Drs. Eko Suhartono, M.si, itu nama lengkap salah satu dosen FK UNLAM yang dijadikan objek wawancara tim Hippokampus kali ini. Dari penampilannya yang sederhana tesimpan berjuta ilmu yang bias kita sama-sama resapi nantinya. . Ditemui di ruang kerjanya yang bertempat di gedung utama lantai kedua FK UNLAM, beliau sedang asyik dengan berbagai kesibukan yang diemban terlebih tugas beliau selai dosn, juga sebagai pmbantu dekan 3. Namun tetap ramah terhadap siapa saja yang dating kepada beliau.
Dosen yang bercita-cita sebagai wiraswasta ini, terkenal di lingkungan FK UNLAM sebagai dosen yang kreatif, supel terhadap mahasiswa juga inovatif dengan berbagai riset yang dilakukannya. Walau cita-cita dan realitas tidak sejalan, namun belai selalu menunjukan kepada semuanya kalau beliau sekarang bias berprestasi. Karena beliau berprinsip bahwa manusia harus ikhlas terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT dan selalu berusaha .Tak sekedar teori, itu terbukti dan beliau sekarang aktif sebagai peneliti berkelas internasional sekaligus menjadi penulis yang produktif
Di balik keahlian beliau dalam riset. Beliau menyimpan rahasia yang sungguh patut dicontoh untuk semua kalangan peneliti. Beliau berkata “ riset adalah nafas saya”, sehingga jika ada kompetisi dari DIKTI ataupun tidak beliau tetap aktif meneliti. Beliau pun selalu berusaha untuk mendedikasikan semua hasil riset agar bermanfaat bagi semua pihak, tidak hanya bagi kalangan peneliti maupun mahasiswa saja. Beliau juga mengatakan bahwa semua mahasiswa juga punya potensi untuk menjadi peneliti handal, tetapi itu tergantung kepada mahasiswa pribadi. Bukan masalah mampu tau tidak mampu, tetapi masalah mau atau tidak mau.
Rata-rata karya ilmiah yang telah beliau ciptakan ditulis pada malam hari, setelah shalat. Beliau mengaku setelah shalat ,ide muncul mengalir tanpa hambatan. Saking ayiknya terhanyut dalam lautan ide, sampai-sampai tidak tidur hingga jam 3 pagi. Beliau juga mengaku, semua yang beliau tulis adalah bentuk konkrit rasa syukur atas segala yang telah diberikan Sang Maha Pencipta.sehingga melakukan riset dengan senang hati dan ikhlas, tanpa adanya beban melakukan itu sebagai tuntutan sebagai dosen dan bukan pula sebagai mata pencaharian. Jadi menulis karya ilmiah tidak hanya perkara duniawi, tetapi sudah bisa menjadi asset pahala di akhirat kelak.
Ada juga yang menarik dari beliau, apalagi strategi dalam penyampaian materi. Tidak hanya didukung vokalisasi yang jelas dan tegas, ada satu hal yang menjadi khas dari beliau. Yakni adanya gambar perempuan di tengah atau akhir penyampaian materi. Tak jarang semua mahasiswa melek matanya pada saat bosan-bosannya memahami begitu kompleksnya biokimia. Walau agak begitu controversial, tak dipungkiri bahwa strategi itu membuat mahasiswa kembali memusatkan perhatiannya kepada apa yangbeliau sampaikan. Beliau mengaku, jurus itu beliau dapatkan saat mengikuti penympaian materi di Jakarta. Pada saat di titik puncak kejenuhan, salah satu penyaji menampilkan gambar perempuan. Tak dapat diperkirakan, semua pendengar yang tadinya bosan dan lemas menjadi melek dan kembali memusatkan perhatiannya kepada si penyaji. Kata beliau itu memang manusiawi, karena nalurinya manusia itu menyukai pada keindahan. Namun, objek yang indah itu yang perlu kita sesuaikan dengan keadaan audience.
Rabu, 23 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Memunculkan gambar perempuan akan mengurangi kebosanan? *tidak pernah setuju dengan ini* apakah para mahasiswi juga berperasaan demikian? dan bukan berarti mahasiswi akan jadi segar kalau diberi gambar laki-laki.
Posting Komentar