singkron lagi. Gara-gara orang pintar tadi. Pintar tapi bodoh.
Semangat ku tiba-tiba saja hilang lagi. Ku lihat jam. Ternyata lima menit lagi adzan. Ku arahkan pandangan ku ke jalan depan kantor DPR.Nampak banci-banci produk gagal itu semakin banyak dijalanan. Semakin parah dengan banyaknya muda-mudi yang kelihatan nampak setengah telanjang sambil berpeluk mesra di sepeda motor masing-masing. Menjijikan. Bermodal hak asasi manusia itu di anggap tanda kasih sayang. Realita yang paradoks.
Dengan basah keringat. Ku lepaskan atribut demo ku. Malah sekarang aku yang bingung dan bimbang. Apakah jalan yang kutempuh sudah benar atau.....
Apa ini bukti kalau kebenaran apabila berada diantara kesalahan kesalahan yang banyak. Maka kebenaran itu lah yang menjadi aneh, menjadi janggal dan malah dianggap salah. Kepalaku menunduk, menahan perutku yang sangat-sangat lapar. Kepalaku semakin pusing memikirkan arti sebuah kebenaran.
“Apakah benar, kebenaran itu belum tentu baik? Dan semua kebaikan itu belum tentu benar?” bicaraku sendiri dengan suara yang menandakan kelelahan yang sangat.
Akhirnya aku berniat pulang saja. Demo ku hasilnya nol besar, pakai kuadrat lagi. Aku mulai berjalan keluar dari area DPR kab. HSU.
“ Semoga apa yang ku lakukan hari ini dinilai suatu kebaikan oleh Allah...” hatiku bersuara.
“ Tunggu.... Tunggu...., jangan pergi dulu nak.....” ada suara asing yang memanggilku. Berasal dari depan pintu masuk kantor DPR itu.
Terlihat yang berteriak wajahnya menampakkan intelektual dan borjuisme. Dasinya mengingatkanku kepada Barrack Obama. Jidatnya membuatku terkenang Bambang Soedibyo. Dia berjalan menghampiriku.
Dia gemuk, aku kerempeng. Dia gigantisme, aku kritinisme. Dia bangsa arya, aku dravida. Sangat kontras ketika kami berdekatan. Terlihat didadanya bertulisan Ketua DPR.
Aku gugup ketika dia mendekatiku. Seperti bertemu Ariel Peter Pan saja. Perutku tak merasa lagi akan lapar. Keringatku seakan-akan telah mencapai boiling pointnya, berubah fase menjadi gas.. di memegang pundakku sambil berkata...
“ saya sadar, saat kepemimpinan saya ini. Nasib rakyat miskin terabaikan.terjadi instabilitas ekonomi dan sosial. Ditambah apatisnya kami terhadap pendidikan. Saya lebih mementingkan nasib perusahaan-perusahaan saya. Setelah saya paham apa yang kamu sampaikan tadi. Saya punya satu permintaan sama kamu....” kata ketua DPR yang gemuk tadi. Aku tak tahu siapa nama lengkapnya. Tapi teman-temanku biasanya menyebutnya dengan Boss Amak.
“ apabila saya mampu, saya akan menjalankannya. Asal permintaan itu sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan tidak melenceng dari landasan-landasan fundamental negara kita” jawabku .
“ Bagaimana kalau kamu sekarang yang menjadi Ketua DPR...?”
“Innalillah...........”
***
Zayed Norwanto, lahir di Amuntai 5 Agustus 1991. Salah satu siswa SMAN 1 Amuntai kelas XII IPA B ini juga merupakan ketua umum FOSPEL ( Forum Silaturrahim Pelajar) periode 2007-2008. Selain pernah aktif nulis di P-II Itqan dan mengisi mading lewat artikel-artikelnya, puisinya juga masuk di antologi Mahligai Junjung Buih (2007). Karena disibukkan mengikuti olimpiade-olimpiade sains, novel yang direncanakannya ( Caliph of Love) putus diperempatan jalan.

Rabu, 21 Januari 2009

Salam Kenal Ya, Autobiografi el-Hasany

Salam...
Nama ane adalah Zayed Norwanto. Dilahirkan oleh seorang ibu yang sangat santun, bernama Noorhasanah. Dengan izin Allah SWT ane dapat lahir di Amuntai ( Hulu Sungai Utara) dengan lancar pada tanggal 5 Agustus 1991. Masa kecil ane dilewati dengan bahagia dan penuh tawa yang mencerdaskan. Dari bayi ane selalu di ajari arti sebuah kehidupan oleh ayah ane yang tercinta, bernama Abdul Wahab. Semoga Allah memberkahi umur mereka, meluaskan rezeki mereka, menambah ilmu mereka dan menjaga mereka dari hal-hal yang tidak baik. Aamin yaa robbal ‘alamin...
Detik bersatu menjadi besaran yang mempunyai satuan jam, lalu jam antar jam kawin melahirkan hari. Seterusnya bercucu tahun, lahirlah adik-adikku yang tercinta. Mereka adalah Muhammad Rezky Habibie Ramadhani dan Ahmad Reza Tri Pujiarso. Semoga Allah memberkahi ilmu mereka serta melidungi mereka dari the bad culture. Yang semangat thalabul ‘ilm-nya ya adik-adikku yang tercinta. Malaikat-malaikat akan menganugerahi sayapnya untuk kalian dan dunia-akhirat akan kalian taklukan...
Ane yang jahil ini pertama menuntut ilmu di TK Pertiwi Cabang Amuntai. Syukran so much atas ilmunya ya Bapak-Ibu di TK. Berkat kalian ane bisa kenal yang namanya warna dan berkat kalian ane bisa tahu kalau 1+1=2. Lalu di lanjutkan di SDN Paliwara 1. Di SD ane banyak kenal teman baru, dari yang mata sipit sampai mata galak. Dari yang hidung mancung ke dalam sampai hidung mancung ke luar. Dari yang obesitas sampai yang cacingan. Dari yang ga punya rambut sampai rambutnya sudah kayak mak lampir de el el. Pokoknya subhanallah deh... tak lupa ane ngucapin terima kasih kepada Bapak Abdul Hadi, Ibu Kiah, Bapak Hamid, Ibu Ikiezs, Ibu Norma, Ibu Atun cs yang telah nransfer ilmunya untuk ane yang dungunya ga ketulungan ini. Semiga Allah memberkahi ilmu Bapak-Ibu sekalian. Aamin...
Lulus SD dengan memuaskan, kemudian ane berniat untuk melanjutkan ke MTsN NIPA RAKHA. Dengan tujuan akhir adalah Al-Azhar. Mesir. Dari rumah Nenek ane di Paliwara ane jalan kaki ke RAKHA yang kira-kira sih satu triliyun milimeter. Walau panas menyengat ane jalani untuk test ujian masuk. Pokoknya saat itu ane sudah terbayang belajar saja orang yang benar-benar alim lalu melanjutkan ke Mesir. Amboy indahnya... tapi setiba sampai di rumah ( sudah mendaftar di RAKHA) ane ga ngasih tau sama ortu. Niatnya mau ngasih kejutan.
Makan malam telah tiba, ane sekeluarga berkumpul untuk dinner together. Dengan sedikit bangga ane mengatakan kalau ane berniat ke Al-Azhar dan telah mendaftar di RAKHA sebagai langkah awal. Respon abi and ummi ane......................................” kamu jangan ke RAKHA, sekolahnya ini dan itu, serta bla-bla-bla dan bli-bli-bli”
Malam itu juga ane down. Bingung, dalam satu sisi ane ga mau jadi anak durhaka dan dalam satu sisi ane berniat menuntut ilmu ke Mesir. Akhirnya karena secara aklamasi ane kalah, maka ane “terjebak” di MTsN MODEL Amuntai. Yang saat itu menjadi madrasah idola di kota ane. Alhamdulillah walau awalnya begitu down, sedikit demi sedikit spirit ane untuk thalabul ‘ilm kembali muncul. Hingga akhirnya ane dapat lulusdi sana dengan memperoleh peringkat kedua semadrasah dan peringkat pertama di kelas ane. Yang peringkat pertama itu namanya Erna Yulida. Orangnya cerdas bin jenius bin rajin bin teliti bin cermat pokoknya bin-binnya yang baik-baik.
Tak lupa ane mengucapkan danke yang se danke-danke nya kepada my teachers seperti Pa Iwan, Pa Agus, Pa Sulaiman, Pa Udin, Pa Yunif, Pa Rasyid, Bu Helda, Bu Ida, Ibu Lina, Pa Tamjid, Ibu Agai dan kawan-kawan. Semoga Allah meluaskan rezeki, memberkahi umur, menambah ilmu, meningkatkan keimanan serta menjauhkan dari musibah bagi Bapak dan Ibu. Aamin...
Sebagai langkah selanjutnya ane menuntut ilmu. Ane melanjutkan ke SMAN 1 Amuntai yang “katanya sih” kiblatnya SMA se banua enam. Weih keren. Tapi itu katanya sih. Ane ngucapin syukran yang much-muchnya buat akhy Saliem yang telah memberi ane suntikan spirit buat thalabul ilm. Alhamdulillh ane dan Saliem the handsome bisa lulus SMA tersebut dengan sangat memuaskan. Ane peringkat kedua and Saliem peringkat ketiga. Ane ga bermaksud sombong, ane Cuma ingin membuka kembali memori yang membahagiakan itu. Narsis dikit no promlem, isn’t it?
Ketika thalabul ‘ilm di SMA ini, ane banyak memperoleh knowledge yang wonderfull and usefull. Di sini ane mengenal organisasi, politik, filsafat, psikologi, leadership, medical knowledge, sistem bisnis de el el yang pokoknya sangat mengesankan. Di sekolah ini, kareir ane di bidang politik cukup mengesankan bagi ane. Pertama di OSIS ane dipercaya mengurusi sekbid V, di bidang pendidikan dan ilmu politik. Pokoknya sekbid V itu dikenal tempatnya orang-orang jenius bin smart ( walau pun ane sebenarnya ga jenius). Di sana ane belajar banyak tentang seluk-beluk OSIS. Periode setelah itu ( periode 2007-2008) ane dipercaya menjadi kandidat ketua OSIS. Alhamdulillah ane ga jadi ketua OSIS, soalnya banyak yang lebih pantas jadi presidennya siswa saat itu. Yang pasti, malam sebelum kampanya kandidat lain dipusingkan dengan teks pidatonya. Ane malah dipusingkan dengan konsep-konsep fisika yang belum ane kuasai. Jadi saat kampanye yang dipikiran ane Cuma fisika dan antek-anteknya...
Selain OSIS, ane juga aktif di DKA dan KSI. Di DKA ane menjadi koordinator keagamaan dan di KSI ane menjadi ketua umum. Organisasi di luar sekolah pun ada yang ane ikuti. Pertama FOSPEL, untuk periode 2006-2007 ane jadi anggota yang ga jelas tugasnya. Setelah itu pada periode 2007-2008 ane dipercaya untuk menjadi ketua umum. Awalnya sih ga mau, tapi karena keputusan ga bisa diubah-ubah. Ya apa boleh buat. Alhamdulillah ane di support oleh saudara-saudara ane seiman dan support dari kaka-kaka yang ada di FOSMA HSU ( sebenarnya KAMMI lho, entar ane kupas panjang lebar ceritanya. Pokoknya tunggu aja ). Ini saudara-saudara ane di FOSPEL akhy (Bayu Yoga Dinata,Chaironi Latif , Julianda Rosyadi, Mahfuzh Amin, Aulia Nur Ilmi, Sadiqin, Ismail, Syafiq, Rifa’i de el el) dan ukht ( Rusmini, Rosida, Rahmi Fitriani, Rajni Wati Pasya,Hairiati, Habibah, Wahdah, Dewi Wulan Pasya, Lidyawati, Mahriati, Diana, Annisah Rasyidah, Enny Zahratunnisa, Aslamiah, Anawati, Miftahul Jannah, Bastiah dan ukht-ukht lain yang sangat ane hormati...) banyak knowlegde of leadership ane dapatkan di FOSPEL. Pokoknya luar biasa deh...
Selain FOSPEL, ane juga aktif di PII ( Pelajar Islam Indonesia). Awalnya jadi ketua bidang PPO sekitar satu periode, kemudian periode selanjutnya ane dipercaya untuk jadi bendahara umum. Di PII ane kenal Ka Chairul, Ka Ozy Black but sweet, ka taufik dan kaka-kaka lain yang suangat banyak. Dari sabanga sampai Merauke ada. Tak lupa tokoh PII yang sangat ane banggakan di Amuntai dari Datu, Ka Irham, Ka Ramdhan de el el. Terus berjuang... Allahuakbar.... sebenarnya banyak lagi organisasi yang pernah menginfeksi mind-set ane. Semoga Allah membalas pengorbanan yang telah kami berikan untuk semua organisasi tersebut. Amiien....
Masalah akedemis, ane ga jenius-jenius amat. Dari beribu-ribu event yang pernah ane ikuti. Sebenarnya banyak kalahnya, tapi alhamdulillah kadang ada juga ane yang tampil jadi juara. Yang berpernah ane dapat ya Cuma juara II Olimpiade kimia tingkat kabupaten 2006-2007 dan juara III olimpiade tingkat provinsi 2007-2008 lalu juara I olimpiade lagi untuk 2007-2008 tingkat kabupaten dan juara III untuk tingkat provinsi. Walau ane bisa dikatakan agak begitu dan tidak terlalu ahli dalam bidang sains alam. Namun di lubuk hati yang paling dalam tetap ilmu yang paling ane minati tentang politik, ekonomi dan filsafat yang berback-ground islamic.
Kayaknya sampai sekian aja ya perkenalannya. Oh ya, ane mohon do’a nya agar lulus UN dengan sangat-sangat memuaskan.... syukran so much for your attention....
Salam...

Sabtu, 17 Januari 2009

Urgensi Menghargai Profesionalitas Guru

Guru. Ya, memang satu kata yang sudah umum, walau dibalik kemisteriusannya yang kompleks. Dari The first teacher ‘ Aristoteles’, the second techer ‘Al-Farabi’, sampai zamannya Oemar bakri “ontel” lalu zamannya Oemar Bakrie ‘laptop’. Sudah begitu jelas, nasib mereka tidak sepantas apa yang mereka kerjakan. Bayangkan saja, tentu anda tahu si Michael Faraday. Dia sangat terkenal dalam ilmu kimia dan fisika, sesosok jenius yang mempopulerkan istillah elektrode, anode dan katode. Tapi hidup di dalam atap sebuah kandang kuda di kota London. Guru, sebutannya memang benar sang pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, sudah sepantasnyalah tanda jasa itu untuk dihargai dan dihormati. Walau “tanda” itu tidak terpasang di seragam mereka.

Penulis kali ini bermaksud menanggapi opininya Pak Drs. H. Ahdiat Gazali Rahman, SH. MH. Jadi sengaja judulnya dimirip-miripkan ( karena memamg inspirasinya dari situ). Bukan suatu masalah kan Pak? Tapi kali ini penulis membahasnya dengan cara yang berbeda dan yang pasti berbeda dari substansi sudut pusat pandangannya. Bukankah perbedaan itu yang membuat indah dunia ? Bayangkan kalau di dunia ini semuanya berprofesi sebagai guru fisika. Sehingga sangat sulit untuk guru saling berbagi ilmu, karena semua sudah tahu tentang keindahan fisika tersebut. Lambat laun, karena memang tak bisa mengajar sedangkan bahan ajar sudah banyak memenuhi otak. Maka, sesuai konsep-konsep dasar ilmu alam, otak tersebut akan menurun efektivitasnya dalam berpikir. Belum lagi masalah gengsi dan iri dengki yang akan mengalami eskalasi jika semuanya guru.

Guru, bukan suatu profesi yang biasa saja. Tugasnya sebenarnya tidak hanya seputar transfer ilmu dan pengetahuan. Diteliti lebih dalam, guru lah yang sebenarnya membentuk sifat basic psiko-emosional seorang anak. Khususnya guru-guru di TK dan SD. Di sini para murid mengetahui teori-teori maupun banyak postulat yang mendukung untuk pemahaman ilmu di jenjang selanjutnya, maupun mendukung kematangan emosionalnya. Kita pun tahu, di sinilah fase terpenting dalam membentuk perspektif anak. Namun dalam realitanya, malah guru-guru di fase ini merupakan guru-guru yang bisa dikatakan sebagai guru “kelas dua”. Maaf kalau ada yang tidak setuju.

Meneliti lebih lanjut judul dari opini Pak Ahdiat yaitu “ Menghargai Profesional Guru”. Memang tepat kata “menghargai” itu, karena masih ada nilai maupun tingkatan dalam proses menghargainya. Apakah menghargainya dengan sesuatu yang baik? Atau dengan sesuatu yang kontradiktif? Tepat lah pula ungkapan seorang filsuf ( Aristoteles), adil tidak selalu berarti semua harus mendapatkan sesuatu yang sama. Namun, adil berarti memperoleh hasil sesuai kewajiban dan haknya ’komutatif’. Menghargai profesional guru dalam hemat penulis sama makna dengan memberikan apresiasi yang sesuai kepada guru terhadap tingkatan kualitas kepengajarannya. Mungkin bahasanya cukup rumit, namun jika disederhanakan lagi. Maka bermakna, menghargai guru sesuai kualitasnya.

Mengapa harus dihargai? Bukannya harus, tapi “wajib” dihargai. “ bukanlah termasuk dalam umatku orang yang tidak menghormati golongan yang lebih tua dan mengasihi yang lebih muda serta mengetahui (hak-hak) orang alim.” ( H.R Ahmad). Penulis rasa hadits tadi sudah bisa membuka paradigma awal tentang urgensi menghargai profesionalitas guru. Yang salah satunya tentang keluarbiasaan dampak yang dihasilkan oleh guru lewat ilmu dan pengetahuan yang ditransfernya kepada para siswa. Analoginya, seperti sistem bisnis MLM. Yang bertindak sebagai upline adalah guru, serta para downline adalah para murid. Jika guru tersebut menjelaskan suatu bab yang dijelaskannya dengan benar, tentu bab tersebut nantinya akan diberitahukan sang murid kepada orang lain yang belum mengetahui. Sehingga terjadi “aliran kecerdasan yang kontinu.” Beda saat guru tersebut menjelaskan suatu bab. Namun karena adanya kekurangan persiapan, sehingga penjelasannya tidak sesuai bahkan bertentangan dengan konsep. Maka, murid yang seperti gelas kosong itu, karena belum tahu, menerima saja apa adanya. Sehingga ketika ada seseorang yang tidak tahu bertanya kepada si murid tentang bab tadi. Tentu pula akan terjadi “aliran pembodohan yang kontinu.”

Selain hal di atas. Penghargaan juga merupakan fitrah manusia. Yang mana secara psikilogi, penghargaan tersebut bersifat seperti doping dalam keolahragaan. Ketika diberi, otomatis semangat untuk mengajar meningkat. Namun, ketika terjadi overdosis penghargaan. Malah membuat sang guru terlalu terbuai, yang akhirnya melahirkan sifat bangga diri. Ujung-ujungnya, guru tersebut jadi gengsi untuk melakukan hal-hal kepengajaran yang kecil dan akhirnya menurun kualitasnya. Jadi, penghargaan penting bagi guru tapi akan berdampak negatif jika berlebihan.

Terus apa penghargaan yang pas buat para guru? Mengenai penghargaan yang pas, tentu sangat relatif. Untuk itu, kita harus memahami dulu kualitas dan pengorbanan guru yang akan kita beri penghargaan. Dalam bahasan kali ini, penghargaan tidak mutlak mendapat piagam, piala atau sertifikat. Dalam hemat penulis, penghargaannya bisa berupa materi, kebijakan pemerintah untuk guru, maupun hal lain yang sifatnya memberi pengakuan atau menghormati keprofesionalan guru. Secara umum, penghargaan yang tepat untuk saat ini bagi guru dalam hemat penulis antara lain:

Penetapan Gaji Guru yang Terencana

Penghargaan yang satu ini penulis rasa merupakan suatu yang sangat urgen, karena dampaknya mampu mempengaruhi segala aspek dari guru tersebut. Contohnya, adanya perbedaan semangat mengajar ketika dalam bulan yang “muda” dan “tua”, mampu melahirkan sifat kewirausahaan yang tidak baik saat merasa gaji yang ditetapkan sangat kurang dan ada peluang untung mengeruk keuntungan dari para murid, dan lain-lain. Menurut UU No 14 th 2005, Bab II pasal 14 ayat 1 bagian A” Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.” Pasal yang satu ini sebenarnya sudah sangat baik dan apabila direalisasikan dengan di zaman yang tepat akan membuat para guru sejahtera lahir-batin. Namun, sekarang sepertinya pemerintah “Cuma” salah tafsir terhadap pasal ini. Dengan tidak menekankan pada “jaminan kesejahteraan guru” malah mengutamakan “menempelnya” penghasilan guru di atas kebutuhan hidup minimum. Penulis mengatakan “menempel” karena pada realita yang ada, kehidupan ekonomi guru bisa dimasukkan kedalam klasifikasi menengah kebawah. Yakni suatu keadaan di mana status guru nyaris berada tepat di garis kemiskinan.

hal lain yang dirasa cukup lucu oleh penulis yakni ketika terjadi kenaikan gaji guru. Seakan-akan mencerminkan kalau penetapan gaji guru tidak terencana dengan matang. Sehingga kadang kenaikkan tersebut tidak berpengaruh apa-apa terhadap perbaikan kesejahteraan sosial guru. Hal lucu tersebut,” ketika terjadi kenaikan gaji guru, pemerintah dengan bangga mengumumkannya pada public.” Padahal, ketika hal itu diumumkan. Para pelaku pasar maupun entrepreneur dengan leluasa menaikan harga barang dengan alasan naiknya gaji guru. Sehingga, ketika dua hal yang berbeda itu sama-sama naik menuju ke suatu titik. Kenaikkannya itu tidak berarti apa-apa, karena dalam perubahan itu ada yang “tetap” (sesuai hukum relativitas fisika). Jadi, buat apa kenaikan gaji diumumkan dengan besar-besaran? Selain yang tadi, coba saja kalau kenaikan gaji itu masih dalam rencana. Tentu yang mengumumkan akan dicap sebagai “pendusta abadi” yang tak akan dipercaya lagi oleh para guru, bahkan mungkin semangat guru untuk mengajar jadi sirna karena pengumuman yang kepagian dan salah. Betapa bahagianya guru, ketika kenaikan itu tidak usah diumumkan. Selain harga barang yang relatif tidak akan naik. Juga senang karena suatu kejutan kalau gajimya lebih besar daripada yang kemarin-kemarin.

Pengakuan dari Masyarakat

Diperhatikan atau tidak. Dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya di Kota Bertakwa ini. Guru dipandang dimasyarakat dengan sebelah mata, apalagi guru-guru disiplin ilmu alam seperti fisika, kimia dan biologi. Seakan-akan mengatakan kalau ilmu dari tersebut “tidak bermanfaat.” Penulis rasa, hal itu disebabkan masih “terlalu” kentalnya rasa religuitas yang “dogmatif” dalam masyarakat. Padahal, ketika fisika, kimia dan biologi dapat dirasa keberadaannya di sekitar kita. Ilmu tersebut akan membuat masyarakat kita yang notabenenya muslim akan semakin paham dengan komprehensif terhadap islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamiin. Karena fiqih dan ushul fiqih ada juga tinjauannya terhadap fisika-kimia-biologi.

Memang benar imam Ghazali dalam kitab Ihya-nya mengatakan ilmu yang subtansial dalam diri seorang muslim adalah Tasawuf, Tafsir dan Fiqih. Hal itu pula diyakini oleh penulis sangat penting dalam menempuh kehidupan di dunia ini agar mendapatkan kehidupan abadi yang berbahagia. Namun, tentu akan lebih indah kalau dalam masyarakat ilmu-ilmu agama dan umum tidak dipisahkan ( sekuler). Dalam hal ini penulis tidak menekankan bahwa kita “harus ahli dalam ilmu agama dan umum”, tapi menekankan kalau “ yang ahli ilmu agama minimal tahu terhadap ilmu umum” dan “yang ahli ilmu umum minimal tahu terhadap ilmu agama”. Sehingga bila terjadi sinergisitas ini, masyarakat akan semakin paham kalau ilmu agama akan kaku tanpa adanya ilmu umum dan ilmu umum akan buta tanpa adanya ilmu agama. Dari sinilah akan muncul pemahaman, bahwa tidak ada ilmu yang boleh dianak tirikan. Ilmu di sini punya pengertian ilmu yang mendatangkan kebaikan yang mutlak, bukan ilmu-ilmu yang tidak baik seperti santet, hacker dll. Kalau ilmu itu, harus dianak tirikan, kalau bisa dibuang saja ke “matahari”.

Penghormatan dari Murid

Kalau dua poin di atas tadi dari sudut pandang umum. Sekarang dari internal sekolah. Hal ini memang sepele, namun semakin zaman semakin dirasa penyimpangan yang terjadi. Guru bukan lagi dihormati, malah di jadikan bahan ejekan atau topik gosip yang paling hangat. Tak jarang pula, setiap guru diberi julukan yang tidak pantas. Seperti si gendut, si botak, dan lain-lain yang pokoknya tidak baik. Guru yang tidak tahu mungkin “senyum-senyum” saja ketika ditertawai oleh para murid. Tapi, yang tahu. Tidak bisa dibayangkan betapa marahnya beliau. Mungkin hal itu yang menyebabkan semakin meningkatnya angka pengangguran dan jumlah ketidaklulusan dalam UAN. Karena ketika guru marah terhadap murid karena kenakalan murid yang disengaja, Allah SWT akan mencabut keberkahan ilmu dari murid tersebut.

Idealnya, murid harus hormat dan sayang terhadap murid. ada kan ungkapan kalau “ guru adalah orang tua kedua”? tentu saja hormat dengan ikhlas, bukan hormat cuma pengen dapat nilai saja. Guru yang dihormati pun, sebaiknya menanggapi penghormatan dari murid dengan baik. Bukankah tidak baik bagi guru yang tidak mengucapkan terimakasih ketika menyuruh muridnya ? atau apakah baik guru yang “terlalu” menjaga wibawa? Ketika pemahaman antara yang menghormati dan dihormati tepat mengenai fitrah manusia , tentu akan ada jalin hati di antara keduanya. Sehingga proses transfer ilmu menjadi lancar dan ilmunya pun penuh dengan berkah.

Itu lah pentingnya menghargai keprofesionalan guru. Selain sebagai media eskalasi kualitas pendidikan, juga sebagai salah satu tangga menuju kesejahteraan sosial. Kita bukan negara proletariat, sehingga “pemerataan” kesejahteraan bukan sebagai tujuan. Bukan pula negara liberal, yang siapa kuat dia sejahtera.Tapi kesejahteraan yang sesuai “kewajiban” dan “hak” lah yang akan dituju. Semangat wahai guru yang terhormat!!! Jasamu takkan pernah sirna walau tanda jasa mu dirampok “mereka”.

Organisasi Aktif, Prestasi Cemerlang


Pelajar atau siswa seyogyanya adalah seorang yang berilmu dan berpengetahuan, serta mampu mengaplikasikan semua ilmu dan pengetahuan yang pelajar tersebut miliki untuk menguatkan eksistensinya sebagai agen of social change. Ilmunya tersebut pun, sudah semestinya dan memang begitulah seharusnya bahwa tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu dunia. Karena substansinya ilmu adalah cahaya yang mampu menerangi jalan kita.

Tidak dibantah lagi, hampir semua agama menitik beratkan akan urgensi ilmu sebagai bahan bakar eskalasi kualitas suatu peradaban. Lebih khusus dengan dienul islam, kita bahkan sudah tahu hukumnya untuk menuntut ilmu. Baik dari buaian sampai liang lahat. Kebahagiaan dunia dan akhirat pun dapat kita capai jika dan hanya jika berilmu dan berpengetahuan.

Terus ilmu yang bagaimana yang mampu memunculkan sosok pelajar dalam kaitannya dengan eksistensi sebagai agent of social change. Apakah hanya dengan teori-teori konvensional? Tentu bukan. Selain ilmu dan pengetahuan yang memang sudah semestinya diserap di sekolah. Ternyata ada lagi ilmu dan pengetahuan urgen yang “seharusnya” diketahui dan dikuasai oleh pelajar, walaupun lebih tepatnya disebut skill. Tentu kita bertanya-tanya, ilmu apakah itu?

Penulis rasa sedikit pengantar di atas sudah mampu menyentuh mindset para pembaca. Dan mudah-mudahan mampu menjadi bahan bakar semangat untuk membaca sedikit tulisan di sini dengan antusias. Karena banyak orang bijak mengatakan, kesuksesan seseorang tergantung dengan attitude-nya dan attitude-nya tergantung dengan semangatnya. Semangat !

Hidup seorang pelajar secara garis umum adalah untuk belajar. Belajar pun merupakan suatu proses variatif yang disesuaikan sikon karena pengaruh insidentalitasnya. Selanjutnya, dalam dunia kepelajaran juga sudah tidak asing lagi yang namanya “organisasi”. Walaupun sebenarnya dunia organisasi lebih didominasi oleh para mahasiswa. Tapi sebenarnya prinsip-prinsip keorganisasian yang fundamental dapat dikenal oleh pelajar lewat aktif berorganisasi tanpa menafikan tugas utamanya sebagai pencari ilmu.

Sebelum lebih jauh tentang organisasi. Agar tidak terjadi miss-understanding, sebenarnya dalam persfektif penulis organisasi pada umumnya bersifat seperti organ. Organ itu merupakan kumpulan dari berbagai jaringan yang berbeda secara anatomi dan fisiologi, namun punyai goal atau istilah sekarang “visi-misi” yang hampir mendekati sama. Ya, hampir mendekati sama karena ada perbedaan. Sependapat dengan seorang aktivis Jogja yang bernama M. Ridha, perbedaan tersebut ada karena organisasi mempunyai dualitas eksistensi. Organisasi sebagai kumpulan manusia yang menpunyai tujuan sama dan sekaligus kumpulan manusia yang saling bersaing menentukan tujuan bersama. Ada integrasi sekaligus independensi.

Hubungannya dengan kepelajaran, organisasi sebenarnya merupakan suatu media untuk mengetahui, mengembangkan sekaligus mengaplikasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh pelajar. Dengan berorganisasi pula, pelajar akan mampu meningkatkan kepekaannya terhadap problematika sosial. Sehingga, semangatnya untuk menuntut ilmu meledak. Supaya para pelajar tahu dan paham akan urgensi dari belajar. Belajar tidak hanya untuk memenuhi standar ketuntasan, belajar tidak hanya duduk di kelas dan mendengarkan guru, belajar tidak hanya untuk meraih rangking dan belajar tidak hanya formalitas belaka untuk mendapatkan job. Belajar adalah proses, belajar membuat kita tahu, belajar pun untuk dipelajari dan belajar adalah kebutuhan setiap manusia. Tanpa makanan manusia akan kelaparan. Tanpa minuman manusia akan kehausan. Tanpa oksigen manusia akan mengalami kematian. Tanpa belajar, sebenarnya dampaknya sangat-sangat buruk dari dari dampak kelaparan dan kehausan, serta kematian.

Dengan organisasi pula, ada ilmu-ilmu urgen yang akan didapat. Yang akan dipahami secara komprehensif, karena selain kurang diajarkan di sekolah juga karena minimnya praktek. Kan practice makes perfect? Is it right? Ilmu tersebut antara lain public-speaking, basic of management, birokrasi, psikologi dan pastinya basic of leadership.

Buktinya, public-speaking pelajar diasah di organisasi dengan seringnya rapat atau musyawarah dalam organisasi tersebut. Kadang pula, organisasi mengadakan seminar atau sejenisnya yang menuntut para kadernya untuk bicara, minimal menjadi mc ( master of ceremony) dan banyak hal lainnya yang memang terbukti mengasah public-speaking skill para kadernya. Management, hal ini dibuktikan dengan adanya AD/ART dalam organisasi yang menuntut agar semua kadernya paham. Selain itu, sudah secara spontan para kader suatu organisasi akan melakukan pengaturan terhadap agendanya satu periode ke depan. Pada saat pengaturan tersebut, para kader tersebut secara tidak sengaja telah menerapkan suatu prinsip dasar manajemen yang menurut George Terry dalam Basic Element Consept System berupa planning, observing, actualiting dan controlling. Bahkan manajerial yang ada dalam suatu organisasi biasanya sudah merupakan manejerial rumit yang menekankan kepada kaejeniusan personal dalam segala tahap, termasuk memprediksi apa yang akan terjadi setelah sesuatu agenda dilakukan termasuk follow up setelah itu. Birokrasi, sudah tentu dalam organisasi untuk melaksanakan agendanya perlu dana. Pada suatu saat, karena berbagai variabel dana dalam kas tidak akan mencukupi untuk merealisasikan schdule tersebut. Sudah tentu para kader organisasi tersebut akan mencari dana keluar dan salah satu objeknya adalah instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan jenis agendanya tersebut. Agar proposal kegiatannya disetujui, mau tidak mau para kader tersebut harus mempelajari birokrasi yang benar saat menangani instansi tersebut, harus tahu format surat yang tepat untuk organisasi tersebut dan secara psikologi harus mampu mempengaruhi pegawai di sana agar mau “memahami urgensi” dari kegiatan yang akan direalisasikan. Masalah leadership penulis rasa semua sudah memahami hubungannya dengan organisasi. Karena sudah menjadi rahasia umum kalau pendidikan leadeship yang “sebenarnya” didapat ketika aktif di suatu organisasi.

Kebanyakan orang berpendapat kalau pelajar yang biasanya aktif di organisasi mempunyai aspek kognitif yang standar. Tapi menurut penulis itu hanya pendapat yang perlu ditanyakan kebenarannya. Mungkin itu hanya logika silogisme sederhana yang minim bukti. Atau adanya miss-understanding “kebanyakan orang” tadi terhadap substansi organisasi yang sebenarnya. Atau juga karena adanya problem dalam diri pelajar itu sendiri.

Penulis rasa yang menyebabkan adanya stigma pada kebanyakan orang terhadap aspek prestasi seorang aktivis adalah karena kekurangmampuan aktivis tersebut untuk menunjukan citra dirinya, bukan karena efek-efek dari aktifnya di organisasi. Padahal sudah jelas bahwa aktif di organisasi akan menjadikan pelajar yang bersangkutan lebih disiplin serta menonjol dari pelajar-pelajar “biasa”.

Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ingin aktif di organisasi sekaligus mampu meraih prestasi yang luar biasa di sekolah. Mudah-mudahan ini bisa menjadi oto-saran bagi penulis sendiri, antara lain:

Manajemen Pikiran

Innamal ‘amalu binniyat, penggalan hadits ini memang sudah tidak asing lagi untuk didengar atau dibaca. Namun kadang substansinya masih ada yang belum memahami secara komprehensif. Konteksnya dengan organisasi, niat ini merupakan hal yang paling urgen dan yang paling mempengaruhi akan keberadaannya nanti di organisasi. Tipologi niat yang paling tinggi dan agung adalah berniat untuk aktif di organisasi lillahi ta’ala. Apabila organisasinya dalam bidang dakwah islamiyah, aktivis tersebut akan merasakan betapa manisnya iman dan takwa. Apabila dalam bidang ekonomi, aktivis tersebut akan menjadi orang yang kredibel dan jujur. Apabila dalam bidang politik, aktivis tersebut akan menjunjung nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan. Apabila dalam bidang jurnalistik, mereka akan memusnahkan rasa sombong dan haus pujian. Sehingga mereka tidak menganggap sia-sia waktu, pikiran serta harta yang telah di korbankan ketika aktif.Pokoknya, luruskan niat!

Niat sudah lurus, mulailah memahami akan arti sebuah perjuangan dan pengorbanan. Karena dalam berorganisasi, dua variabel tadi pasti akan ditemui. Aktivis akan berjuang untuk merealisasikan visi-misinya dengan pengorbanan baik itu waktu, dana, pikiran dan emosi.

Untuk meningkatkan prestasi, design pikiran kalau berorganisasi tidak akan membuang waktu. Jangan sampai pikiran kita untuk berprestasi lumpuh karena alasan sibuk berorganisasi. Karena orang pengecut selalu mencari alasan dan sang pemenang mencari jalan. Untuk awal, bersikap lah optimis. Ingat, ketika satu jam dari waktu sehari digunakan untuk berorganisasi. Itu merupakan waktu untuk memompa semangat untuk belajar. Sehingga 23 jam yang lain dapat digunakan untuk belajar dengan penuh semangat. Dalam The Magic of Thinking Big karya David J. Schwartz ditulis bahwa We’re what we think. Jadi, kalau ingin berorganisasi sekaligus berprestasi tanamkan dalam pikiran kalau kita “bisa” untuk berprestasi. Dan fokuslah pada potensi diri kita, walau ada orang lain yang lebih cerdas. Namun ketika kita menjebak mereka agar menjadi bodoh, kita tidak akan berprestasi. Positive thingking karena Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk.

Selektif Berorganisasi

Suatu organisasi idealnya merupakan suatu wadah untuk mengenali sekaligus mengembangkan potensi. Yang perlu diperhatikan, tidak semua organisasi seperti itu. Jadi, sebelum terjerumus ke organisasi yang tidak jelas AD/ART, visi-misi serta gerakannya. Lebih baik cari organisasi lain yang berkualitas dan mempunyai visi-misi yang baik dan benar.

Dalam memilih, penulis sangat sulit untuk memberikan saran karena variatifnya mind-set manusia. Namun pada intinya, pilihlah organisasi yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Namun, suatu kebanggaan pula jika bergabung dengan organisasi yang negative lalu mengubahnya ke arah yang lebih positive.

Manajemen Waktu

Di sini yang lumayan urgen dan sulit. Dalam manajemen waktu, sangat sulit untuk menciptakan keseimbangan berorganisasi dan belajar. Namun kita harus tahu kapan beroganisasi yang diutamakan dan kapan belajarnya yang diutaman. Namun kaidahnya “utamakan yang lebih utama” . Berdasarkan pengalaman penulis yang juga aktif di berbagai organisasi, sebenarnya waktu yang diluangkan untuk benar-benar berorganisasi itu sangat sedikit. Yang banyak membuang waktu adalah berjanda ketika bertemu sesama aktivis. Oleh karena itu, seorang aktivis harus pintar-pintar memutar otak agar waktunya yang 24 jam sehari ini dapat efektif. Kalau perlu jangan nonton tv yang acaranya tidak berkualitas, jangan sampai CBSA (Cinta Bersemi Sesama Aktivis) dan belajar whereever and whenever we can.

Buat jadwal harian dari bangun tidur sanpai tidur kembali. Untuk lebih jelas, kalau tidak salah di novel Ayat-Ayat Cinta ada cerita tentang membuat peta hidup. Nah di sana pasti lebih jelas arti pentingnya schdule. Lalu setting organisasi yang dimasuki agar bernuansa edukatif dan konstruktif. Contohnya, buat kelompok belajar sesama aktivis atau jadikan kewajiban kader untuk belajar beberpa jam sehari, lalu beri hukuman bagi kader yang tidak belajar.

Selain itu, hilangkan paradigma kalau belajar hanya bisa di meja belajar. Ketika berkumpul sesama aktivis, sebenarnya kita bisa saling berdiskusi tentang pelajaran di sekolah. Baik itu kimia, fisika, matematika, ekonomi, sosiologi, apalagi pelajaran yang ada hubungannya dengan organisasi. Kalau tidak ada yang diajak berdiskusi, alangkah baiknya kita membawa buku ke sekretariat organisasi. Menungu kader lain untuk rapat, kita bisa melahap bebarapa bab. Intinya, di mana ada kesempatan di situ untuk belajar.

Disiplin

Ketika jadwal sudah tersusun rapi. Niat dan komitmen berorganisasi pun sudah terpatri di hati. Saatnya kita disiplin terhadap schdule yang telah direncanakan. Karena disiplin adalah rohnya prestasi, mustahil suatu prestasi dapat diraih tanpa adanya disiplin.

Disiplin sangat penting. Namun penulis sendiri menyadari betapa sulitnya untuk direalisasikan. Padahal dalam islam pun disiplin merupakan suatu konsep yang sangat fundamental, hal itu dapat dilihat dari adanya pembagian waktu shalat dan besarnya pahala shalat jika dikerjakan berjamaah di awal waktu. Dalam satu sisi, kadang kita juga harus mempunyai kejeniusan untuk memanipulasi kedisiplinan tersebut. Gunakan rasionalitas untuk menentukan apa yang terbaik yang dapat dilakukan pada saat-saat tertentu karena tak jarang apa yang telah dijadwalkan sebelumnya hanya kegiatan yang miskin makna saat sudut pandangnya ketika akan melaksanakan schdule. Pada point kali ini menitik beratkan kepada kedisiplinan yang jenius. Jangan asal disiplin.

Semoga apa yang disampaikan penulis bermanfaat bagi kawan-kawan aktivis lain. Sebenarnya berorganisasi merupakan suatu langkah jenius untuk mengetahui, mengembangkan sekaligus mengaplikasikan potensi diri. Jadilah aktivis yang kaya akan prestasi !

Mari kita rapatkan barisan demi terciptanya indonesia yang adil dan sejahtera, serta bernafas islamis. Kita buang jauh ego independensi dan perkuat integrasi islam. Sayyid Qutb pernah berkata “Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar”.

Penulis yakin stigma terhadap prestasi para aktivis merupakan opini yang materialistis dan kadang ambigu esensi kebenarannya. Penulis menyerukan kepada rekan-rekan aktivis, Luruskan niat ! Rapatkan barisan dan terus berjuang ! ini adalah jihad kita. Allahu akbar ! wallahu ‘alam.