Menanggapi banyaknya omongan dari siswa yang mengatakan “sekarang banyak sarjana yang nganggur dan untuk apa cape-cape belajar kalo hasilnya cuma nihil”. Sebenarnya realitanya memang begitu, namun seharusnya para pelajar tetap harus eksis dalam hal “belajar-mengajar”. Banyaknya sarjana yang nganggur bukan karena semakin sedikitnya lapangan kerja, tapi cenderung karena “proses” menjadi sarjananya yang perlu dipertanyakan. Sarjana yang sebenarnya tentu akan mampu memutar otaknya untuk menciptakan lapangan kerja baru yang lebik efektif dan efisien, terlepas dari modal yang diperoleh.
Fenomena banyaknya “sarjana” nganggur berimplikasi dengan meningkatnya kemalasan dalam menuntut ilmu, hal ini tak lepas dengan berhasilnya beberapa oknum menebarkan virus-virus materialisme dan komersialisme. Sebenarnya apabila siswa mempunyai ilmu, bukan dia yang aktif mencari uang. Namun, lebih berpotensi uang yang akan mengejar dia, asal “berilmu, bukan berpredikat pintar”. Hal itulah yang akan dibahas lebih dalam di artikel kali ini.
Penyusutan paham akan pentingnya ilmu sekarang mendekati derajat sempurna, atau menyusut total. Hal itu tak lepas dari banyaknya buku-buku yang memberikan informasi bahwa orang sukses adalah orang “bodoh” yang tak kenal kata menyerah berusaha, dengan disebutkan Bill Gates dulunya begini, Thomas A. Edison dulunya begitu dan sebagainya. Namun,coba pikirkan apakah suatu software dapat dibuat hanya dengan bermodalkan otot dan keringat ? Apakah lampu bisa dibuat hanya dengan percobaan-percobaan tanpa perencanaan? Mustahil kan?
Semoga kita semua tidak terpengaruh dengan paham yang meremehkan ilmu tadi.ilmu sangat urgen peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun sayang, banyak orang menganggap orang yang cerdas hanya orang yang dengan lihai menggunakan otak kirinya, sehingga terjadi dikotomi antara yang cerdas dan yang kurang. Hal itupun berakibat menurunnya semangat orang yang “kurang berkembang otak kirinya” dalam menuntut ilmu. Semua manusia sebenarnya cerdas, dan punya kelebihan dalam bidang-bidang tertentu. Seperti ayat di dalam al-Qur’an yang kurang lebih artinya“Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sebaik-baiknya”
Semua manusia pada dasarnya cerdas. Namun, nantinya akan mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda sesuai kecerdasan yang selalu ia asah dan bagaimana ia mengatur harinya. Cara untuk memperbesar nyala kecerdasan tentunya dengan menuntut ilmu atau istilah lainnya belajar. Namun, sistem belajar pun sangat menentukan dalam percepatan menjadi lebih cerdas. Sekarang ada hal-hal dasar yang “wajib” dimiliki oleh seseorang yang tidak ingin menjadi “sarjana nganggur”. Penulis melahirkan gagasan ini setelah menyantap salah satu bukunya Aa Gym.
Belajar Ikhlas
Belajar seperti ini merupakan hal yang menentukan keberkahan ilmu yang diperoleh. Usahakan selalu belajar untuk mengharap ridha Allah SWT, dengan cara memulai belajar dengan basmallah dan istighfar. Agar setiap ilmu yang masuk dapat ditampung ditempat yang bersih. Namun, ketika masih bergelimangan dosa dan kita memulai untuk belajat. Dalam prosesnya nanti, ilmu tersebut akan diserap dan masuk ditempat yang kotor. Tentu ilmu itu akan penuh noda dosa dan tentu hilang keberkahan ilmu itu sendiri. Usahakan pula agar belajar tidak sekedar sebagai persiapan menghadapi ulangan atau mencari lapangan pekerjaan nantinya. Namun, usahakan untuk ikhlas belajar karena Allah SWT dan nanti “ menciptakan “ lapangan pekerjaan untuk sesama mukmin sebagai bukti bertakwa kepada Allah SWT. Mengenai istighfar, sebenarnya sangat baik dilakukan/diucapkan sebelum belajar dari sudut pandang kedokteran. Namun tidak bisa diuraikan saat ini.
Belajar Keras
Belajar dengan keras ini juga merupakan elemen dasar agar menjadi yang lebih cerdas. Belajar keras bukan belajar dengan sekuat-kuatnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, namun lebih ke “kontinyuitas” dalam berproses. Karena ketika kita sedikit demi sedikit melakukan sesuatu dalam jangka waktu tertentu, tentu akan lebih baik dari pada kita melakukan dengan sangat diluar toleransi pada awalnya lalu istirahat yang lama, atau malah meninggal sebelum menikmati hasil. Belajar dengan keras pun harus mempunyai strategi matang terlebih dahulu, sesuaikan waktu dan tempatnya. Yang lebih penting, “utamakan materi pelajaran yang lebih utama”.
Dalam proses belajar pun, semangat sangat diperlukan. Karena dengan semangat itulah akan melahirkan kesadaran diri untuk belajar dengan ikhlas dan keras. Bagaimana memperoleh semangat?, tentu hal itu sangat relatif. Sebagian dari orang biasanya menjadikan cita-citanya sebagai bahan bakar awal dalam penyemangat belajar. Namun tak jarang pula, adanya tujuan untuk menjadi yang terbaik di kelasnya menjadikan dia seorang yang belajar dengan keras. Ada juga orang yang akan timbul semangatnya untuk belajar ketika ada seseorang yang disukainya dan ia menganggap dengan prestasi lah yang disukainya itu aka menaruh hati kepadanya. Tak hanya itu, himpitan ekonomi juga menyebabkan seseorang belajar dengan keras. Namun alangkah baiknya semangat itu timbul ketika kita sadar bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi seorang muslim dan muslimah, demi jayanya kembali islam. Bayangkan sayap-sayap malaikat yang tak terbayangkan eloknya diserahkan kepada insan-insan mukmin yang menuntut ilmu. Allahu akbar!!!!!!!!!
Belajar Cerdas
Dalam bagian inilah kita akan mengenal yang dinamakan seni dalam menuntut ilmu. Belajar dengan cerdas ini akan otomatis lahir pada diri individu yang telah belajar dengan ikhlas dan keras. Maksud dari belajar cerdas ini adalah bagaimana kita mengoptimalkan
kekreatifan kita dalam mendapatkan ilmu. Disinilah dengan mudah kita dapat membedakan mana orang pintar dan cerdas.
Belajar tidak hanya lewat membaca buku atau mendengarkan guru menjelaskan. Belajar dengan cerdas menuntut agar semua indra yang kita miliki dapat menambah ilmu yang kita miliki. Allah berfirman, Bacalah!!!. Dalam struktur bahasa arab, dikatan kata perintah tersebut merupakan kata perintah tanpa objek. Jadi, kita belajar bisa lewat pemandangan alam yang kita syukuri, musibah yang kita terima atau dari sistem pendidikan kita yang tak punya konsistensi.
Ketika seseorang dapat memahami secara holistik kalimat belajar dengan cerdas. Dia akan menyampaikan kepada orang lain ilmu-ilmu apa saja yang ia miliki dengan ikhlas, karena dia tahu apabila kita memberikan sesuatu ilmu kepada orang lain, Allah pasti mewariskan tentang suatu ilmu yang belum ia ketahui. Yang luar biasa dalam transfer ilmu ini, seseorang yang diberitahu tentang suatu ilmu dan mengamalkannya. Maka, yang memberitahu itu akan memperoleh pahala yang sama dengan orang yang mengamalkan ilmu darinya, tanpa mengurangi pahala orang mengamalkan ilmu tersebut. Bukankah orang pintar hanya mempunyai nilai 10 tanpa bisa membuat orang lain mendapat nilai yang sama?
Semoga beberapa saat lagi bermunculan sarjana yang benar-benar sarjana, sarjana yang cerdas dan mencerdaskan. Yang mampu di sebut sebagai agent of change dan kontrol sosial. Sarjana yang lahir dari embrio seragam putih abu-abu yang berkualitas. Siswa yang mampu mengatur dirinya, waktunya dan cara berpikirnya seefektif mungkin dengan landasan islam.
Untuk itu marilah kita hapus kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik bagi seorang pelajar. Kebiasaan hedonis, nonton acara TV yang tidak berkualitas, olahraga yang tak teratur, omongan yang tidak bermanfaat dan hal-hal lain yang mendekati zina. Gunakan masa muda semaksimal mungkin untuk hal-hal yang positif, usahakan jujur dalam segala hal. Agar tidak bermunculan nantinya sarjana yang hanya dinama.
penulis tidak bermaksud melarang entertainment dan sport, apabila kawan-kawan semua dapat mengimbanginya dengan belajar yang ikhlas, keras dan cerdas, serta obrolan-obrolan yang bermanfaat. Di sini penulis pun tidak menasehati kawan-kawan, namun lebih ke “bumerang kritik” agar semua menjadi lebih baik. Hal ini semua saya lakukan atas dasar wajibnya berdakwah bagi setiap muslim dan dekadensi moral yang semakin memprihatinkan. Mohon maaf jika ada kata-kata yang penulis goreskan di sini ikut juga menggores hati kawan-kawan. Bukankah teman yang baik adalah teman yang mengingatkan kita ketika kita salah, dan mau mendengar nasehat kita ketika dia salah ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar