Selasa, 10 Februari 2009

Menulis Bukan Hanya Budaya Kaum Intelek

Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya banyak konsep-konsep atau pun postulat ilmu pengetahuan yang baru ditemukan atau malah penyempurnaan dari ilmu sebelumnya. Tak disangka pula, kadang banyak hal-hal yang menjadi beban pikiran para “ilmuwan besar” telah diselesaikan dengan mudah lewat diskusi terbuka ( baca:canda) orang yang notabenenya tidak tahu menahu kalau masalah yang telah ia selesaikan adalah masalah sulit bagi para ilmuwan. Di pikir lebih lanjut, ternyata memang benar. Bahkan kalau kita mengacu kepada historis sains. Banyak penemuan yang tidak disengaja. Contohnya seperti sel volta, struktur benzena, konsep gravitasi dan banyak lagi yang lainnya.

Sedikit pengantar di atas semoga bisa membuat kita semakin paham bahwa ada banyak hal hebat dan penting yang telah kita pecahkan setiap harinya. Namun sayangnya semua hal tersebut tidak kita sadari atau kita sadari namun hilang begitu saja, tanpa ada kesan yang mendalam. Hal itu semua secara sederhana dapat diketahu penyebabnya bahwa kurangnya kepekaan kita untuk mengabadikan “penemuan” kita tersebut.

Kita pikirkan lebih lanjut. Tentu betapa ruginya ketika kita dapat memecahkan masalah ilmuwan besar namun tidak dapat kita abadikan. (karena faktanya kemampuan berpikir dipengaruhi oleh lingkungan dan keadaan. Sehingga tidak menutup kemungkinan pada kondisi tertentu seseorang yang bukan ilmuwan mampu menelurkan ide yang lebih brilian dari Einsten sekalipun)

Yang jadi masalah esensialnya adalah kekurangmampuan kita dapat menulis semua hal penting yang telah kita temukan, baik secara sengaja maupun tidak. Ya, memang menulis adalah tali untuk mengikat ilmu yang telah kita lumpuhkan (baca:kuasai). Sehingga, begitu banyak ilmuwan yang dilupakan oleh peradaban karena ketidakmampuannya dalam menulis ide-ide yang mereka punyai. Malahan, kadang banyak orang biasa-biasa yang mampu menuliskan idenya menjadi dikenal sebagai ilmuwan besar. Bukan meremehkan kemampuan orang tersebut, namun untuk memunculkan fakta yang sebenarnya dan sebagai “pukulan hangat” bagi semua orang yang mempunyai pengetahuan, untuk menulis.

Menulis memang suatu kegiatan yang sebenarnya sangat mudah. Walaupun banyak orang yang mengatakan menulis adalah suatu kegiatan orang intelek saja. Atau menulis adalah suatu efek dari banyaknya membaca. Sebenarnya memang benar, menulis adalah budaya intelek yang memang sudah tidak diragukan lagi minatnya dalam membaca. Namun, agar kita yang biasa-biasa ini mampu meningkatkan minat dalam menulis. Dapat juga dilakukan pembalikan mind-set tadi. Sehingga kita dapat menulis tanpa harus dibebani untuk menjadi orang intelek terlubih dahulu. Atau kalau bisa budaya menulis kita, juga dibarengi dengan proses menuju intelektualitas.

Logikanya mudah. Dengan pembiasaan menulis yang ringan-ringan (masalah yang dibahas tidak terlalu kompleks), maka dengan sendirinya akan muncul minat untuk membaca,sebagai modal untuk bahan tulisan yang lebih lanjut.

Dengan menulis yang ringan-ringan dulu. Kita akan terbiasa menulis dan akan memahami substansi dari menulis itu sendiri. Selain itu, juga akan ditemukan kenikmatan tersendiri dalam menulis. Secara umum, dengan pembiasaan tadi akan menjadi katalis meraih kemampuan menulis yang lebih baik. Bukan kah practice makes perfect?

Namun yang lebih penting agar tumbuh budaya menulis. Pertama, berpikirlah kalau menulis menjadikan konsep yang ada di kepala kita lebih matang. Karena dengan menulisnya kita akan dengan mudah mengoreksi konsep tersebut, konsep yang selama ini abstrak di kepala. Selain itu, kita akan bisa lebih memahami konsep tersebut dengan komprehensif.

Selain itu, menulis juga dapat menjadikan otak kita bekerja secara sistematis. Yang akhirnya kita dapat mengetahui pola pikir kita, sekaligus memahami mana masalah yang sederhana dan mana yang masalah perlu pemikian khusus. Bahkan dengan menulis bisa menjadikan kita kecanduan dan akhirnya cinta mati dengan membaca. mengapa? Ibarat mobil adalah proses menulis, maka membaca adalah bahan bakarnya lalu style mobil adalah gaya kepenulisan kita. Lalu kecepatandan ketepatannya adalah rasionalitas kita. Pokoknya menulis sangat banyak manfaatnya.

Lalu apakah kalau ingin menulis harus punya banyak bahan bacaan? Tentu saja tidak. Ada orang bijak mengatakan, “ orang pintar bukanlah orang yang mempunyai banyak buku lalu membacanya. Orang pintar adalah orang yang mempunyai kemampuan membaca kehidupan” sehingga, walaupun bacaan kita sehari-hari bisa dikatakan pas-pasan. Namun jika kita menulisnya, akan secara otomatis kita akan melakukan re-intrepretasi dan melakukan pengembangan terhadap konsep yang sudah kita punyai. Dengan menulis pula, kita akan mudah menghubungkannya dengan realitas yang ada. Terakhir, kita akan mudah melakukan implementasi.

Selamat menulis... menulis itu mudah.

Tidak ada komentar: