Sabtu, 17 Januari 2009

SMS yang Bergentayangan Menjelang UN


UN atau biasa dikenal dengan ujian akhir merupakan sebuh tantangan sekaligus momok bagi pelajar pada umumnya. Mata pelajaran dan nilai kelulusan minimum yang dinamis seakan-akan menuntut para siswa untuk “ back to school and always think how to pass it well”. Diakui atau tidak, UN tersebut sangat besar manfaatnya jika dilakukan dengan “bersih”, walaupun pasti ada dampak negatifnya.

UN bisa menjadi “perangsang” para pelajar untuk memahami mata pelajaran secara holistik. Dengan UN juga, akan benar-benar diketahui mana palajar yang berkualitas dan mana pelajar yang menjadikan sekolah sebagai formalitas belaka. Sehingga, sungguh mulia goal UN yang sebenarnya. Namun dalam realitanya, goal dan realisasi UN tersebut sangat jauh dari idealita atau bisa dikatakan berbalik arah 180°. Bukannya sebagai “perangsang”, UN malah dijadikan sebagai alasan untuk menganaktirikan pelajaran lain dan yang lebih parah, dengan beralasan UN tak sedikit murid yang menghalalkan segala cara. Selain itu, bukannya para siswa tersebut dapat memahami pelajaran secara komprehensif, mereka malah memahami cara “menyontek yang benar” yang tak jarang hal itu merupakan “nasehat bijak” dari pihak sekolah.

Itulah realita yang ada di sekitar kita yang kadang sudah dianggap hal biasa. Namun sebenarnya, hal itu sangat memalukan jika dibiarkan begitu saja. Tapi sudah sepantasnya lah kita tidak menyalahkan pihak mana pun dalam hal ini, yang harus kita lakukan adalah bersama-sama memperbaiki sistem-sistem yang sudah terlalu kotor dijilati debu egoisitas.

Berbeda dengan masalah khusus para siswa ketika menghadapi UN. Selain tuntutan untuk meraih nilai tertentu, pada prosesnya pun sangat banyak tantangannya yang sangat menarik untuk dikupas. Hal itu disebabkan, proses adalah salah satu variabel urgen dalam menentukan produk akhir.

Salah satu masalah yang cukup penting tersebut adalah tentang “sms bijak yang berbahaya”. Yang mana sms tersebut sering memasuki handphone-handphone para siswa kelas tiga. Isinya kurang lebih seperti ini : “ Semoga kita semua dapat lulus UN 2009 dengan nilai yang memuaskan.Ini adalah do’a seluruh anak Indonesia. Sebarkan kepada 10 teman kamu yang berbeda. Bila tidak, dijamin kamu tidak akan lulus UN. Sudah banyak buktinya”

Isi sms di atas begitu bijak, namun jika dituruti akan sangat besar efek negatifnya. Penulis rasa, walaupun hal ini kelihatan sepele, namun jangan sampai banyak pelajar yang melakukan instruksinya (sms), baik karena takut tidak lulus UN atau hanya sekedar main-main untuk menghabiskan bonus sms yang ada. Dampak negatifnya :

Merusak Keimanan

coba diperhatikan statement sms itu yang redaksinya Bila tidak, dijamin kamu tidak akan lulus UN”,. Dalam penalaran logic-centred, terlihat kausalitas bahwa sms itu berisi kalau tidak menyebarkan sms ini, maka yang bersangkutan ( penerima sms) akan tidak lulus UN. Secara sederhana, kaidah tersebut melanggar tauhid islamiyah, karena termasuk syirik asghar. Dimana kegiatan tersebutlah yang menentukan segalanya, padahal Allah Mahakuasa.

Begitulah, walau sekilas terlihat begitu mulia substansi sms tersebut. Dalam satu sisi sms itu sangat beracun untuk keimanan. Mungkin sms itu ada karena begitu kejamnya UN, sehingga logika pun lumpuh karenanya.

Melahirkan Perbuatan Mubazir

Kembali kita cermati statement “sebarkan kepada 10 teman kamu yang berbeda”. Coba anda bayangkan kalau sms tersebut masuk kepada seorang siswa yang lemah religuitasnya, tentu dia akan dengan mudah merealisasikan instruksi yang ada di sms tersebut. Yang lebih parah, misalkan siswa yang bersangkutan tadi “hanya” punya teman seratus yang sama-sama kelas III. Lalu yang seratus tadi mengirimkan sms yang mempunyai redaksi yang sama( tentang do’a UN) kepada siswa yang lemah religuitas tadi. Terbayang kan?, dalam satu malam seratus dikali sepuluh, hasilnya seribu sms. Bayangkan kalau satu sms harganya Rp 100,- , sehingga setiap malam dia harus mengeluarkan uang untuk kelulusannya sebesar Rp 100.000,-. Lalu bagaimana kalau dari awal semester sudah tersebar sms tersebut?

Membunuh Mental

Sudah terlalu banyak fakta yang mengatakan bahwa setelah mereka ( siswa yang menerima sms tad) menyebarkannya, hati mereka menjadi nyaman dan tidak rajin lagi belajarnya, karena sudah ada jaminan lulus UN “ katanya”. Itu lah realitanya, hal itu berdasarkan penelitian penulis terhadap teman-teman penulis yang mendapat sms tersebut.

Memang sangat kompleks masalah UN ini. Mungkin masalah sms ini hanya sebagian kecil dari dampak yang diadakannya UN setiap tahun. Lalu bagaimana solusinya?

Dalam konsep islamiyah, Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa jika seorang muslim mendoakan saudaranya kebaikan dari tempat yang jauh dan tanpa diketahui oleh saudaranya tersebut, maka doanya tersebut akan dikabulkan, sebab doa seperti itu lebih berbobot dan ikhlas karena jauh dari riya dan sum’ah serta imbalan sehingga lebih diterima oleh Allah (Mir’atul Mafatih 7/349-350). selain itu, dari Shafwan bin Abdullah bahwa dia berkata : Saya tiba di negeri Syam lalu saya menemui Abu Dard’a dan dia berkata : “Apakah kamu ingin menunaikan ibadah haji tahun ini?” saya menjawab :”Ya”, kemudian dia berkata lagi :”Do’a kan lah kebaikan untuk kami karena Rasullulah Shallallahu’alai wassalam bersabda bahwa do’a seorang muslim untuk saudara yang tidak ada di hadapan terkabulkan dan disaksikan oleh malaikat yang yang ditugaskan kepadanya, tatkala dia berdo’a untuk saudaranya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya mengucapkan ;” Amiin dan bagimu seperti yang kau do’a kan”. Shafwan berkata:” Lalu saya keluar menuju pasar dan bertemu dengan Abu Dard’a, beliau juga mengutarakan seperti itu dan dia meriwayatkannya dari nabi. ( Shahih Muslim. Kitab Dzikir wa Doa bab Fadlul Doa Lil Muslimin Fi Dahril Ghaib 8/86-87)

Sms-sms “aneh” tersebut sudah sepantasnya dihapus saja jika masuk ke hangphone atau paling tidak beritahu yang mengirim sms tersebut kalau alangkah baiknya doanya dalam hati saja. Bukankah doa dalam hati lebih ekonomis dan terhindar dari riya? Jangan sampai UN yang mencekam dibuat semakin menakutkan dengan bergentayangannya sms tadi.

Semoga apa yang penulis sampaikan bermanfaat untuk semua. Penulis meyakini kalau terlalu banyak di bumi ini yang relatif, namun tidak semuanya. Begitu pula dengan relativitas pendapat mengenai dilaksanakannya UN. Tapi sebagai masyarakat yang berpendidikan, sudah sepantasnya lah kita taat kepada pemerintah dengan kritis. Mungkin UN sangat banyak manfaatnya, mungkin juga sebaliknya. Tapi yang paling penting, dengan adanya UN semoga pendidikan kita bisa menjadi lebih baik dalam arti yang sebenarnya. Terakhir, nilai itu memang bukan segalanya namun nilai itu sangat penting “untuk saat ini”.

Tidak ada komentar: