Rabu, 26 Oktober 2011

Ini Tentang kita

Tak ada alasan yang terlalu jelas untuk tulisan kali ini. Hanya kegiatan berpikir dan terpana,yang tentunya terilhami ,atau mungkin, istilah terpaksa memaknai menjadi diksi yang tepat. Melihat bangsa yang besar ini,-meminjam kategori ibnu khaldun dalam bukunya al-muqaddimah-,dan saya menyimpulkan Indonesia punya potensi untuk menjadi sebuah peradaban besar. Ya,melihat bangsa yang besar ini sedang dalam persimpangan sejarah ynag penuh “kegalauan”. Antara perselisihan konsepsi ideal sampai urusan terkecil seperti e-KTP yang tak kunjung bisa terselesaikan dengan objektif.
Tak ada alasan yang jelas. Hingga negeri kaya seperti Indonesia ini masih berada dalam kukungan kemiskinan, pendidikan yang tak bertanggung jawab, kesehatan yang tergadaikan,kebebasan berbicara yang sudah mulai digembok lagi sampai proses hukum yang sesuai orderan.
Ya. Tak ada alasan yang jelas.
Mungkin, sebaiknya kita bicara dan bertindak ensiklopedis. Merubah sesuatu dengan focus,tanpa menapikan focus tersebut sebagai sesuatu system. Merubah satu variable, tanpa menapikan bahwa perlu juga perubahan variable yang lain. Mungkin ini yang mengapa perlu menggunakan diksi “syamil-kamil-mutakkamil” Dan di sisi lain menggunakan islam kaaffah. Mungkin ini Cuma aksentuasi.
Takdir kemelaratan Indonesia ini tak hanya perlu untuk kita tangisi. Ya,masih dalam tataran perlu. Agar kita sadar tentang fakta,kita sadar tentang realita yang sekarang sedang menari-nari di depan mata kita. Walaupun tarian-tarian itu kadang kita abaikan dan lupakan,karena egoisme kita. Karena kecilnya mental dan sempitnya taraf berpikir kita. Kita tidak bisa memberi solusi saat Indonesia berada dalam persimpangan sejarah,kadang bukan karena ada hal yang lebih besar,tapi kadang potensi kita sudah teruapkan (dan akhirnya hilang) oleh masalah-masalah kecil. Ya,masalah-masalah kecil yang selalu saja membuat kita ternina bobo. Tentang shalat pakai qunut atau tidak,tentang cinta dan tentang hal-hal sepele yang pada dasarnya tidak perlu menguras energy kita.
Ya. Kita melihat realita begitu hancur,memuakkan,menjengkelkan dan begitu menjijikan. Informasi tentang korupsi sudah jadi makanan sehari-hari. Tindakan amoral sudah memasyarakat. Aliran dana siluman,ya, itu kita sudah overdosis semua. Belum lagi ulah para “tokoh” yang membuat kita tertawa dan terpingkal-pingkal menyaksikan kebobrokan bangsa kita.
Namun, kita sebagai civitas akademika sudah waktunya untuk turun dan beraksi. Tak sekedar menjadi komentator yang siap menyalahkan. Mencari kesalahan dan menyiapkan kambing hitam. Bukan itu maksud kapasitas keilmuan kita. Tugas kita adalah bekerja. Bekerja untuk memperbaiki,dan kalau memang tidak bisa diperbaiki. Kita ganti. Mengganti dengan metodologi dan sistematika yang bisa dipertanggungjawabkan.
Ada sebuah logika yang selalu menarik untuk diolah ulang. Yakni logika pembersihan. Kita sudah tahu,ya walau ini tidak bisa menjadi generalisasi,bahwa system kita korup,nepotism dan kolusi. Kita bilang itu kotor. Lalu kita lihat struktur social masyarakat Indonesia, dominan oleh kriminalitas,amoral activity,kebodohan sampai kemiskinan, kita juga bilang itu kotor. Ada dua sisi ekstrim yang menyimpan kekotoran masing-masing. Lalu lahir lah civitas akademika dari rahim universitas masing-masing,dengan ide-ide idealis,namun tidak berdaya. Bisa berteriak,namun minim aksi. Mereka ini lah yang berada di struktur menengah dalam kelas social masyarakat Indonesia. Lalu di mana logika pembersihannya?
Civitas akademika itu terlahir idealis,itu wajar karena dipoles dan ditempa berdasarkan ide-ide ideal tanpa bersentuhan dengan lapangan. Kalau saat jadi civitas akademika saja tidak idealis, bagaimana sikap dia saat di medan kerja? Mungkin ini para penjilat yang intelek atau pragmatis yang berpendidikan.
Tugas terbesarnya adalah, merealisasikan ide-ide ideal tadi ke realita. Sedikit menarik dan perlahan-lahan menyeret kareta api yang ada dalam rel realistis ke rel yang ideal. lalu ada yang nyeletuk, “ideal dari standar siapa? Ya,dari standar yang MahaIdeal. Oleh karena itu, kita perlu pembangunan yang berlandaskan nilai-nilai yang sudah digariskan oleh Yang MahaIdeal. Clear ya?”
Seperti tadi, struktur kelas atas kita kotor, termasuk kelas bahwah pun sama kotornya. Civitas akademika ada di tengah,yang mampu mengakses dua kelas yang ada,yang kotor tadi. Terjun langsung ? boleh juga, namun pastinya dalam proses membersihkan tadi pasti ada sedikit kotoran atau debu yang menempel atau tak sengaja juga mengotori yang membersihkan. Ya,mungkin itu lah sebuah konsekuensi perjuagan.
Tapi, di sini lah peranan teknologi. Kita tahu ada sarung tangan,sapu, apron, pelindung kepala bahkan masker. Mungkin perangkat ini adalah representasi dari ‘ilmu. Nantinya, ‘ilmu menghasilkan pemikiran, pemikiran akan menghasilkan tindakan da teknologi. Yang keduanya sama-sama menunjang sebuah perubahan. Karena letak kekuatan perubahan tidak hanya di ide,namun juga terletak di tindakan dan teknologi.
Dalam sejarah peradaban,kita kenal hegemoni USA sekarang,namun beberapa decade sebelumya,kita tadi USA sebagai seorang pesakitan. Terlahir dari bangsa yang penduduknya buangan dan mendapati konflik hebat dalam prosesnya menuju bangsa. Kita tahu dia juga terlibat langsung dalam perang dunia ke-2,setelah itu tidak tanggung-tanggung, dia dihantam lagi oleh yang namanya depresi ekonomi. Tentunya dua momentum besar ini tak hanya memukuli USA,tapi juga menelanjangi kepercayaan dirinya sebagai sebuah bangsa besar.
Namun dibalik semua itu, ada seorang F.D Roosevelt, president USA yang memimpin kala itu. Saat di mana USA dalam persimpangan sejarah, mau merengkuh takdir sebagai bangsa pemenang dan memimpin peradaban, atau manjadi pesakita tanpa inovasi dan akhirnya mati ditimbun oleh tumbukan waktu. Namun, dengan kepemimpinan F.D Roosevelt dan konsepsi bernegara yang jelas dan besar, USA merengkuh takdirnya yang pertama. Menang dan akhirnya memimpin peradaban,ya, sampai sekarang. Dengan enteng F.D Roosevelt berkata, di saat bangsa dalam keterpurukan dan dihadang oleh masalah yang besar, maka satu-satunya yang bisa menggerakannya adalah “harapan”. Ya, tepat sekali, harapan !
Saya sengaja mengambil contoh pada USA, agar kita sadar ada hikmah yang bisa kita ambil,walau pun itu dari bangsa penjajah. Ini mendasari sebuah kaedah, focus pada apa yang disampaikan,lalu pertimbangkan siapa yang menyampaikan.
Bangsa kita,Indonesia, memang sedang berada dalam persimpangan sejarah yang sangat komplek. Keputusan pun berubah-ubah,kadang kita mendefinikan sebagai pragmatism,namun siapa tahu mereka sedang mencari jalan yang terbaik.
Ketahuilah, kita perlu pahlawan. Pahlawan yang menyadari bahwa “ harapan itu masih ada!” .Yang merengkuh takdir kepahlawananya dan bertindak dengan nalar kepahlawanan. Menjadikan Indonesia bangsa yang kuat,tentunya dengan nilai-nilai yang sudah digariskan oleh MahaIdeal. Lalu dengan bangsa yang kuat,kita akan membentuk peradaban yang kuat. Kita tidak hanya membentuk, namun kita lah yang memimpin peradaban itu
Saudara semua, saya ingin kalian tahu siapa pahlawan itu, yang akan menjadi arsitek peradaban, yang akan menciptakan peradaban robbaniyah dan dia yang akan memimpin peradaban tadi. Pahlawan itu sadar kalau dia masih punya harapan. Harapan besar tentang bangkitnya sebuah peradaban.
Ketahuilah, pahlawan itu adalah saya,kamu dan dia. Ya, pahlawan itu kita semua. Tinggal keputusan kita, merengkuh takdir kepahlawanan kita dan bergerak. Atau, membiarkan ada pahlawan lain selain kita. Yang ingin saya sampaikan,saya tidak rela kalau hanya menjadi actor penghibur dalam sejarah ini, apalagi kalau sampai menjadi korban sejarah.
Saya tunggu kabar kepahlawananmu,sobat 
Di sana, saya melihat dengan jelas kemilau peradaban yang ditunggu-tunggu. Ya, betul sekali, ini lah peradaban islam…

Minggu, 31 Juli 2011

Perusahaan ketiga,barakallah...



Semoga diberkahi Allah, fokus pada perusahaan kali ini adalah manajemen event-orgganizer dan regulasi marketing buku se-Indonesia.

mencoba terus berkarya dan menginspirasi lewat bisnis,yaah walau pun kata orang mahasiswa kedokteran itu sibuk banget. sibuk sih, tapi kegiatan lain bisa dijadwalkan... tujuan utama bisa mandiri dan ga nerima gaji buta dari orang tua yang sebenarnya sudah saaaangat cukup (bahkan bisa dibilang berlebihan :) )

setelah pernah menggawangi BakoelCafe dan Ideospirit Organizer...:) kali ini menggarap lahan baru...

penasaran siapa tah bisa kerjasama, silahkan add facebook kami di pustakaavicenna@yahoo.com dan untuk layanan konsumen ada avicenna_management@yahoo.com

draft semnas KSIA

Tema: Membangun Sistem Kesehatan Ideal,Sistem Kesehatan Islami

sambutan ; dr.Siti Wasilah,M.Sc.Med
; dekan--> dr.Hasyim Fachir,Sp.S

pembukaan; Rektor UNLAM

materi

1. Fakta dan Potensi Sistem Kesehatan Kal-Sel
- Kepala Dinas Kesehatan Prov. Kal-Sel
2. keadaan paramedis kalsel
- ketua umum IDI Kal-Sel
3. Potret sistem kesehatan indonesia sekarang dan kodisi idealnya
- DR.dr.Siti Fadilah Supari,Sp.JP (eks menkes)
4. Sistem kesehatan islam
- ketua umum BSMI pusat

moderator; dr.Iwan Aflanie,Sp.F... pembina KSIA dan ketua umum BSMI Kal-Sel
mc ; dr.Fauzan Muttaqien

to all koor,tolong beri masukan :)

Senin, 25 Juli 2011

Ikhwan Bijak,Akhwat Pengertian

Bismillah..:)

Walau sulit untuk diterima, selalu saja perbedaan gender memberikan aksi dan reaksi yang berbeda terhadap sesuatu. Terkait lembaga dakwah yang kita sayangi ini, KSI Asy-syifa,tentunya hal itu juga cukup berpengaruh. Ngebahas Ikhwan dan akhwat,penting ga sih?Oke lah,mengapa hal ini saya rasa menjadi topik yang cukup hangat untuk saya angkat. Sebenarnya akan ada beberapa alasan logis,tentunya ketika kita memandang KSIA bukan sebagai sebuah sistem organisasi yang sekuler dan bukan bula bersistem yang perusahaan sentris sehingga kering nilai-nilai ruhiyah. Semoga ini bisa menjawab beberapa kendala,seperti “ karena ingin menjaga hijab, eh, ikhwan dan akhwat tidak pernah melakukan pola hubungan kerjasama dakwah yang efektif. Sehingga ikhwan dan akhwat dalam satu departement pun terasa berjalan sendiri dan “ hah? Dia satu departement ya dengan ana”. Ikhwan nya diam, nah akhwatnya bingung. Akhwat nya ceplas-ceplos, eh ikhwan nya pergi. Dalam sebuah syuro pun, kadang terkesan ikhwan syuro sendiri akhwat syuro sendiri. Belum lagi, kendala akhwat yang tiba-tiba ngambek dan ikhwan yang tiba-tiba jengkel. Masalah “sepele”,yang ternyata berdampak sistemik”. Saya serius bung.
Sebenarnya dalam hal ini sangat banyak teori, bahkan saya mengatakan tidak ada teori yang terbaik. Yang ada hanya teori yang tepat. Karena hal ini terkait seni, ya seni dalam memanajemen interaksi dan mengatur pola hubungan,agar tidak terjadi dua sisi ekstrim (terlalu kenal dan tidak kenal sama sekali). Lagi-lagi,ini adalah seni. Yakni perpaduan antara ilmu, pengalaman lapangan,intuisi,rasio dan instink. Mengapa tidak rasio saja ? Karena dalam beberapa hal kita perlu menyentuh rekan dakwah kita dengan “hati”. Atau menyentuh mereka dengan “tindakan”. Ya, walau pun semuanya sebenarnya dikendalikan dengan rasio juga. Bahasa sederhananya, biarkan rasio mengendalikan perasaan kita, agar perasaan kita bisa “beresonansi” dengan perasaan rekan dakwah kita. Sekali lagi, ini seni bung.
Baik di textbook ilmu kedokteran kejiwaan Maramis dan Personality Plus maupun di buku bacaan ringan Men From Mars and Women From Venus,kita akan sedikit belajar tentang sebuah aksi-reaksi sikap,ya sebuah analisa psikologis lah. Bagaimana ikhwan menurut pandangan akhwat, juga akhwat menurut pandangan ikhwan. Semoga dengan sedikit perbincangan hangat ini bisa memberikan pandangan baru tentang seni mengatur pola hubungan dalam organisasi dakwah. Karena ikhwan dan akhwat, juga manusia :)
kita akan berbicara dalam pola umum dulu.
Pada dasarnya, ikhwan adalah jenis manusia yang mengedepankan rasio nya. Itu sangat terlihat dari pola bicara dan sikapnya. Cenderung egois dan lebih suka menyelesaikan semuanya sendiri. Sehingga, kita jarang melihat ikhwan pada “curhat”. Karena ia yakin bisa menyelesaikan masalahnya. Analoginya, ikhwan seperti punya “gua” sendiri dalam hidupnya. Ketika ada masalah ia akan memasuki “gua” itu dan sangat cenderung “benci” ketika diganggu saat itu. Namun,ketika suasana ia rasa sudah cukup membaik,maka ia akan keluar “gua” dengan sendirian. Nah, mungkin ini salah satu penyebabnya klo ikhwan itu cenderung lebih malas daripada akhwat coz mereka banyak mikir ketimbang kerjanya. Kadang klo udah ngomong, kebanyakan “teori” daripada “action”nya. Tapi hati-hati, karena ikhwan lah yang “lebih banyak akalnya” (maksudnya ngakalin orang dan ngeles). Kadang, sangat menyukai hal-hal simple dan sangat membenci sebuah kerumitan. Tingkat “kesensitifan” perasaan ikhwan agak rendah. Sehingga tidak jarang kita melihat sekelompok ikhwan ketawa-ketawa “bercanda kasar (mengolok-olok)” satu sama lain. Namun, tidak ada dendam di antara mereka. Dibilangin “teroris”,”kambing”,”pasukan padang pasir” dan lain-lain, mereka hanya ketawa dan cenderung melupakan. Mungkin tertawa adalah proses melupakan bagi ikhwan, semakin lebar mulutnya maka tingkat evaporasi (penguapan) “ledekan dan masalah” semakin tinggi (hehehe,becanda. Tapi itu faktanya, ikhwan udah biasa “diolokin” satu sama lain. Klo di akhwat gitu,mungkin terjadi “perang dunia 3”).
nah klo akhwat. Yang dominan adalah perasaannya. Jujur, sangat sensitif. Jadi “pemilihan kata” ketika berbicara harus betul-betul diperhatikan. Mungkin mereka tidak akan “bilang” marah, tapi tingkah laku seperti “ngambek dan raut muka yang berubah”, sudah cukup memberikan tanda klo mereka sedang bermasalah dengan anda. Yang parahnya, ketika perasaan sudah mendominasi mereka. Kecenderungannya adalah mereka tidak bisa membedakan ini “masalah organisasi atau pribadi”. Sehingga tidak jarang akhwat “kabur” dari organisasi dakwah karena “sakit hati”,yah semacam barisan sakit hati jadinya. Selain itu, akhwat sangat “tidak sabaran” klo digantung. Maksudnya, akhwat butuh sebuah kepastian, baik dalam kebijakan departement maupun keputusan sebuah proyek/agenda. Jika ikhwan yang cenderung punya “gua”sendiri tadi terlalu lama “bertapa”nya. Tingkat kepercayaan akhwat akan sangat berkurang. Apalagi klo ikhwan yang bersangkutan tadi koordinatornya, padahal akhwat tadi sudah memberikan “kepercayaan” kepada ikhwan untuk memimpinnya. Selain itu, akhwat cenderung sangat senang dilibatkan atau diikutkan. Mungkin ini yang mereka definisikan sebagai “perhatian dalam organisasi”. Mereka merasa “dihargai” ketika juga bisa terlibat dalam sebuah keputusan. Ketika mereka merasa diperhatikan, maka pasti mereka memberikan “perhatian” lebih kepada departement dan lembaga dakwahnya. Ini fakta lho,terlihat akhwat lebih “care” dengan lembaga.

Contoh kasus; pada suatu kepanitiaan. Ternyata masih ada pembahasan syuro yang belum selesai, namun sudah hampir adzan magrib. Sedangkan keputusan sudah harus ada besok pagi. Maka, ketuplak meminta kepada semua ikhwan untuk syuro malamnya, tentunya akhwat ga bisa ikut. Besoknya, syuro lagi ikhwan-akhwat untuk membacakan hasil keputusan syuro tadi malam. Terlihat, raut muka akhwat banyak yang kecewa. Sedangkan ikhwan senyum-senyum saja merasa masalah sudah diselesaikan dengan keputusan final syuro tadi malam.
Catatan
# ikhwan, cenderung menyelesaikan masalahnya sendiri. Mereka punya “gua” sendiri. Sudah terlalu keasyikan dalam masalahnya sendiri. Dan merasa rasionya sudah bisa menyelesaikan masalah. Mungkin koordinasi ke MS aja juga lupa.
#akhwat, sensitif, merasa tidak dihargai keberadaanya. Karena tidak dilibatkan dalam mengambil keputusan. Tentu “perasaan” sedikit benci sudah mendominasi si akhwat.

Contoh lagi; seorang ketua akhwat dalam suatu departement dapat instruksi oleh mas'ul akhwat. Dalam instruksi tsebut, mengharuskan akhwat berkoordinasi dengan seluruh anggota akhwat. Keputusan sudah harus ada siangnya. Sedangkan sms baru masuk jam 12.00 malam (kondisi;provider bmasalah). Dia sms koordinator ikhwan departement itu,sebagai koordinator tertinggi. Untuk sedikit mendiskusikan masalah tadi. Dia tahu itu tidak ahsan,namun keadaan begitu sangat mendesak. Namun tidak ada tanggapan dari si ikhwan. Dia coba telpon juga tidak ada tanggapan. Mungkin si ikhwan sudah tidur. Dia pending dan lakukan lagi setelah shalat shubuh,hasilnya sama. Si akhwat tidak bisa bergerak dan amanah dari mas'ul akhwat terbengkalai.
Catatan
#ikhwan, mungkin lagi sedang ada masalah. Cenderung untuk masuk “gua” dan fokus pada masalahnya. Sehingga biasanya sangat jengkel klo dihubungi atau diganggu. Kadang lambat terhadap tanggapan pesan coz egoisnya dominan.
#akhwat, sangat jengkel klo digantung. Apalagi berlarut-larut dan didesak keadaan. Maka peluang ngambek nya semakin tinggi. Kesensitifan perasaaan nya kadang betul-betul “sedikit” menutupi pertimbangan rasionya.

Terakhir, terkait pola umum ikhwan-akhwat:
kedua jenis makhluk ini, sangat berbahaya klo anda menunjukan “perhatian” yang cukup mencurigakan. Iya, mereka cenderung mengimajinasikan sesuatu hal positif secara berlebihan. Perhatian anda sebagai koordinator,kemungkinan bisa disalahartikan jika anda menunjukannya dengan sedikit “lebay”,ya walau pun cuma sedikit. Mereka sangat suka diperhatikan. Hati-hati perhatian anda terhadap rekan dakwah. Sama-sama menuntut “kejelasan peran”. Nah ini yang sama-sama kita harus belajar. Tidak ada orang yang senang dalam kondisi serba abu-abu maupun kebingungan,apalagi terkait instruksi kerja. Namun mereka juga tidak suka “diperintah”. Ya,memang pada dasarnya semua orang seperti itu kan .Dan SAYA RASA JUGA SANGAT PERLU KEJELASAN MANA PORSI SIAPA YANG BERPERAN DALAM TATARAN KONSEP STRATEGIS dan KONSEP PRAKTIS.. Jadi,menurut saya betul-betuk perlu sebuah “seni”. Ketika anda memperhatikan rekan kerja dalam dakwah,namun tetap proporsional dan profesional. Memberikan instruksi dengan jelas,namun bukan memerintah.

*Yang sedang belajar dan meramu konsep ideal sebuah Lembaga Dakwah Fakultas (LDF). Wow, ilmu kedokteran kejiwaan (psikiatri) ternyata sangat aplikatif di sini :)

Memposisikan Nasionalisme

Bismillah



kamis,21 juli 2011. sudah lama rasanya ga bikin ulasan ringan sebelum tidur,ah paling tidak saya merasakan kenikmatan indahnya curhat di depan notebook kesayangan saya,notebook yang biasa disebut mama saya sebagai “pacar saya”. Sedikit berbagi kisah,minimal jadi evaluasi saya hari ini.

Sebenarnya moment menarik bagi saya hari ini adalah ketika semua urusan saya di kampus selesai,ya kira-kira pukul 12.00. setelah menyelesaikan sedikit “urusan” akademik dan beberapa “tender” sekaligus memfixkan dengan koor acara BRBC KSI-A hal-hal mendasarnya. Buruan apa yang menarik ? Saya mendapat undangan diskusi terbuka tentang buku yang berjudul “Banalitas Nasionalisme” diisi oleh penulisnya sendiri yakni Pa Mukhtar Sarman, seorang magister sosiologi pedesaan yang memang berkonsentrasi pada ekonomi lokal,itu terbukti dengan berhasilnya beliau dalam short-course masalah pengembangan sumberdaya ekonomi lokal di IHS Rotterdam,Belanda 2005. beliau juga pernah belajar manajemen infrastruktur di Faculty of Civil Engineering University of Miyazaki.

Setelah shalat dzuhur yang niatnya berjamaah namun tidak. Kok gitu ? Itu lah hal yang paling memalukan di langgar (mushalla) kompleks saya. Saya yang adzan,iqomat,imam termasuk makmum. Alias selalu sendiri. Setelah shalat itu saya langsung meluncur ke banjarmasin lagi. Sangat mengasyikkan klo naik motor ke banjarmasin. Yang pasti saya terhindar macet,pastinya bisa tepat waktu-tepat jadwal. Bisa mengebut,memanjakan instink yang suka balapan ini. Walau pun klo ketahuan orang tua pasti dapat “taujih pedas”.hehehe. Anda tahu sendiri lah gimana nasib anak yang paling tua jika melakukan hal berisiko tinggi. Oleh karena itu solusinya adalah “diam-diam ke bjm”. Karena hal-hal di atas,plus juga karena jadwal saya di bjb-bjm cukup padat (maaf,ga bermaksud sok sibuk lho ya,cuma saya selalu yang menyibukkan diri. Bukan dicari orang,tapi saya yang mencari orang. Coz saya gak mau ditagih hutang,tapi menagih hutang.hehhe *becanda)

di jalan saya sedikit melamunkan apa yang terjadi dalam pembahasan buku nanti. Supaya fokus biasanya saya harus berkonsentrasi sedikit melupakan masalah dakwah di KSI,organisasi-organisasi yang saya pegang,problem di bisnis dan tema proposal KTI. Pejam kan mata, tarik nafas panjang dan bismillah... :). oke saya sudah bisa berkonsentrasi.

Yang terbayang oleh saya: pasti diskusinya panas. Banyak mahasiswa hukum-ekonomi-FISIP yang kritis. Hahahay, I Like It. Kosakatanya juga biasa lah. Paling tidak,saya sudah bisa menikmati betapa hangatnya diskusi itu. Membayangkan mencampuradukkan teori dan hipotesis serta logika yang saya punya dengan pakar-pakar yang ada di sana. Sedikit memanipulasi dan merekayasa jalan pikir agar bisa merangsang pikiran-pikiran orang,lalu target saya adalah terjadinya “ejakulasi dini” loncatan gagasan dari seseorang karena sentuhan erotis emosional. *sedikit ke-sastra-an ya.heheh

to de point aja ya..... tiba lah saya pada ruangan diskusi. Lantai 5 gedung djok mentaya (betul gak sih? Saya agak lupa),yang pasti itu gedung banjarmasinpost.

Di luar dugaan saya.

Jreng.... jreng... jreng...

yang mendominasi malah dosen dan pejabat,bahkan hampir semua. Kecuali beberapa anak manusia dari kampus UNLAM, dengan wajah polosnya duduk dan mulai mempetakan konsep berpikir untuk mengkritisi “Balanitas Nasionalisme”

wah,rata-rata sudah lulus S2. Terlihat banyak orang penting di sini. Banyak tokoh yang sudah tak asing di mata saya,dan yang paling saya akrab adalah Pa Sofwat Hadi,seorang anggota DPD untuk Kal-Sel,yang kemarin nyalon jadi walikota banjarmasin,namun “anda belum beruntung,hehe”. Soalnya saya sering “main” ke rumah beliau di jalan gatot,ya sedikit bertukar pikiran arti sebuah pembangunan dan kesejahteraan,walau pun saya agak malu saat itu coz nginap di rumah beliau. Tak ketinggalan ada dua staf beliau,yang biasa saya panggil “kakak”. Padahal sudah agak tua,mungkin lebih pantas dipanggil om atau abang.hehe yah, sempat cipika-cipiki masalah lucu juga dengan mereka.

Langsun ke kontent curhat saya ya.... ini sebuah alur berpikir dari buku tersebut:

“Banalitas Nasionalisme atau kedangkalan dalam memahami isu nasionalisme adalah sebuah realitas politik yang tersembunyi, dan barangkali sengaja disembunyikan,karena ia merupakan sebuah fenomena absurd ketika anggota punya tanggung-jawab moral untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi negara bangsanya, namun artifisial yang berorientasi pada upaya memenuhi kebutuhan pribadinya yang tidak pernah cukup. Banyak contoh banalitas nasionalisme. Celakanya,begitu banyak pula orang yang tidak sadar bahwa dirinya adalah penghamba kedangka;an tersebut. Dan di buku ini,mencoba memetakan banalitas nasionalisme yang relevan dengan kondisi aktual bangsa Indonesia masa kini.”

diskusi kali ini sangat menarik. Oh iya lupa, pembicara tambahan ada Pa Kapolda Kal-sel dan seorang Yusran Pare.

Pa Kapolda lebih menitik beratkan solusi agar banalitas itu bisa diselesaikan,yakni dengan adanya teladan para elit politiknya. Bahkan, beliau sangat menganjurkan dibuatnya tokoh. Supaya nilai abstrak dan relatif (biasa lah ilmu sosial, penuh dengan variasi definitif) bisa dikonkritisasi,jadi masyarakat bisa tahu praktisnya. Tidak seperti sekarang,semua mengaku nasionalis. Padahal kelakuan merusak bangsa. Pa Kapolda juga menekankan bahwa, memakai produk dalam negeri tidak selalu manifestasi dari nasionalisme,jika general defenitif dari nasionalisme adalah “cinta bangsa dan tanah air”. Karena perusahaan-perusahaan “asing” itu kadang ada yang pemiliknya warga indonesia dan pekerjanya pun pribumi. Hal ini karena banyak perusahaan asing itu memakai sistem frenchise atau wara-laba, yang diuruskan cuma pembelian “nama dan sistem”.

Nah.... klo Yusran Pare bahasan dan bahasanya lebih SEKSI. Hal yang disampaikan beliau terkait “Banalitas Nazaruddin dan Nasionalisme Ruyati”. Beliau mengaku sedikit tercekat membaca Banalitas Nasionalisme karya Pak Mukhtar ini. Cukup menyentak kembali kesadaran di tengah keriuhrendahan aneka informasi,namun kita mendengungkan nasionalisme lagi. Beliu mengatakan sudah mual-muntah (hayooo,,,,gejala penyakit apa?) terkait nasionalisme karena elit politik yang seharusnya bisa menjadi teladan malah semakin “terbuka” bobroknya. Dari manuver saling caci, saling bakutusuk, saling ancam bahkan itu dilakukan oleh orang-orang yang dulunya “bersahabat” dalam satu partai dan satu koalisi. Untuk membuat sebuah parameter banalitas tersebut,katanya sangat banyak. Nah,beliau lebih menyoroti pada angka investasi pihak asing. Logika beliau, jika banalitas meningkat manifestasinya adalah meningkatnya angka korupsi. Kalimat beliau “ Yang jelas, terdapat korelasi antara peningkatan korupsi Indonesia dengan menurunnya realisasi investasi asing ke Indonesia. Lahat saja, ketika PERC melaporkan peringkat korupsi Indonesia pada urutan yyang lebih buruk di bawah Vietnam,realisasi penanaman modal asing yang tahun sebelumnya tercatat US$ 15,4 miliar langsung anjlok 41,6% menjadi hanya US$ 9 miliar.”

menarik pernyataan rekan sejawat saya (adityawarman ) saat itu, kontentnya “saya melihat bahwa nasionalisme kita bersifat temporer dan emosional. Yang timbul saat-saat momen tertentu, saat “disenggol” Malaysia atau saat pertandingan sepak bola. Semua teriak “garuda di dadaku” dan lain-lain. Tentu -isme seperti tiu tidak bisa membuat sebuah perbaikan dan kemajuan bangsa.... *panjang lagi sebenarnya

statement menarik dari sang moderator” bagaimana dengan nasib Gonzales yang mengalami nasionalisasi.dia bukan asli indonesia, tapi meneriakkan garuda di dadaku? Relevan kan dengan Banalitas nasionalisme....

ada juga daripihak lain terkait; hubungan nasionalisme dengan pluralisme, memposisikan kapitalisme, romantisme histori yang dibalut nasionalisme.... wah pokoknya asik deh, bisa sedikit mengasah nalar...

yang saya sayangkan saya belum sempat ngomong. Udah angkat tangan tinggi-tinggi,tetap aja ga dapat kesempata.... mungkin kami memperkenalkan diri dari kedokteran sih, mungkin moderator takut nantinya logika berpikir kami tidak relevan dengan kontekstualitas nasinalisme yang mereka bahas,yang memang pada notabenenya berbasis pada ekonomi-hukum-ilmu sosial. Nah,di sini saya membuktikan arti sebuah relativitas. Gak selamanya mahasiswa kedokteran itu membanggakan. Mungkin moderator cuma memahami bahwa mahasiswa kedokteran itu kerjaannya cuma “melihat bakteri loncat-loncat, nyuntik, bermain dengan mayat dan kerjaannya motong daging”wkwkwkwk

yang pengen saya sampaikan sebenarnya cukup substansiil...

“ menanggapi statement anda,pa Mukhtar. Kerusakan dan kebobrokan sekarang diakibatkan oleh balanitas nasionalisme. Yang dalam definisi anda adalah kedangkalan dalam memahami substansi nasionalisme. Walau pun anda mengakui sendiri bahwa nasionalisme itu terlalu abstrak dan relativitasnya tinggi. Nah,jika kita melihat nasionalisme sebagai ideologi (walaupun agak sulit menggunakan statement ini,terkait apakah tepat nasionalisme sebagai ideologi definitif). Sebagai seorang yang berlogika dominan eksakta dan empiris. Maka saya membagi tataran praktis nasionalisme menjadi : ajaran nasionalisme,tokoh dan efeknya. Semua ideologi,tanpa terkecuali, saya yakin mempunyai efek atau tujuan yang baik, pasti menginginkan kesejahteraan dan kemakmuar (ya tentu dengan definisi ideologinya masing-masing). Lalu tokohnya, tentunya di tokoh yang hebat dan kuat,apapun ideologinya akan menciptakan tujuan ideologi yang ideal pula. Hal itu terlihat pada fakta sejarah, sosialisme-komunisme pernah jaya,kapitalisme-demokratis juga jaya, ideologi islam pun pernah jaya. Lalu saya akan “membahas” substansi ajaran -isme nya. Tentu kita menyadari,secara ekonomi definitif, bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai kepentingan. Semua orang,pasti itu. Tentunya juga berpengaruh terhadap ideologi yang dia ambil. Tentunya,ideologi yang dia ambil adalah ideologi yang memenuhi kepentingannya,sehingga dia definisikan sebagai ideologi yang penting. Terlepas nantinya apakah ideologi itu mensejahterakan dia atau belum. Karena kita bicara netral (*kondisi yang tidak adil,menurut saya dalam hati). Ambil contoh ideologi teokratif (yang bersumber pada ajaran agama). Jika seseorang berpolitik-ekonomi-hukum-ilmu sosial sesuai ajaran itu,mereka akan mendapatkan pahala. Tidak peduli nanti bisa sejahtera atau tidak (tentunya semua ideologi bertujuan sejahtera),tentunya dengan pahala akan diganjar syurga. Itu sebuah “daya tarik” ideologi teokratif,sehingga peluang munculnya Balanitas sangat minim. Lalu saya akan melogikakan dengan Nasionalisme ? Jika ideologi itu diterapkan,apa yang pengembannya dapat ? Jika konteksnya indonesia, nasionalisme bisa ngasih apa? Tujuan nya untuk sejahtera saya tidak tercapai ? Tokoh-tokohnya mana ? (sebenarnya saya ingin mengganti istilah ideologi teokratif dengan ideologi islam pada diskusi ini,namun supaya “mereka” tidak berpikir macam-macam dengan saya. Ya saya cukup menggunakan istilah “smooth” itu)”

hahahay... saya pikir anda sudah bisa menerka apa pola pikir saya beberapa paragraf ke depan. Ya, sedikit cipika-cipiki antara nasionalisme dan islamisme. Logika awal, pahamilah nasionalisme dalam konteks islamisme. Artinya islmisme di atas nasionalisme, dan islamisme lah yang memberi definisi serta arahan (memang seperti itu seharusnya, dalam kaidah hukum Indonesia sendiri bahwa hukum yang lebih tinggi akan mengatur pola penjelasan hukum di bawahnya,bukan kah islmisme merupakan manifestasi hukum Yang MahaTinggi). Jangan sebaliknya ya, seperti Siti MM,seorang aktivis JIL. Terkait islam yang harus menyesuaikan dengan UUD45 dan pancasila, sehingga atas nama ke-bhineka-an dia “menghalalkan” homoseksual dan pornoaksi (*semoga cepat tobat bu)

selanjutnya, islam memerintahkan untuk memakmurkan tanah air kita dan membuatnya sejahtera. Cinta kepada tanah air pun bukan hal yang salah,bahkan dianjurkan, lalu adanya dalil seberapa pentingnya kita membela tanah air jika tanah air kita dijajah. Lalu,mungkin kebanyakan orang berpendapat bahwa islam hanya merenggut dan menodai nasionalisme. Bahkan katanya,islam mengharamkan nasionalisme ??? betul begitu??? lalu nasionalisme apa yang diharamkan islam yang rahmatn lil 'alamien ini??? jangan buru-buru menyimpulkan saudaraku.

(wah bahasan agak berat nih,jadi mesti hati-hati. Saya coba dengan bahasa paling sederhana yang saya bisa). Pada dasarnya islam sangat menganjurkan cinta kepada tanah air. Islam begitu mendorong agar terbentuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Yang islam takutkan, ketika kecintaan kepada bangsa itu berlebihan sehingga melupakan kecintaannya kepada islam. Manifestasinya seperti percekcokan antar bangsa padahal sama-sama muslim, adanya negara muslim satu yang “sangat”mapan sedang di sisi lain ada yang “sangat” miskin,egoisitas bangsa yang berlebihan, hanya memikirkan bangsanya dan tidak mau berbagi antar bangsa muslim. Sehingga, islam cukup menghindari yang namanya nasionalisme. Sekali lagi,tak ada masalah dengan mencintai bangsa. Bermasalahnya dengan nasionalisme,karena nasionalisme identik dengan “kecintaan buta', yang katanya gara-gara cinta “tahi kucing” pun rasa “MAGNUM ice cream”. Islam menginginkan kemajuan dan kesejahteraan sebuah peradaban, bukan hanya sebuah bangsa. Ini lah, rahmatan lil 'ALAMiin. Betul-betul untuk sekalian alam. Tentunya bahasan ini sangat tergantung dengan definidi nasionalisme,celakanya dafinisi itu yang sangat bervariasi. Saya rasa anda lebih paham. Betul begitu?



Dua agenda saya setelahnya; konsul perkembangan dakwah dan KSIA ke tempat dr. Siti Wasilah, lalu ada sedikit transaksi bisnis dengan kolega saya di ZeenStudio.... selesai

***



saya rasa cukup ya, saya juga sudah ngantuk seharian penuh dengan jadwal. Ta gak apa lah, kata Imam Ahmad istirahatnya seorang muslim itu ketika kakinya menginjakkan syurga.membahas ini, Saya teringat masa-masa krusial saya di kelas 3 SMA. Waktu itu,Bapak saya menganjurkan saya masuk Fakultas Ekonomi dan Ibu saya menganjurkan ke Fakultas Hukum. Bapak saya rekomendasikan ke UI dan Ibu ke UNDIP. Saat itu argumentasi merela cukup kuat, keputusannya saya hanya mendaftar SIMAK UI dan tak ada yang lain. Bapak saya selalu bilang, untuk merubah hal yang besar seperi bangsa dan dunia, ilmu yang diperlukan adalah Ekonomi-Hukum-Politik. Cukup itu katanya yakin. Dengan itu kita bisa mengatur “anak-anak IPA”. Hari ini seakan-akan saya membuktikan ucapan itu lagi. Namun saya sadar,saya beruntung masuk kedokteran (gara-gara pilihan SNMPTN),yang notebenenya adalah hasil perkawinan antara ilmu sosial-ilmu pengetahuan alam. Kedokteran adalah sebuah seni. Saat filsafat metafisik kawin dengan logika rasional empiris. Ambil contoh dalam farmakologi, dalam textbook kita hanya mengenal farmakokinetik dan farmakodinamik, yang merupakan bahasan komplek sebuah sistem biokimia,patofisiologi dan fisiologi. Namun sebenarnya kita juga mengenal (kalau saya boleh membuat istilah), farmakoekonomi dan farmakososial, terkait pemilihan obat bergantung keadaan-keadaan ekonomi dan sosial.... wahhhh jadi panjang lagi nih. Cukup aja deh. Biasa klo orang insomnia curhat, malam kayak jadi siang euy...



terakhir, 3 buku yang cukup mempengaruhi tulisan saya kali ini:

1. Banalitas Nasionalisme;Sebuah Renungan Untuk Indonesia

2. The Making of Religion

3. Politik Partai;Strategi Baru Perjuangan Partai Politik Islam

karya-karya Agus Mustafa saya rasa cukup empuk untuk disantap juga :) :) :)



INI CERITAKU, MANA CERITAMU?



* dari seseorang yang sangat berharap bisa tidur cepat dan ingin anda tidak menjadi “Kuli-Kuli berjas putih atau Buruh-buruh berdasi”, besarkan jiwa anda :)

Selasa, 19 Juli 2011

post-modern movement

Bismillahirrahmanirrahim...

pergerakan mahasiswa adalah salah satu pergerakan paling dinamis yang pernah ada. Kalau diamati lebih jeli, bahkan pola umum pergerakan pun kadang berbeda baik saat orde lama,orde baru, masa reformasi sampai zaman “ketidakberesan penguasa” saat ini. Mulai dari dasar motivasi yang berbeda,metode yang bervariasi sampai tujuan akhir pergerakan yang kadang berubah total. Namun tak perlu terlalu dalam menyesali yang sudah terjadi,bukan kah masih ada hari esok. Kesalah kemarin cukup menjadi referensi untuk melangkah ke depan.

Sebagai kelompok yang juga berkecimpung dalam “Gurita” kampus. Kita tentunya juga paham bahwa dinamisitas yang tinggi tersebut bukan lah suatu hal yang mengaburkan kita untuk sedikit mengambil benang merah. Paling tidak menarik sedikit hipotesis sementara,apa dasar mereka terus bergerak pada saat itu. Tentu jawaban retorisnya : kondisi saat itu tidak ideal.

Ke arah mana mereka melakukan gerak perubahan ? Ya,tentunya ke arah kondisi ideal. Paling tidak kondisi kampus yang ideal. Dan itu lah skala terkecil lingkungan yang bisa dirubah saat menjadi mahasiswa. Tentunya juga,merubah diri sendiri adalah hal wajib yang pertama.

Kalau dipikir-pikir lebih dalam,tentunya untuk menjadikan kampus sebagai lingkungan yang ideal,tentunya perlu sistem dan aturan yang ideal. Suatu hal yang aksiomatik bahwa aturan yang ideal adalah aturan yang dibikin oleh MahaSempurna. Gak ada yang bisa menyanggah. Aturan dari yang MahaSempurna, sudah di tuliskan lagi dalam Al-Qur'an dan As-sunnah. Masih kurang bisa memahami ? Ada syarah dan tafsir nya pula. Ga bisa baca ? Ada 'ulama tempat kita bertanya. Malu kalau nanya sama ulama ? Pake hp donk... :)

sehingga kesimpulan pengantar di atas adalah kampus ideal=kampus islami. Islami ketika aturan-aturan Sang Maha Sempurna diamalkan kaffah. Lalu muncullah kampus yang prestatif,produktif,inovatif dan kontributif. Yang di dalamnya penuh dengan mahasiswa yang mengamalkan tridhrarma perguruan tinggi,serta punya penalatan ilmiah yang berbobot. Itu lah kampus islami, itu lah mahasiswa islami.

Ini sedikit sambutan saya terkait “kampus Islami” pada buletin ekslusif KSI-A untuk mahasiswa baru. “Kampus adalah sebuah system. Yang mana system tersebut sangat menentukan anda masuk bagaimana dan keluarnya seperti apa. Kampus yang ideal mirip seperti tungku api dalam pembuatan pedang. Pedang yang tidak rata bisa dimasukkan ke sana,sesudah panas lalu dibentuk hingga rata. Yang sudah rata pun,bisa dimasukkan ke sana lalu dipoles hingga menjadi lebih tajam. Itu lah sebuah kampus yang ideal,yakni system yang ideal. System yang mampu “memproses” semua yang masuk ke dalam menjadi “lebih baik” dari sebelumnya.”

Konsep sederhana kok belum ada implementasinya?

Iya. Kita sudah dalam zona yang sangat tidak nyaman,yang tentunya membuat kepala panas dan ingin melakukan perubahan. Contohnya: nyontek pas ujian,pornoaksi, mahasiswa kunang-kunang (kuliah nangkring-kuliah nangkring),pacaran, “XXX” di balik pacarannya itu,narkoba,judi dan lain-lain. Kita pun tahu apa kondisi idealnya,yakni kampus islami. Yang menjadi perbincangan hangat kita kali ini adalah “jalan” menuju kondisi ideal tersebut. Kita akan sedikit berbincang tentang peran potensial KSI-A (kelompok Studi Islam Asy-syifa),tentunya karena posisinya sebagai LDF (Lembaga Dakwah Fakultas) yang resmi dan punya bargaining position yang cukup berpengaruh terhadap massa kampus.

Jadi,yang akan kita bahas terkait: KSI-A,pergerakan,kampus islami dan “jalan” menuju kondisi ideal.


Karena saya cukup lama (termasuk sampai saat ini) berkecimpung dalam dunia marketing,maka proses kita meng-islam-kan kampus,yang tentunya berarti meng-islam-kan mahasiswanya. Saya analogikan sebagai proses kita “memasarkan” islam kepada seluruh civitas akademika. Hingga terbentuk kesadaran berislam yang masif, sekaligus juga berjalan proses “insert” syariat islam (konteks legislasi) dalam segala aspek.


Hal-hal fundamental yang akan kita perbincangkan tentang marketing islam:
1. kontent, tentunya produk yang kita pasarkan adalah produk yang sempurna;islam
2. sasaran/segmen objek dakwah,seluruh masyarakat kampus. Dari dosen, mahasiswa,birokrat kampus,cleaning service,paman kantin sampai tukang parkir
3. pengemasan/packing sampai branding dari produk
4. pemasaran/promotion
5. closing/transaksi

sementara sampai sini aja ya perbincangan hangat kita. Nanti kita bahas lebih detail “konsep marketing dan 5 hal fundamental di atas”... tunggu ya...:)

dari seseorang yang memimpikan” duduk bersila, di samping kananku ada Shalahudin Al-ayyubi,di kiri ada Muhammad Al-Fatih dan di depanku ada Khalid Bin Walid,serta Rasullullah yang menjadi mentor saat itu. Yang kami bahas adalah strategi menaklukan kampus”

Minggu, 15 Mei 2011

Penasaran dengan Chicken Soup Anatomica ? Bukan Buku Saku Biasa


Sangat penasaran dengan Chicken Soup Anatomica (CSA) ???? Jujur, Bukan buku saku biasa. mau tahu lebih banyak? download gratis di http://www.4shared.com/document/OoGZFZbV/Buku_Saku_Anatomi.html

Buku Anatomi Berat ?
Harganya ga ketulungan ?
Ga Paham Dengan Konsep Dasar Anatomi ?
Perlu Pengantar Anatomi yang Pas dan Aplikatif ?
Bermimpi Punya Atlas yang Pas di Saku ?
Angker dengan Lab Anatomi ?
Merinding Ngeliat Kadaver ?
Ga Paham-Paham Fiqh Anatomi dan Hukum Bedah Mayat ?

Ini mah masalah klasik yang sering dihadapi mahasiswa-mahasiswa kesehatan dan kedokteran mana pun….

Oleh Karena Itu, CSA (Chicken Soup Anatomica) Hadir Untuk menjadi Solusi Atas Semua Masalah yang Ada….

Belum lagi, ANATOMI betul-betul sebagai salah satu ilmu DASAR KEDOKTERAN dan KESEHATAN. Gak Percaya ?

*Dalam ILMU BEDAH,itu mah struktur ANATOMI semua yang dipotong… ya kan ?
Sekarang lebih detail
BEDAH UMUM
BEDAH SARAF
BEDAH DIGESTIF
BEDAH UROLOGI
BEDAH PLASTIK
BEDAH THORAX-CARDIOVASKULAR
BEDAH ORTHOPEDI
BEDAH ANAK
Banyak lagi yang lainnya. Nah, kecuali BEDAH BUKU ya. Itu mah ga perlu ANATOMI-ANATOMI segala.(^_^)
Dalam ILMU RADIOLOGI, itu sih latihan mengamati dengan TELITI tentang struktur ANATOMI. betul kan?
THT BKL (Telinga Hidung Tenggorokan,Bedah Kepala Leher), itu ujung-ujungnya ANATOMI juga….

ANESTESI, ayoooo kalau nusuk jarum ini di mana ato intubasi ini lewat apa. Ujung-ujungnya lagi, ANATOMI !!!
ILMU KULIT-KELAMIN dan MATA, wah sudah diprediksi…. ANATOMI lagi….
Bukannya melebay-lebaykan sih, tapi itu lah FAKTANYA.
Belum lagi saat LATIHAN PEMERIKSAAN FISIK. Apa yang di INSPEKSI ? nah, apa yang di PALPASI ? yang di PERKUSI di daerah mana aja ? lho, yang di AUSKULTASI yang mana-mana aja ?

Maka Sahabat semua menjawab pasti dengan ANATOMI. Kalau ada yang bilang ini : HATI, PERUT ATAS, GINJAL, KEPALA, DE EL EL DEH… pasti dosen bilang, “ Anda Mahasiswa KEDOKTERAN/KESEHATAN bukan ? bahasanya kayak orang awam aja”
ckckckckckckckckckckckckckckckckck
ANATOMI !
ANATOMI !!
ANATOMI !!!

Dengan KONSEP sebagai BUKU CATATAN,maka semua gambar-gambar yang disusun sebagai atlas sengaja DIBERIKAN ruang agar sahabat-sahabat bisa MENG-EKSPRESIKAN diri. Bisa DILENGKAPI sendiri keterangan gambarnya, bisa DIWARNAIN sendiri kalau suka yang berwarna dan yang paling PENTING, buku ini sudah dikonsep agar BERATnya RINGAN, biar bisa di bawa KEMANA-MANA. apalagi mahasiswa yang memang dipenuhi hidupnya dengan KEGIATAN-KEGIATAN, dan “lebih APALAGI” kalau sahabat semua co-ass atau magang di rumah sakit, maka kita perlu BUKU SAKU biar pergerakan kita ga terganggu oleh BUKU-BUKU TEBAL yang bakalan MEMBENGKOKKAN tulang belakang
semoga bermanfaat untuk terus meningkatkan kualitas keilmuan sahabat-sahabat mahasiswa kedokteran/kesehatan semua. Juga, semoga bisa MENGINSPIRASI agar bisa terus BERKARYA untuk memajukan PERADABAN ini. Keep Spirit !!!
Tertarik ???

BAIK PEMBELIAN atau KERJASAMA PEMASARAN….
MARI MEWARNAI INDONESIA !!!
CP; 085651267196




“Hanya ada dua macam manusia yang dapat dikatakan masuk akal,yaitu yang mengabdi kepada Tuhan dengan segenap hatinya karena sudah dikenalnya, dan yang mencari Tuhan dengan segenap hatinya karena belum dikenalnya” BLAISE PASCAL

Hal Lain Di Balik Anatomi

Urgensi Lain

Dengan segala keteraturan yang ditunjukan oleh anatomi. Melalui pola tersistem yang ditunjukkan oleh organ-organ internal manusia. Harmoninya susunan intestinue dan kolon hingga menjadikan abdomen begitu tepat guna. Begitu luar biasanya struktur thorax hingga organ-organ vital menjadi terlindungi. Maupun fantastiknya sistem muskuloskeletal yang menginspirasi para designer robot. Hal itu mengindikasikan adanya sesuatu yang MahaAgung, yang tentunya berperan dalam proses perancangan dan perealisasian hal tersebut.
Begitu tepatnya letak pleura yang melindungi pulmo. Begitu teraturnya arteri coronaria yang men”jantungi” si jantung,sistem neurologis yang luar biasa canggih arsitektur permukaan wajah yang begitu cerdas
Terlalu irrasional bagi orang-orang yang berpikir ilmiah, kalau keharmonian struktur anatomi tersebut tercipta dengan sendirinya karena suatu proses yang diistilahkan dengan kata “kebetulan”. Terlalu lucu semua itu tercipta dengan sendirinya.
Kalau pun memang hal tersebut tercipta dengan sendirinya, mengapa secara umum semua manusia mempunyai pola yang sama secara anatomis. Hal aneh jika kumpulan kebetulan mempunyai hasil yang secara umum sama. Paling tidak, itu adalah kebetulan-kebetulan yang dirancang dengan matang. Nah, lagi-lagi ada unsur kesengajaan dalam kolektivitas kebetulan tersebut.
“Sesungguhnya dalam kejadian langit dan bumi serta bersilih, gantinya malam dengan siang itu adalah tanda-tanda – kekuasaan Allah – bagi orang-orang yang suka berfikir. “Mereka itu ialah orang-orang yang selalu berzikir kepada Allah ketika berdiri, duduk ataupun berbaring sambil memikirkan kejadian langit dan bumi. Mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya tidaklah Engkau menjadikan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka lindungilah kami dari siksa api neraka.” Sampai ayat-ayat seterusnya. (ali-lmran: 190-191)
Inilah islam. Suatu ajaran yang tidak yang terhalang oleh tembok-tembok mesjid (tempat ibadat) dan tidak terbatasi oleh majelis-majelis ta'lim. Dari anatomi kita memulai memperuncing keimanan ini. Bukan untuk menusuk agama/ajaran yang lain. Tapi memang untuk membuktikan kebenaran tersebut. Ini lah tafakur kawan, yang pahalanya melebihi pahala satu tahun ibadah.
Keutamaan tafakur disebutkan Allah dalam bentuk pujian, “...dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” (QS. Ali Imran (3): 191) Ibn ‘Abbas berkata kepada suatu kaum, “Janganlah kamu memikirkan tentang Allah SWT.” Maka Nabi SAW bersabda, “Berpikirlah tentang penciptaan Allah, tetapi jangan kamu berpikir tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu mengukur-Nya,”
Dari ‘Atha’: “Pada suatu hari aku dan ‘Ubaid bin ‘Umair pergi kepada ‘Aisyah ra. Di antara kami dan ia dipisahkan hijab. “Aisyah bertanya, ‘Wahai ‘Ubaid, apa yang menghalangimu dari mengunjungi kami?’ ‘Ubaid menjawab, ‘Sabda Rasulullah SAW., “Berkunjunglah, Tetapi jangan terlalu sering, niscaya hal itu akan menambah kepadamu kecintaan.”
Selanjutnya Ibn ‘Umair berkata, “Ceritakanlah kepada kami hal yang paling menakjubkanmu yang engkau lihat dari Rasulullah SAW.” Maka ‘Aisyah menangis, lalu berkata, “Setiap ihwalnya menakjubkan. Pada malam giliranku, ia datang kepadaku sehingga kulitnya menyentuh kulitku. Beliau berkata, ‘Biarkan aku shalat kepada Tuhanku.’ Maka beliau pergi ketempat air, lalu berwudhu. Kemudian beliau shalat. Maka beliau menangis sehingga basah janggutnya. Kemudian beliau sujud sehingga air matanya membasahi tanah. Selanjutnya beliau berbaring pada salah satu sisinya hingga datang Bilal menyeru shalat subuh. Maka Bilal bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa yang menyebabkanmu menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang.’ Beliau menjawab, ‘Bagaimana kamu ini, wahai Bilal, apa yang mencegahku untuk menangis. Sesungguhnya pada malam ini Allah SWT telah menurunkan wahyu, Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang berakal.”Selanjutnya beliau bersabda, ‘Celakalah orang yang membacanya tetapi tidak memikirkannya.’”
Allah Ta’ala berfirman lagi:
“Apakah mereka tidak melihat – memerhatikan – pada unta, bagaimana ia diciptakan? “Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? “Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? “Dan juga bumi, bagaimana ia dikembangkan? “Maka dari itu berikanlah peringatan, karena engkau itu hanyalah seorang yang bertugas memberi peringatan.” (al-Ghasyiyah: 17- unta )
Mungkin mewakili untuk kerumitan anatomi hewan. Begitu harmoni dan sistemik, namun tetap maksimal dan efektif dalam fungsi. Bagaimana dengan manusia ? Lebih komplek dari itu. Penuh kerumitan namun memberikan kesan mendalam. Seluk-beluk yang dihafal dan dipahami semakin meningkatkan akan kesadaran penciptaan kita sendiri. Apa dan bagaimana tentang terminologi, pasti ada manfaat dibalik keberadaannya.
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (TQS. Ali Imran: 191)

Urgensi Anatomi Bagi Mahasiswa

Tak kenal maka tak sayang dan tak sayang maka tak cinta. Statement itu yang mula-mula cukup berpengaruh terhadap penulis untuk melanjutkan kembali bahasan sisi lain dari anatomi. Pentingnya anatomi akan menjadi bahan bakar untuk mendalami anatomi. Minimal menjadi pukulan hangat untuk terus belajar, meski terminologi yang harus dihafal dan pahami hampir 5.000-an.
Anatomi di dalam bidang medis maupun kedokteran, sama seperti peranan bahasa arab dalam mempelajari Al-Qur'an. Kita akan tahu makna yang disampaikan, kadang dari bahasan tersendiri. Namun, bisa juga menalarnya lewat kumpulan kalimat yang dibaca. Kadang bisa memahami alur fisiologi suatu sistem, dengan mengurutkan secara anatomis struktur mana saja yang dilalui selama proses tersebut. Tentu, tafsir Al-Qur'an akan semakin mantap dengan penguasaan terhadap bahasa arab. Begitu pula, sistem fisiologis akan begitu menarik ditambah dengan pemahaman anatomi.
Menekankan lagi. Maksud analogi di atas adalah peranan anatomi dalam memahami suatu proses kerja dalam tubuh. Baik yang bersifat fisiologis, maupun yang patologis. Metode pembelajarannya bisa dua sistem. Belajar fisiologi dulu,anatomi mengikuti. Maupun penguasaan anatomi yang pertama, lalu diikuti dengan proses fisiologisnya. Sebenarnya, anatomi ini pun nantinya juga sangat berkaitan dengan embriologi. Karena memang terjadi perkembangan yang cukup signifikan dalam proses fetus hingga menjadi manusia dewasa. Tentu, kita tahu sesuatu itu salah karena tahu yang benar seperti apa. Mendifinisikan kelainan dengan membandingkan dengan bentuk normal. Sudah nilai aksiomatik, bayi bukanlah miniatur manusia dewasa.
Terkait dengan sistem kuliah yang menggunakan KBK (kurikulim berbasis kompetensi), maka tentunya setiap mata kuliah akan memberikan warna tersendiri pada setiap blok yang ada. Ya memang tidak menggunakan sistem yang seperti dulu, fokus pada mata kuliah. Sekarang memang lebih fokus pada sistem. Sehingga anatomi menjadi referensi awal sebelum memasuki blok. Karena penguasaan anatomi bersifat mutlak, apalagi untuk mata kuliah bedah, THT, forensik, dan lain-lain.
Celakanya, dosen sudah menganggap mahasiswa sudah menguasai anatomi. Padahal sungguh jauh dari fakta. Sehingga dosen “kadang” langsung memberikan kuliah terkait kelainan-kelainan saja. “ Anatomi sudah dikuasai di fase awal kan?” ucapan dosen biasanya, mahasiswa Cuma diam dan tersenyum. Padahal anatominya sudah lupa,paling tidak malu dibilang tidak tahu. Lalu apa yang terjadi dengan mahasiswanya, terbang !. Membiarkan imajinasinya mengawang-awang, mencoba membayangkan struktur-struktur yang dia sendiri tidak tahu. Nah, agar tidak masuk pada lobang yang sama. Maka, jadikan lah anatomi menu utama belajar pada fase awal.
Diakui oleh mahasiswa kedokteran maupun Staf Anatomi akan pentingnya anatomi di bidang kedokteran, pengurangan pembelajaran anatomi memberikan dampak yang cukup besar bagi kalangan profesi pada saat mereka harus menganalisis struktur anatomi, studi imaging dan melakukan tindakan pembedahan. Sebagai contoh di Amerika Serikat, sepertiga dari residen mengalami kesulitan dalam menganalisis Anatomi (Cottman, 1999. In Vazquez R, Reisco J M, Carretero J, 2005. Teaching in Anatomy. Reflections and challenges in the teaching of human anatomy at the beginning of the 21st century. Eur J Anat, 9(2). 111-115.), yang kejadian itu disimpulan akibat kesalahan dalam training staf, yang mengakibatkan kurangnya pengetahuan anatomi (Cahill et al., 2000. In Vazquez R, Reisco J M, Carretero J, 2005. Teaching in Anatomy. Reflections and challenges in the teaching of human anatomy at the beginning of the 21st century. Eur J Anat, 9(2). 111-115).
Kurang lebihnya yang bisa dialami lebih dulu adalah peranan anatomi dalam skill-lab. Tentunya ketika melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, anatomi menjadi peta. Ya, menjadi peta. Anatomi yang menjadi ilmu dasar untuk melakukannya “di mana”, bahkan dengan pengetahuan yang memadai bisa memprediksi hasilnya seperti apa secara anatomis.
Menurut Prof. Dr. dr. Satimin Hadiwidjaja, PAK, MARS dalam pengukuhannya sebagai guru besar bidang anatomi di Universitas Sebelas Maret Semarang: diakui bahwa untuk keperluan diagnosis pada kelainan organ maupun sistem, seorang dokter memerlukan pengetahuan anatomi; pembelajaran anatomi sangat diperlukan untuk teknik imaging, mulai dari pemeriksaan endoscopy, laparoscopy, CT scan dan MRI sampai imaging tiga dimensi. Pengetahuan Gross anatomy menjadi sangat penting, tidak hanya untuk kepentingan interpretasi prosedur imaging yang dilakukan tetapi juga
untuk mengetahui lintasan target terapi. Pengatahuan tentang struktur tubuh manusia mulai dari Gross anatomy sampai dengan tingkat molekuler sangat penting untuk mengetahui fungsi organ tertentu yang dikaitkan dengan munculnya suatu penyakit.

Rabu, 09 Februari 2011

sebuah kisah, dari secarik kertas itu dan 3 jam saja

Bismillah

satu, dua, tiga.... action !

Ssssssttttt.... di suatu kota yang sejuk. Fajar mulai menampakkan senyumnya. Burung-burung mulai bernyanyi menyambut kehangatan pagi ini. Kanvas Langit mulai dilukis dengan goresan-goresan biru. ( tiba-tiba produser teriak; sudah sudah ! Kepanjangan prolognya )

“ Mama... hari ini eza ke sekolah naik sepeda aja ya. Malu diantar terus ma. Masak jagoan ga berani ke ke sekolah sendiri “ rengek anak kecil itu sambil tersenyum. Kebetulan, sekolahnya tidak terlalu jauh dengan rumahnya yang baru. Maklum gara-gara tuntutan pekerjaan orangtuanya, dia sering pindah-pindah rumah dan sekolah....
“ ya... ma, ya... “ bujuk dia sambil meyakinkan mamanya yang sepertinya meragukan kemampuannya bersepeda.
“ hhhmmmm, ya sudah. Boleh, tapi untuk hari ini saja ya. Eza kan baru kelas 2. mama takut nanti jatuh di jalan.”
“ engga ma, eza sudah latihan banyak. Teman-teman eza tahu kok klo eza udah jago”
“ iya mama percaya. Tapi hati-hati ya dan jalannya di sebelah kiri”
“ oke oke ma. Makasih....”
selesai sarapan dia berangkat. Ritual khusus yang wajib dia jalani setiap hari, termasuk membaca qur'an dan koran, plus nonton power-rangers. Maklum, dia terlahir di keluarga yang disiplin dan tegas, ga tega nulis “keras”. Ga sarapan, artinya ga dapat uang jajan. Hehehe, lucu aturan itu. Ga sarapan ya lapar, ga dapat uang jajan lagi. Ga ada pilihan lain, selain sarapan !. Keluarganya memang suka membaca, jadi membiasakan baca koran juga jadi tradisi rumah.klo engga, bapak bakalan marah, dan... Fatality ! (*efek mortal-kombat zaman dulu).
Sambil mendendangkan lagu “uummii by sulis dan hadad alwi. Eza mengayunkan sepeda dengan santai. Menikmati perjalanan untuk pertama kali, betul-betul nikmat. Begini rasanya terbebas dari kungkungan “diantar-jemput”. Eza pun bersuara “ hhhmmmmm......, aku merasakan aroma kebebasan. Aku ingin terbang seperti burung, melihat dunia dan mencengkramnya”
***
sudah pukul 10.00 siang.
kring...kring...kring. Telpon di rumah eza berbunyi
“ benar ini mamanya eza ?” dengan suara tergesa-gesa
“ iya benar. Maaf ini siapa ?”
“ saya kepala sekolah SDN Paliwara 1 tempat anak ibu sekolah...”
“ada apa pak ? Anak saya nakal ya?” tiba-tiba ibunya eza memotong.
“owh tidak. Sebelumnya kami mohon maaf bu. Musibah memang tidak ada yang bisa mengira, semua berjalan dan sudah diatur oleh-NYA. Begini bu,Tadi pagi gedung sekolah tiba-tiba roboh. Kelas yang ada di lantai pertama, kelas 1,2 dan 3, jadinya dijatuhi oleh 3 ruangan diatasnya. Tidak ada korban yang selamat, termasuk guru yang mengajar pada saat itu. Ibu domohon berhadir ke sekolah untuk memberikan beberapa keterangan.”
“ apaa ?” ibu eza begitu terkejut. Air matanya mengalir membasahi pipi. Tak sampai air mata menetes. Beliau sudah pingsan..... telpon pun tiba-tiba mati..... tet tet teeeeet.
***
setelah beberapa saat, bapak eza datang dan membaringkan ibu eza ke kamar. Mengoleskan sedikit minyak kayu putih dan mengipasinya. Sambil harap-harap cemas menunggu kesadaran ibunya eza.
Setengah jam berlalu. Muncul suara “ ezzaaa, eza.....”
“ iya bu. Sadar, eza sekolah. Dia baik-baik saja” bapak eza mencoba menenagkan, walaupun sebenarnya bapak eza yang tidak tahu keadaan sebenarnya.
“paaaa, eza pa. Kata pa kepala sekolah, sekolahnya roboh” suara ibu eza lirih
“apa bu? Sekolahnya roboh ?”
“ iya pa...”
“ kita ke sekolahnya dulu. Kita lihat,biasanya ada polisi yang ada si sana”
“iya pa” mereka berdua berangkat bersama menuju sekolah eza, SDN paliwara 1.
***
setiba di sekolah eza.langsung pa kepsek dan tim dari polisi menyapa bapak dan ibu eza.
“ ini orang tua dari Eza khayrulkamil Syahputra purwanto” kata pa kepsek menjelaskan pada polisi yang sedang asyik mencatat
“ betul pa ?“ kata polisi itu menegaskan
“ iya betul” kata bapak dan ibu eza serempak
“begini bapak dan ibu eza. Setelah kami memeriksa semua reruntuhan tadi. Cuma satu korban yang tidak kami temukan. Yakni jenazahnya eza. Jadi kami ingin bertanya lagi. Eza ke sekolah tadi pagi”
“ iya pa. Dia berangkat ke sekolah. Dia naik sepeda, itu sepedanya ada di parkiran sekolah.”
“ tapi kami tidak menemukannya bu ?”
“ tidak mungkin. Mungkin pa polisi kurang teliti. Tolong carikan jenazah anak kami pa. Badannya memang agak kecil. Mustahil anak itu bolos. Apalagi tasnya juga ditemukan di ruang kelas yang roboh itu.”
“iya bu,kami sudah mencari beberapa kali tapi tetap tidak menemukan.”
“ tolong cari pa ! Tolong cari pa ! “ ibu eza semakin panik. Dia kembali menangis menjadi-jadi.
Bapak eza yang terlihat sangat sedih mencoba menenangkan si ibu. Terlihat, air mata mereka membasahi wajah. Anak yang diharapkan bisa melanjutkan usaha dan bisnis keluarga tiba-tiba meninggal gara-gara sekolahnya yang roboh.
Begitu cepat berjalannya waktu
ajal yang betul-betul ghaib
senyuman pagi yang ditutup dengan tetesan air mata di siang hari
inikah kehidupan ?

“ tteeeeet,,,teeeeet,,,teeeeet” handphone ibu eza berbunyi. Namun tetap dihiraukan
“ teeeeet,,,teeeeeet,teeeeeet” untuk yang kedua kali, tetap diabaikan
“teeeeeet,,,teeeeetttt,teeeeet”, yang ketiga baru dilihat...
tertulis nama “ anakku saya” memanggil.
Ibunya eza terkejut setengah mati. Anak yang ditangisinya gara-gara reruntuhan bangunan tiba-tiba menelpon.bapaknya yang melihat disamping, juga bukan main terkejutnya.
Apakah ini rahasia Illahi ???
apakah ini sebuah keajaiban ???
atau handphonenya eza terjatuh saat mau sekolah dan ini orang yang mau mengembalikan ???

“assalamu 'alaikum”
“wa'alaikum salam warahmatullah wabarakatuuh” jawab ibu eza
“ mama di mana ? Aku mau masuk nich. Udah lapar, belum makan siang
“ hhhhaaa? Ini eza?”
“ iya ma. Anak mama yang ganteng.hehehe”
“ betul ? Ini benar-benar eza?”
“ iya ma....”
“kamu ada di mana?”
“ sekarang di depan rumah. Ada apa ma, panik banget ?”
“ kamu ga sekolah ?”
“sekolah sebentar ma. Tapi eza pas istirahat maen PS di rental. Tapi lupa pulang ke sekolah”
“ kamu bolos !!!???”
“engga ma. Tadi sekolah sebentar kok”
“Itu namanya bolos nak..... !!!!???”
***
langsung ibunya eza mematikan handphone, dan bersama bapaknya eza menuju ke rumah. Mengacuhkan panggilan dan dari pa kepsek dan tim polisi. Ibu eza pulang dengan marah, anak saya selamat pa !!! ga usah dicatat namanya. Biar saya yang beri pelajaran di rumah.

Selesai...

pikirkan sejenak cerpen tadi.

***
sengaja saya ga nulis apa moral massage-nya. Supaya cerita pendek di atas menjadi sebuah bahan mentah yang mesti diproses. Ya, memproses dengan mesin otak kita masing-masing. Namun tentunya, ada standar untuk memproses tersebut. Standar berpikir maksudnya ? Iya betul. Supaya logika kita tidak terbang melayang. Melewati batas-batas kewajaran dan kebenaran. Bukan untuk mengekang kretaivitas, namun untuk mengondisikan keadaan yang bisa menjadi katalis (mempercepat) reaksi kreativitas. Kreativitas muncul karena ada keterbatasan kan ?
Tiba-tiba ada yang intrupsi “ ketinggian bahasanya boi. Biasa aja lagi”
maaf maaf, jika dirasa terlalu berat lagi. Tapi jujur, ini sudah saya sederhanakan lho. Anggap aja, ini gaya saya ! This's my style bro.... gayamu gmana dalam menulis ?
biar sitasi yang bejibun ga tampil disini dan saya rasa kamu-kamu juga ga mau tahu. Sepakat ya, pelajaran dari cerita di atas ga usah saya tafsirkan. Tapi saya sedikit berbagi tentang 15 kaidah berpikir seorang muslim. 15 rumus dasar untuk menjawab soal-soal aplikatif dalam kehidupan. Kayak fisika aja.hehe
konsep yang saya ambil ada kaidah fiqih yang bisa dijadikan landasan teori setiap logika.

Jadi Kaidah Fikih ini akan membantu menyimpulkan hukum fikih suatu masalah. ulama ushul fikih ( ushul=dasar, furu'=cabang) berkata :
“Apabila kaidah-kaidah fikih kokoh terhujam didada mudah dan lancarlah lidah menuturkan furu’ (hukum fikih)”
Kaidah Fikih Global :
“Mengambil maslahat dan menolak masfadat”
Kaidah Pokok, ada 5 (lima) yang kepadanya dapat dikembalikan hampir semua masalah furu’ yang banyak.
Kaidah Pokok ke-1 : “segala sesuatu bergantung kepada niat”
Dasarnya hadis nabi “Sesungguhnya segala amal hanyalah menurut niatnya dan sesungguhnya bagi seseorang itu hanyalah memperolah apa yang diniatkannya”
Kaidah Pokok ke-2 : “yang yakin tidak dapat dihilangkan oleh yang masih ragu”
Dasarnya hadis nabi “Apabila seorang dari kamu mendapatkan sesuatu didalam perutnya, kemudian sangsi apakah telah keluar sesuatu dari perutnya ataukah belum, maka janganlah keluar dari masjid sehingga mendengar suara atau mendapat bau”
“Apabila seseorang dari kamu ragu ragu didalam sholatnya, tidak tahu sudah berapa rokaat yang telah dikerjakan apakah tiga rokaat atau empat rokaat, maka buanglah keragu-raguan itu dan berpeganglah kepada apa yang meyakini.
Kaidah Pokok ke-3 : “Dalam kesempitan ada kelapangan”
Dasarnya QS Al-Baqoroh :185 : “Allah menghendaki kemudahan bagimu dan Allah tidak menghendaki kesukaran bagimu.”
QS Al-Haj :78 : “Dan Dia tidak menjadikan untuk kamu kesukaran dalam agama” Hadis nabi “Agama itu mudah, agama yang disenangi Allah adalah agama yang benar dan mudah”
Hadits nabi : “Mudahkanlah jangan dipersukar.”
Kaidah Pokok ke-4 : “Kemudhorotan harus dihilangkan”
Dasarnya Firman Allah “Dan janganlah kamu sekalian berbuat kerusakan di muka bumi”
dan ayat “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang membuat kerusakan”
kemudian hadis nabi “tidak boleh membuat kemudhorotan pada diri sendiri dan membuat kemudhorotan pada orang lain”
Kaidah Pokok ke-5 : “Adat dapat dijadikan hukum”
Dasarnya ayat “Dan bergaullah dengan mereka (manusia) secara patut” dan hadis nabi “Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka baik pula disisi Allah”
Dari lima kaidah pokok diatas terdapat ratusan kaidah kaidah cabang yang lain, diantaranya (yang popluer dan sering digunakan) adalah :
1. Menolak masfadat (mudharat) lebih diutamakan daripada mengambil manfaat.
2. Mudhorot khusus (kecil) harus ditempuh untuk menghindarkan mudhorot umum (besar).
3. Bila harus memilih antara dua mudhorot maka pilih yang paling kecil.
4. Bila untuk melaksanakan yang wajib memerlukan sarana, maka mengadakan sarana itu juga wajib.
5. Jalan yang menuju haram juga haram.
6. Kemudhorotan harus dihilangkan dan jalan yang menuju kearahnya harus ditutup.
7. Bila tidak bisa melaksanakan semuanya maka jangan ditinggalkan seluruhnya.
8. Hukum asal segala sesuatu mubah/boleh sampai ada dalil yang jelas melarangnya.
9. Hukum asal masalah ibadah makdoh haram sampai ada dalil/contoh yang menyuruhnya.
10. Apabila berkumpul dua perkara yang sejenis maka yang satu masuk kepada yang lain.
11. Hukum* dapat berubah menurut perubahan jaman. (* yang dimaksud disini hukum masalah furu’ (cabang) yang dzanni dan masalah-masalah muamalah-keduniaan bukan masalah ushul dan atau yang qoth’i)
12. Hak keuntungan ada bersama resiko menanggung kerugian.
13. Menolak (preventif) lebih utama dari mengangkat (kuratif).
14. Yang lebih kuat meliputi yang lemah, bukan sebaliknya.

simpulkan sendiri karena saya rasa kamu semua mampu untuk itu.
semoga bermanfaat, sengaja ditulis untukmu sobat.
Bagaimana menurut anda ?

Kamis, 27 Januari 2011

Design Jaket Asdos,Final ya !


- bahan kanvas
- semua bordir
- diusahakan les tetap terlihat
- harga 155 ribu, agak mahal coz pesan cuma untuk asdos

Tentang Sebuah Rumah...


Bismillah,,,

suatu sore yang tenang. Seorang bapak dengan semangatnya membersihkan halaman. Dia mencangkul dan membersihkan rumput. Dia tebas rumput-rumput nakal yang mulai panjang. Dipotong pula pohon-pohon yang sudah gondrong.Sesekali dia menyela kerigan yang mulai membanjiri bajunya. Otot-ototnya yang besar semakin perkasa ditengah kerasnya cangkulan. Anaknya yang baru berumur 5 tahun tiba-tiba datang.
“ Bapak... !” kira-kira 3 meter dari belakang bapaknya dia berteriak. Di tangannya ada sekantong pentol lengkap dengan saos merah yang sangat banyak.
“ Hei kemari sayang...” jawab bapaknya sambil membalikka badan
anaknya berlari munuju dia.. seperti anak-anak kecil lain yang penuh kemanjaan, dia berlari denga riangnya. Tapi tiba-tiba dia terinjak batu dan “ Brukkk !!!! Creeeet !!!!”. merah lah bajunya yang putih gara-gara tumpahan pentol. Anak itu menangis sejadi-jadinya. Lebih parahnya, kucing-kucing yang ada di sekitarnya tiba-tiba menjilati tumpahan pentol itu.
“ hiiks... Hiks.... tolong tolong !” teriak anak itu dengan keras, sambil menangis.
“ Huuuush hush...” respon bapaknya dengan cepat dan suara keras. Maksudnya untuk menakuti kumpulan kucing itu.
Bapaknya mendekati anak itu dengan cepat. Sambil memasang wajah marah dan teriakan “hush... hush...!!!” untuk menakuti kucing. Bermaksud menambah ketakutan kucing, bapak itu berjalan sambil menenteng cangkul yang siap di tebaskan......
Suasana yang begitu mengerikan : sang bapak mendatangi anaknya dengan penuh kemarahan, teriakan “ hush !!! hush ...!!!” dan cangkul yang siap tebas. Sisi lain, sang anak tergeletak dengan bercak-bercak merah di baju, menangis keras dan teriakan “tolong ! Tolong !...”.
Tiba-tiba..... Ibunya datang dan melihat kondisi seperti itu !!!!!....
Dia berteriak “ Tidaaaaak !!! apa salah anakmu pak !!!! Awas kalau anak itu kau apa-apai !!!”
Jangan buru-buru menyimpulkan saudaraku !
semoga cerita mini di atas bisa menjadi awal ledakan ide di sini. Menjadi renungan pertama sebelum sama-sama mencerna bahan baku ide yang lain. Saya cuma sedikit bercerita tentang sebuah rumah yang kami banggakan. Dulu, sekarang dan insyaALLAH sampai nanti. Rumah ? Iya betul. Tempat tinggal kami. Kami ? Iya, karena kami sebenarnya banyak. Bahkan sangat banyak. Bukan karena ibu kami yang banyak atau ibu kami yang mudah hamil. Itu lah uniknya rumah kami. Kami banyak,namun beragam. Beragam namun sama. Sama namun tidak identik. Tidak identik namun punya kemiripan. Terus apa ???
Jangan Buru-Buru Menyimpulkan saudaraku !
Di rumah ini awal cerita romantis itu bermula. Ketika kami sama-sama ber-'azzam untuk menegakkan syari'at di seluruh sendi kehidupan. Dari detik ke detik dan di seluruh koordinat dalam semesta ini.
Di sini, kami meneriakkan pentingnya ukhuwah namun bukan kuning. Melantangkan teriakan imamah namun bukan hijau. Menggemakan khilafah namun bukan black and white. Memurnikan tauhid, namun tidak putih. Kami sadar, kami orang islam. Apa pun warna itu, dibiarkan menempati rumah ini. Warna-warna itu membentuk pelangi pemikiran hingga menjadi suatu konsep yang ideal. Hasan Al-Banna pun berkata “ mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok”. Mimpi kita tentang sebuah pelangi.
Syaikh Taqi “ kebangkitan bermula dari pemikiran”. Rumah kami pun penuh dengan penalaran ilmiah dan syar'i. Menganalisis politik, hukum dan ekonomi bukan lah hal yang tabu, walau kami menguasai anatomi,fisiologi, psikologi dasar, kimia, statistika dasar, dan ISBD. Kami pun sudah terbiasa dengan kitab-kitab tafsir, Ibnu Katsir, Sayyid Qutb, Hamka dan lain-lain. Yah, itu menjadi makanan ringan. Menjadi cemilan yang diutamakan.
Di tengah keilmiahan itu kami sadar. Prof.John Hick dengan bukunya “ God Has Many Names”, melalui konsep Transcedent unity of religion yang mengatakan semua agama itu benar karena tuhan yang disembah sebenarnya hanya satu.,tapi dengan perwujudan yang berbeda-beda. Kami sadar konsep itu terlalu irrasional bagi kami. Terlalu lucu kalau memang semua agama itu benar, mengapa pada tempat yang sama (bumi) dan waktu yang sama ( sekarang) ada yang menghalalkan dan mengharamkan babi ?. Konsep fisika mekanika klasik pun bicara sebelum kami menjawab. Suatu substansi tidak mungkin berada pada suatu titik yang sama pada fungsi waktu yang sama apalagi pada rentang waktu yang sama. Begitu pula irrasionalnya buku “ When Religion Become Evil”
Di sini kami belajar menjadi dewasa. Berusaha mendifinisikan arti “memaklumi”. Membiarkan atau menegur, mengingatkan atau menoleransi dan kembali mengartikan makna optimis. Antara sebuah keoptimisan dan kesombongan. Ketika rasa itu sama-sama menjadi bahan bakar pergerakan. Mencoba kembali mendefinisikan sebuah kesabaran, apakah itu ke-rendah hati-an atau akumulasi sifat pengecut yang dibalut alasan logis.
Jangan buru-buru menyimpulkan saudaraku?
Di sini kami mengakui sebagai penghuni rumah ini. Walau buku “ Body Language” sempat mewarnai alur berpikir saya, saya mesti menolak konsep-konsep buku itu ketika saudara saya “menjawab” dengan gaya bahasa tubuh yang diartikan sebagai tindakan “ngeles”. Husnu dzon saja !. Biarkan air mengalir dan biarkan angin berhembus. Menjawab dengan senyum, ketika jawaban iya diiringi pelototan mata. Ketika ucapan terima kasih dibalut dengan senyum terbalik. Afwan ana lagi sibuk. Afwan ana besok ujian. Afwan ana ada kerjaan. Dan sejuta alasan lagi. Ehm,Maaf mungkin ini kesalahan dan keteledoran saya. Mungkin hati saya yang bermasalah, mungkin iman saya yang lagi sakit. Mungkin kalimat ini yang menginspirasi Salim A.Fillah dalam “Dalam Dekap Ukhuwah”.
Kami sadar akan perjuangan ini. Karl Marx boleh bilang kalau agama adalah candu. Candu yang membuat orang menjadi nyaman dalam ilusi. Tapi itu bagi Karl Marx yang tidak pernah mencicipi manisnya keimanan islam. Tapi bagi kami, islam betul-betul manis. Sangat Manis, yang membuat kami mabuk dalam keadaan sadar. Membuat kami berlari di tengah keletihan. Membuat kami kuat di tengah musibah dan cobaan yang menusuk. Syurga ! Itu menjadi tempat yang kami impikan. Karena niatan itu ,kami dengan penuh kesadaran memilih rumah ini. Iya, rumah ini saudaraku!
Saya tidak tahu dengan rumah-rumah yang lain. Dengan dua warna itu, apakah menjanjikan syurga. Dengan gambaran itu, apakah menjanjikan pahala. Tapi hebatnya, rumah-rumah itu penuh dengan orang-orang. Tentunya dengan orang-orang yang hebat juga. Mereka juga berteriak lantang. Mereka juga bergerak. Namun sayang.... di tengah keletihan itu. Di tengah pengorbanan mereka. Di tengah kebaikan itu. Apakah sudah di jalur yang benar ?
Tiba-tiba penghuni rumah itu,tetangga saya, berteriak “ jangan melihat dari kaca matamu saja !”. kadang saya termenung dengan kalimat itu. Melihat dari sudut pandang orang lain, mungkin itu yang perlu kami kaji sekarang. Supaya akhirnya kami bisa mendandani pemikiran dan memperindah pakaian ide. Agar coklat manis yaang ingin kami berikan ini dikado dengan rapi dan indah. Buku “ How To Get Friends and Influence People” karyanya Dale Carniege pun sempat membantu saya untuk memahami itu. Bahkan buku “Personality Plus” sempat terkaji,walau tidak totalitas. Tapi kadang beban pikiran yang lain muncul. Apakah ini bentuk kesabaran dalam menyampaikan, seni dalam sebuah proses atau kurangnya rasa bangga terhadap nilai-nilai islam yang sebenarnya. Sangat dilematis. Antara berharap menunggu waktu yang tepat dan berusaha mengondisikan.
Jangan terburu-buru menyimpulkan saudaraku !
Logika di atas memang tidak serumit konsep-konsep pada buku yang berjudul “Logika”, tulisan Hegel. Katanya, untuk betul-betul memahami sesuatu kita harus memahami lawan dari sesuatu itu. Materi,ya anti materi. Positron, ya elektron. Walau anti-materi tersebut masih menjadi teka-teki sampai sekarang. Konsep abstrak yang “dipaksakan” untuk diturunkan menjadi persamaan-persamaan matematika tingkat tinggi. Ya, seperti konsep adanya “eter” agar konsep-konsep penjalaran di udara sebelumnya diakui. Atau seperti “dipaksanya” kebenaran pada konsep dilatas waktu, agar relativitas Einstien tak terbantahkan. Mana mungkin ada manusia mencapai kecepatan c ? pasti jasadnya sudah hancur ? Ya,sudah lah. Namanya juga postulat. Kebenaran yang diterima ketika tidak ada yang bisa membantahnya, walaupun kebenaran itu tidak terbukti empirik.
Maaf jika dirasa bahasan ini mulai membuat anda pusing. Jujur, saya sudah menyederhanakannya.
Iya, melihat dengan kaca mata orang lain ! Itu konsep baru yang menarik, namun menyimpan tanda tanya besar juga. Ketika kita melihat dengan kaca mata orang, tentunya kita sudah keluar dari konsep berpikir kita. Tentunya konsep yang syar'i. Dan mungkin kita sudah membuat konsep berpikir yang baru. Kalau mendifinisikan objektif itu harus melihat bukan dari sudut pandang kita. Itu kadang membuat syahadat kita dipertanyakan lagi. Apa kita harus meninggalkan cara berpikir islami untuk dikatakan objektif ?
Dan ternyata. Saat mata anda min, minjam kaca mata orang lain bukan lah solusi. Apalagi melepas sama sekali kaca mata anda.
Kalau mau melihat dari sudut pandang kapitalis. Maka kita tinggal memahami “Wealth of Nation”nya Adam Smith, kadang itu bisa menjadi batu loncatan awal. Untuk meyakinkan silahkan pelajari “ The End of History” tulisan Francis F. saya pernah melakukannya, di otak saya “ jadikan lah apa-apa yang dilihat menjadi uang”. Di kamar saya bertulis kan “ time is money”. Alhamdulillah, itu dulu.
Kaca mata yang lain. Silahkan pahami “ Das Capital”, karya Karl Marx. Cukup nyetrum di otak. Apalagi bantahannya terhadap aristotelian sangat rasional. Kalau memang betul A sama dengan A, maka terlalu simple hidup ini. Dan itu hanya membuat pola pikir menjadi linier. Satu kilo gula tidak sama dengan satu kilo gula. Kaarena waarna, struktur, jenis dan kualitas yang membedakan. Untuk lebih hot, “ The ABC of Dielecthis Matrealism” pemikran Trotsky bisa jadi bumbunya. Saat kita benar-benar menabrakan antara logika formal dan logika dialektika. Jujur, paham kapitalis di atas bakalan hancur lebur.
Lalu pahami keduanya,antara kapital dan matrelis, lewat “ The Clash of Civilization” Huntington. Maka kita akan mendapati solusi baru. Yang sebenarnya pernah ada dulu. Dan puzzle itu kita susun kembali. Lewat rumah ini, rumah kita !
Jangan terburu-buru menyimpulkan saudaraku!
Di rumah ini. Kami berharap semua potensi tersalurkan. Yang tua menjadi teladan bagi yang muda. Yang muda menghormati yang tua. Ikatan kita, ikatan aqidah. Ikatan yang menjadi jaminan keharmonisan. Ikatan yang membuat kita lebih kuat dibanding dengan rumah-rumah yang lain.
Di sini kita belajar menghargai waktu. Berkorban untuk datang tepat waktu.
Belajar bersabar, ketika kaki terinjak duri.
Memahami agar dipahami.
Mencintai agar dicintai.
Walau ikhlas adalah yang utama.
Tak terasa. Barisan kita semakin kuat saja. Penghuni semakin banyak dengan lahirnya adik-adik yang baru. Adik-adik yang spesial. Punya kelebihan. Punya kekuatan. Punya potensi. Namun, mengapa masih ada saja penghuni yang mencari rumah lain. Bahkan rela mencari hotel-hotel.
Bayti Jannati ? Rumahku syurgaku?
Apakah sudah menjadi rumah yang nyaman ?
Atau memang penghuni itu yang memilih pergi ?
Tiba-tiba penghuni lain menepuk pundakku,” berani-beraninya kamu ngomong. Emang kamu siapa ?”
saya penghuni rumah ini. Ya memang saya masih anak kecil. Posisi saya pun tidak tinggi walau punya jabatan yang cukup strategis. Posisi dan jabatan ?, memang berbeda kok.
Saya teringat ucapan 'Ali bin Abi Thalib “ liat ucapan,bukan pengucap”. Maka saya tutup note ini dengan sebuah kutipan kalimat Bambang Pamungkas.
“ketika saya ada di lapangan, saya akan memberikan yang tebaik untuk tim ini. Dan ketika saya ada di bangku cadangan, maka saya pun akan memberikan yang terbaik”


*suatu malam. Ketika aku harus mengakui bahwa aku pengecut. Menutupi ketakutan dengan senyum. Menutupi kelemahan dengan retorika. Memahami dan Menghargai orang-orang di sekitarku, mereka memang hebat ! Dan aku pun akan menjadi hebat, karena Dia bersamaku. Selalu, insyaALLAH.