Buat teman-temanku yang disinterpretasi terhadap substansi Politik. Cerpen ini bisa dikatakan cara saya menyosialisasikan urgensi ilmu politik. Baik yang praktis maupun komplek. Karena saya yakin di dunia ini, kalau todak paham politik kita akan dipolitiki .Jangan sekedar di baca, namun pahamilah. Ada makna-makna filosofis yang tersembunyi. Cerita ini hanya fiktif belaka.
Selamat membaca....
By ZaYeD NoRwAnTo el-Hasany
Selamat membaca....
By ZaYeD NoRwAnTo el-Hasany
“ Pertimbangkan harga pangan, sesuaikan biaya pendidikan dengan kualitas pendidikan, pikirkan persediaan energi kta, bantai para koruptor,,!!!!!,, jangan jadi DPR dewan pembantai rakyat atau Dewan Pembohong Rakyat ....!!!!”
Demo yang gila. Demo luar biasa. Di panasnya jilatan mata hari jam lima belas. Hanya aku sendiri berdiri di depan kantor DPR ,berteriak dengan dua buah bendera merah putih kusam, di tambah dua spanduk bertulisan seluruh ideku buat DPR, berukuran lima kali satu meter yang ku bawa sendiri. Demo yang terlalu heroik. Fantastis.
Aku berdiri dengan gagah bukan atas nama partai, organisasi atau LSM manapun. Di sini sekarang aku ada karena realita yang sangat terlalu jauh dengan idealita. Mengerikan Amuntaiku saat ini. Saat dua patung bebek telanjang itu telah menguasai Amuntai dengan ideologinya.
“ DPR, seharusnya menjadi Dewan Pemerhati Rakyat. Dewan Penyayang Rakyat. Dewan Penjaga Rakyat. Dewan Pemakmur Rakyat. Dewan Penyelamat Rakyat. Dewan Pembimbing Rakyat. Dewan Penyejahtera Rakyat.....!!!”
Suara ku hampir hilang menyerukan semua aspirasi kepada para anggota dewan yang ku harap mengerti nasib rakyat saat ini. Namun, sudah sekitar setengah jam aku berdiri di sini. Yang ku dapat hanya senyum pelecehan dari Pak Satpam yang menjaga pintu masuk kantor DPR itu. Sungguh mencincang hati.
Seragam putih abu- abu ku semakin basah dengan keringat. Namun semangat ku masih membara, merangsang neurit yang ada dikepalaku bekerja dengan keras.
“ DPR, mana janji-janji mu yang dulu!!!.... apakah terlalu banyak hingga mengingatnya pun susah!!!.... buktikan kamu memang betul-betul wakil dari rakyat!!!.....”
Kepala ku sedikit pusing. Namun aku tetap berdiri dengan gagah di depan kantor DPR yang mewah itu.waduh, Satpam yang sombong dengan seragamnya yang seperti power ranger itu tiba-tiba menghampiriku. Bersama dengan senyum kelicikan dan perut besarnya, dia menghampiriku membawakan secangkir air putih.
“ ini air Dik....” power ranger hitam itu menawariku dengan sombong.
Tanpa pikir panjang dan muluk-muluk, ku ambil air itu dengan sopan. Padahal di hatiku menolaknya. Tapi mau apa lagi. Aku sangat haus, belum lagi perut sudah memainkan musik rocknya dengan santai. Tapi pasti.
“ makasih Pa.....”
Dalam hatiku berkata,,,,
“ini yang namanya politik, walau benci namun saat genting seperti ini aku tetap harus memanfaatkannya. Sekali-kali aku belajar meliciki orang licik.... why not ?”
“ nama adik siapa?” tanya si titisan Hitler sambil senyum. Kumisnya yang kayak Jojon mengingatkan ku kepada imamnya Nazi. Ya tadi, Paman Hitler.
“ Udin, cukup panggil aku Din...” jawabku tegas.
“ nama yang kuno, tapi lucu juga ya...” ejeknya
Aku semakin marah kepadanya. Dasar Hitler yang tidak berperasaan. Tapi aku tetap menyimpan kemarahanku itu. Tetap tenang dan sedikit-sedikit memujinya karena kedekatannya dengan para anggota dewan yang gemuk-gumuk itu. Ini namanya politik. Ku harap dia memberiku sedikit makanan atau minimal mengizinkan ku bertemu dengan para anggota dewan.
“ Kamu kok mau capek-capek berdiri di sini? Berteriak-teriak lagi. Kayak orang sinting...”
Hatiku semakin memerah mendengar pertanyaannya yang sangat memilukan, memojokkan plus mengejek itu. Ku Kuatkan batin, ku tatap tajam matanya yang agak galak. Sambil mengangkat dagu sedikit lebih tinggi ku jawab pertanyaannya dengan santai.
“ Saya di sini berdiri karena panggilan batin.terlalu banyak rakyat miskin yang semakin miskin, yang kelaparan semakin lapar, yang kurus semakin krempeng. Itu mungkin bukan kesalahan DPR. Namun sudah semestinya itu menjadi bahan perhatian para kaum-kaum di DPR. Tak apa saya dianggap sinting. Yang penting ........ DPR bisa sadar hal apa saja yang penting dan genting harus di.....”
“ ah.... anak SMA ngomongnya ketinggian tahu..... kamu itu seharusnya belajar aja yang rajin biar pintar. Ngerti...?”
“ ya biar pintar,,,,, tapi sekarang terlalu banyak orang pintar yang dimanfaatkan orang bodoh. Saya tertalu takut menjadi pintar”
“ ya sudah. Terserah kamu..... aku ngerti kamu sangat peduli nasib rakyat miskin itu. Tapi siapa yang suruh mereka menjadi miskin? Siapa yang suruh mreka jadi orang pintar yang bisa dibodohi?....”
“ Karena.....”
“sutt..... diam. Ga usah dijawab. Daripada kamu demonya sendiri ga didengar juga lebih baik kamu panggil teman kamu yang lain.... yang lebih gemuk, yang lebih pintar, yang lebih besar suaranya.... yang lebih...., yang lebih..... Pokoknya lebih dari kamu,,.”
Aku terdiam. Mencoba berpikir mencari teman yang bisa ku ajak untuk memperjuangkan nasib rakyat miskin. Aku terdiam. Bingung. Bimbang.
“ pikir dulu ya. Saya mau tidur , sudah jam setengah empat. Ngantuk nih....” power ranger hitam itu pergi sambil menahan kantuknya. Membuat wajahnya yang hancur semakin rusak. Mengerikan untuk dilihat. Namun itulah ciptaan Tuhan. Kadang memang betul perbedaan itu indah. Tapi ketika yang beda itu terlalu jelek, aduh,,, lebih baik ga usah dimasukin hitungan.
Aku kembali bingung. Siapa aja temanku yang mau diajak demo panas-panas kayak gini. Ga ada minuman. Ga ada uang lelah, yang ada Cuma bikin lelah. Ga ada makanan, namun memperjuangkan standarisasi harga makanan agar terjangkau oleh masyarakat menengah- kebawah. Pusing.
Ku ingat-ingat sambil menggaruk-garuk kepala yang miskin rambut. Rambut ku bekas dipotong paksa pihak sekolah, karena menyerupai style-nya kepala sekolah. Sungguh perbuatan keji yang melanggar hak asasi manusia.
Ting...... akhirnya aku ingat lima temanku yang juga aktivis. Orangnya aktif, bahkan terlalu aktif hinga semua badannya pada kurus. Mereka adalah Amat, Ijai, Toni, Faishal dan Pasya. Ku ambil HP ku yang butut. Ku sms makhluk-makhluk yang beruntung tadi agar mau menemaniku memperjuangkan nasib rakyat miskin, rakyat yang benar-benar miskin. Bukan miskin sintesis.
Tak lama berselang. Di panasnya siang Amuntai, berdering Hpku tanda satu sms diterima. Bunyinya persis jangkrik yang lagi sakit perut. Memalukan. Namun untung tak ada yang mendengarnya selain aku. Ternyata ada sms dari Amat. Sahabatku yang botak, yang selalu tampil mewah. Walaupun sebenarnya ayahnya adalah penjual pentol profesional dan ibunya sebagai tukang jamu musiman. Bisa dikatakan dia dari keluarga ekonomi menengah bawah, namun penampilan kayak anaknya Bill Gates aja. Ironis. Smsnya berisi....
“Udin yang bijaksana dan sini. Maaf banget ana ga bisa bersekutu denganmu dalam penyerangan kantor DPR Amuntai. Bukannya aku tak peduli nasib rakyat itu. Kamu tau kan. Mengurusi rambutku saja aku tak becus. Gimana mau ngurusin nasib rakyat itu. Mungkin nasibnya akan setragis rambutku. Selain itu, ayahku yang seorang pengusaha pentol profesional telah menyerahkan surat pengalihan kekuasaan seperangkat alat produksi pentol kepadaku. Jadi mau tidak mau aku harus menjadi pengusaha muda. Aku harus meneruskan imperium bisnis pentol ayahku. Sekali lagi, maaf.... sobat...”
Dasar botak miskin yang sok kaya. Ucapannya membuat ku pengen tertawa. Terlalu optimis untuk orang yang tak berambut. Tapi entah mengapa, hati kecilku bergetar. Yakin kalau dia kelak nanti akan kaya melebihi Bill Gates maupun Robert T. Kiyosaki atau juga Buffet. Tapi itu “ kelak nanti”. Mungkin setelah kiamat.
Ku balas smsnya.....” selamat berjuang sang pengusaha muda yang botak. Jadilah pengusaha yang jujur dan tidak sombong . gunakan prinsip shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Aku yakin kau akan sukses..... namun ketika sukses jangan lupa kan nasib rakyat miskin. Ingat bumi ini seperti pentol, sama-sama elips. Ha,,,,,ha.... jangan lupa belajar ya.... mohon do’anya , aku lagi demo sendirian”
Temanku yang hebat. Di usia belia ini dia telah menjadi pengusaha pentol alias penjual pentol keliling yang profesional. Kelihatannya prospeknya cukup menguntungkan.
Ku lap keringat yang membasahi dahi ku yang kian melebar dimakan waktu. Dua puluh menit lagi adzan ashar. Satu harapan hilang. Empat lagi yang kutunggu. Ku harap mereka semua mau berkualisi denganku untuk memperjuangkan nasib rakyat kecil. Bukan kayak ucok Baba. Sambil menunggu balasan sms, terbayang di benakku kami berlima berdiri di sini. Gagah dan berani. Seperti lima power ranger yang siap melumat habis monster-monster yang jahat...
Tet....tet... tet..., hp butut ku menjerit lagi. Tanda satu sms diterima.
Ku cek. Ternyata kali ini dari Ijai si playboy. Isinya kayak gini....
“ salam cinta,,,, sobat, bukannya aku tak mau membantu. Tapi saat ini juliet-juliet ku tak mengizinkan ku berperang untuk melawan tentara DPR itu. Mereka takut kulitku yang mulus ini kepanasan. Nanti hitam kaya ban sepeda ontel ayahku.maaf sobat, bukannya aku lancang menasehatimu. Sebenarnya aku kasihan denganmu yang selalu memperjuangkan nasib rakyat miskin. Karena, apakah mereka sadar kalau nasibnya sedang diperjuangkan ? tidak kan?. Lebih baik kamu ke sini, di depot biasa. Sekarang ada lima cewek cantik sedang bersamaku. Aku rela membagi setengah untukmu. Mumpung masih muda. Ditunggu ya... By : Ijai The Handsome...”
Innalillah,,,,, mentang-mentang wajah mirip Indra L. Brugmann dengan mudah mainin cewek. Indikasi kiamat makin dekat kayak gini dia dengan santai ngaku lagi sama 5 cewek sekaligus. Apa gila semua ya ceweknya? Parahnya lagi, dia mau ngebagi setengahnya buat ku. Jadinya dua koma lima. Emang ada manusia hitung setengah. Dasar bajingan.....
Amat dan Ijai sudah tidak ada harapan. Sekarang Cuma tiga yang bisa diandalin. Toni, Faishal and Pasya. Mudah-mudahan mereka mau ikut bersamaku berjuang disini. Ku lihat jam yang terikat ditangan kananku. 15 menit lagi adzan Ashar....
Tet.... tet... tet .... hp ku berteriak lagi. Ternyata sms dari Toni.....
“ Salam sport,,, maaf ya friend. Sekarang gue lagi latihan main bola di stadiun Sungai Karias. Mending pensiun aja deh jadi aktivis. Mending kaya gue, setelah gantung jas aktivis. Sekarang gue turunin sepatu gue dari gantungannya. And ikut Paliwara FC. Bayangin friend, setiap kali latihan. Minimal gue kenal dengan dua cewek cantik. Kalau hari minggu, bisa mencapai selusin bro..... daripada elo memperjuangkan nasib rakyat miskin yang belum tentu mereka balas. Mendingan elo ke sini deh, kita main bola plus mainin cewek sama-sama dengan strategi serangan balik..... ku tunggu ya. By : Toni”
Waduh Toni ternyata sekarang sudah gantung jas keaktivisannya. Cewek lagi- cewek lagi ...... emang dasar, emang dasar, tapi siapa yang bajingannya? Dulu dia yang paling semangat ketika memperjuangkan nasib rakyat miskin. Sekarang dia malah terjun kedunia sepak bola. Padahal setahuku, ayahnya yang mantan kiper itu dulu meninggalnya karena kepalanya terkena bola hasil tendangan keras seorang striker yang banci. Begitu juga nasib ketiga kakanya yang laki-laki. Sungguh tragis. Semoga dia meninggalnya tidak demikian. Tidak kreatif.
Tinggal dua harapan ku. Yang ku inginkan bisa menjadi bala bantuan saat-saat seperti ini. Sejenak kulupakan tiga kurcaci yang tadi. Berganti fokus pikiranku kepada dua orang hero yang mampu menemaniku tuk menyuarakan aspirasi rakyat.....
“ Ayo DPR,,,, bertindaklah...... jangan Cuma bisanya hanya rapat dan rapat. Terlalu banyak rapat pertanda kurangnya soliditas dewan. Ayo bertindak,,,,,,!!!! Rakyat miskin menanti belaian hangatmu..... rakyat kecil rindu akan realisasi janjimua,,,,,,, rakyat bawah ingin melihat aktualisasi visi mu yang komprehensif....... Ayo bertindak,,,!!!! Sebelum ditindak....!!!!!”
Walaupun sekitar dua belas menit lagi adzan. Aku tetap dengan semangat yang tinggi meneriakan semua ini. Sekarang semangat nasionalisme dan islam bersenyawa di badanku. Aku merasa seperti gabungan Soekarno, Hasan al-Bannna dan Einstien..... tak seperti yang dulu,,,, sangat jarang ada pembacaan ayat suci al-Qur’an menyambut datangnya waktu shalat sekarang. Di zaman yang terlalu modern ini.
Ku lihat muda-mudi mulai memunculkan sosoknya yang asli di jalan depan kantor DPR. Dengan mesra mereka berpelukan sambil bersepeda motor. Lihat,,,, seperti monyet yang habis di drop out dari sekolahnya aja. Memalukan. Ada juga gadis yang di lihat wajah nampak anak orang kaya. Tapi, di lihat pakaiannya yang kekurangan kain, pikiranku berubah. Aku sangat prihatin kepadanya. Rambutnya tidak ditutup kaya monyet betina saja..... belum lagi ulah yang cowoknya. Ada yang pakai anting, kayak anggota suku dayak badui saja.hiy......
Yang paling aneh dan sangat luar biasa. Setelah muda-mudi itu lewat. Muncul sesosok makhluk besar di jalan tersebut. Mengendarai sepeda motor yang setengah rusak. Terlihat dari proposisi warna yang tidak sesuai. Wajahnya penuh bedak, bibirnya semakin tabal dengan lipstik dan pakai topi nenek lampir sebagai kerudung. Tapi, badannya kekar. Terdengar dari tawanya kalau dia laki-laki. Tapi kok...... dia duduk mengendarai sepeda motor seperti wanita tulen 100% tanpa pengotor. Aduh....!!! apakah ini hasil riset professor yang gagal. Terlihat banyak keganjilan padanya.
Keren juga Amuntai. Punya banyak profesor. Terlihat setelah itu cukup banyak manusia yang spesiesnya sama seperti tadi. Laki-laki engga, wanita bukan. Hidup mengotori peradaban, mati mengontaminasi tanah. Tapi, kayaknya profesornya gagal semua. Gagal melahirkan mutan yang ideal. Jadinya malah monster..... ironis memang.
“Tet....tet....tet......” hp ku menjerit lagi, tanda satu sms diterima.
Saat ini tak kuhiraukan sms itu untuk sementara. Aku terus berpikir mengapa monster-monster itu muncul saat seperti ini......
Monster-monster itu seakan pertanda kemenangan paham liberalisme dan demokrasi sempurna. Ketika rakyat setuju karena tidak melanggar hak asasi manusia. Seakan menjadi peraturan yang semua manusia tidak boleh melanggarnya, melebihi taatnya pada Yang Menciptakan mereka.
Apakah sebaiknya mereka dimusnahkan saja? Seperti marahnya Hitler pada orang-orang cacat yang diduga akan mencemari ras Nordik. Tapi aku tak ingin seperti Hitler itu.
Apakah sebaiknya ku biarkan saja ? karena itu hak asasi manusia , yang tak seorang pun boleh mengganggunya. Kepalaku semakin berat. Perutku semakin lapar. Entah mengapa ketika aku memegang perutku karena lapar. Aku ingin membuka sms yang singgah di hpku yang kuno.
Hatiku tiba-tiba bergetar. Melahirkan semangat baru untuk mengaspirasikan hak-hak rakyat. Tak sengaja, pikiranku tak pusing lagi dengan monster-monster transisional yang mengerikan tadi. Aku yakin ini dari Fiashal yang mengabarkan Ia siap membantuku di sini...... Aku yakin itu.... hati ku pun mengiyakannya, mataku tak terkendali ingin keluar wadahnya. Tapi kacamata ku yang tebal seakan menjadi penjara bagi kedua bola mata yang setia dari dulu berdomisili di sekitar hidungku.
Ku lihat sekilas, ternyata benar sms itu dari Faishal. Aku sangat bahagia. Aku merasa senang....yang luar biasa, ternyata smsnya begini:
“ Udin... aku percaya kamu adalah calon pemimpin masa depan. Semangat lah dalam berjuang. Jangan seperti teman kita yang lain. Bisanya hanya pacaran, selingkuh dan mojok. Perjuangkan nasib rakyat miskin!!!! Ku sarankan, sebaiknya berteriak jangan terlalu keras. Tapi gunakan microphone agar enerjimu dapat dihemat. Enerji adalah suatu bentuk hasil reaksi-reaksi metabolime biokimia dalam tubuh kita. Yang prosesnya dipercepat enzim-enzim tertentu. Baik itu koenzim, kofaktori maupun metaloenzim. Ingat, perjuangkan nasib rakyat...!!!! aku mendukungmu!!!”
Semangatku semakin mengapi-ngapi. Enerji-enerji seluruh alam seakan menyatu ditubuhku. Bersinergi dan tersingkronisasi memperbesar rasa nasionalisme di hati. Fasihal sepertinya ingin ikut aku di sini. Berjuang untuk rakyat.......
“ DPR..... mari bersama-sama menciptakan indonesia jaya. Kita realisasi program rawa makmur untuk Amuntai. Alabio, Paliwara, Palampitan dan semuanya di Amuntai menunggu mu untuk bersama-sama berjuang. Berjuang untuk makmur. Karena...... hidup tiada mungkin tanpa perjuangan,,,,,, tanpa pengorbanan...!!!!!” teriakku sedikit memelan. Mengingat enerji totalku yang kian menipis.
Tet...tet...tet.... hp ku menegurku, bahwa satu lagi sms masuk. Dengan bersemangat karena ingat akan kedatangan Faishal. Ku buka sms itu, sambil berpikir kalau ini sms dari Pasya yang siap menjadi koalisi keduaku setelah Faishal.
“ Udin,,,,, maaf ya. Aku ga bermaksud untuk ikut langsung bersama mu teriak-teriak. Ku pikir, itu ternyata buang-buang waktu dan enerji saja. Sekarang aku lagi belajar. Tiga bulan lagi sepertinya aku ada ulangan harian tentang kimia. Selain itu, di kamarku bertumpuk buku yang belum ku baca. Bukunya Dale Carnigie, Aidh al-Qarni, Florence Littaeur, Bobby Hernacki dan lain-lain. Maksud perjuangkan nasib rakyat miskin tadi adalah bila ada untungnya buat kita. Ku hitung-hitung, ternyata ga ada untungnya sepeser pun buat kita. Hanya buang duit kita untuk modal aja. Nanti kalau sudah mau jadi calon Bupati, baru perjuangkan nasib rakyat miskin. Mending kamu belajar dulu deh tentang motif-motif ekonomi. Apalagi bukunya Adam Smith, Wealth of Nation. Okey..... sekali lagi, itu ga ada untungnya”
“Ha......?” Dasar Faishal. Setelah pintar ternyata dia begini. Dasar kapitalis. Materiaistis. Mata, hidung, mulut dan telinga duitan.....
Kutarik nafas panjang. Kurasa tekanan darahku meningkat. Sistol dan diastol tak singkron lagi. Gara-gara orang pintar tadi. Pintar tapi bodoh.
Semangat ku tiba-tiba saja hilang lagi. Ku lihat jam. Ternyata lima menit lagi adzan. Ku arahkan pandangan ku ke jalan depan kantor DPR.Nampak banci-banci produk gagal itu semakin banyak dijalanan. Semakin parah dengan banyaknya muda-mudi yang kelihatan nampak setengah telanjang sambil berpeluk mesra di sepeda motor masing-masing. Menjijikan. Bermodal hak asasi manusia itu di anggap tanda kasih sayang. Realita yang paradoks.
Dengan basah keringat. Ku lepaskan atribut demo ku. Malah sekarang aku yang bingung dan bimbang. Apakah jalan yang kutempuh sudah benar atau.....
Apa ini bukti kalau kebenaran apabila berada diantara kesalahan kesalahan yang banyak. Maka kebenaran itu lah yang menjadi aneh, menjadi janggal dan malah dianggap salah. Kepalaku menunduk, menahan perutku yang sangat-sangat lapar. Kepalaku semakin pusing memikirkan arti sebuah kebenaran.
“Apakah benar, kebenaran itu belum tentu baik? Dan semua kebaikan itu belum tentu benar?” bicaraku sendiri dengan suara yang menandakan kelelahan yang sangat.
Akhirnya aku berniat pulang saja. Demo ku hasilnya nol besar, pakai kuadrat lagi. Aku mulai berjalan keluar dari area DPR kab. HSU.
“ Semoga apa yang ku lakukan hari ini dinilai suatu kebaikan oleh Allah...” hatiku bersuara.
“ Tunggu.... Tunggu...., jangan pergi dulu nak.....” ada suara asing yang memanggilku. Berasal dari depan pintu masuk kantor DPR itu.
Terlihat yang berteriak wajahnya menampakkan intelektual dan borjuisme. Dasinya mengingatkanku kepada Barrack Obama. Jidatnya membuatku terkenang Bambang Soedibyo. Dia berjalan menghampiriku.
Dia gemuk, aku kerempeng. Dia gigantisme, aku kritinisme. Dia bangsa arya, aku dravida. Sangat kontras ketika kami berdekatan. Terlihat didadanya bertulisan Ketua DPR.
Aku gugup ketika dia mendekatiku. Seperti bertemu Ariel Peter Pan saja. Perutku tak merasa lagi akan lapar. Keringatku seakan-akan telah mencapai boiling pointnya, berubah fase menjadi gas.. di memegang pundakku sambil berkata...
“ saya sadar, saat kepemimpinan saya ini. Nasib rakyat miskin terabaikan.terjadi instabilitas ekonomi dan sosial. Ditambah apatisnya kami terhadap pendidikan. Saya lebih mementingkan nasib perusahaan-perusahaan saya. Setelah saya paham apa yang kamu sampaikan tadi. Saya punya satu permintaan sama kamu....” kata ketua DPR yang gemuk tadi. Aku tak tahu siapa nama lengkapnya. Tapi teman-temanku biasanya menyebutnya dengan Boss Amak.
“ apabila saya mampu, saya akan menjalankannya. Asal permintaan itu sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan tidak melenceng dari landasan-landasan fundamental negara kita” jawabku .
“ Bagaimana kalau kamu sekarang yang menjadi Ketua DPR...?”
“Innalillah...........”
***
Zayed Norwanto, lahir di Amuntai 5 Agustus 1991. Salah satu siswa SMAN 1 Amuntai kelas XII IPA B ini juga merupakan ketua umum FOSPEL ( Forum Silaturrahim Pelajar) periode 2007-2008. Selain pernah aktif nulis di P-II Itqan dan mengisi mading lewat artikel-artikelnya, puisinya juga masuk di antologi Mahligai Junjung Buih (2007). Karena disibukkan mengikuti olimpiade-olimpiade sains, novel yang direncanakannya ( Caliph of Love) putus diperempatan jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar